Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

AKURASI ALAT DETEKSI SODIUM DALAM URIN SECARA OTOMATIS DENGAN METODE ELECTRODA SELEKSI ION KERING Basuki Budiman; Kartika Pela; Aya Yuriesta Arifin; Ferbriani Ferbriani; Amalia Safitri; Dwi Anggraini; Rinda Ayu Dewi; Athena Anwar
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v41i1.240

Abstract

Inductively Couple Plasma (ICP) is a standard method to detect urinary sodium. However, the urinary sodium analysis method has a limitation in which the process to free sodium from molecules is not digest thoroughly. Ionic Selected Electrode (ISE) method is the better option. A New authomatic instrument Na-K-Cl automatic digital analyser that is “Spotchem EL 1520” using ISE method (dry ISE) was developed but the application to detect urinary sodium has not yet done. The purpose of this trial was to test the accuracy of the instrument in detecting urinary sodium. A number of 100 people  aged 20-64 years participated in the trial by  collecting around 50 mL fresh urine. Urinary sodium was analysed by ICP method in chemical laboratory and by ISE method using the digital analyser instrument. A number of 6 out of 100 urine sample did not meet a minimum volume requirement to be analysed by ICP method but it was able to be analysed using ISE method. The instrument was able to detect urinary sodium more than 132 (SD:77,81) mmol/L compared to Laboratory ICP method 79.38 (SD: 47,50) mmol/L. The Sensitivity of the instrument to detect sodium in urine was 97.6% (95% CI : 87.1-99.9%) and the Specivicity was 58 % (95% CI: 44.7-71.9). The trial also analysed urinary creatinine with aution instrument. A number of 10 urine sample was analysed by private clinical laboratory as quality control.  Aution is semi quantitave digital analyser and the result was inline with quantitative (controlled sample). The automatic digital analyser can be used as alternative for conventional analyses of urinary sodium.ABSTRAKMetode deteksi konsentrasi sodium dapat dilakukan dengan metode ICP atau ISE.  Saat ini telah dikembangkan alat deteksi sodium metode ISE kering yang dapat diterapkan pada sampel serum maupun urin. Uji coba alat dilakukan di laboratorium terpadu Badan Litbang Kesehatan di Bogor. Sebanyak 100 orang partisipan terlibat dalam uji coba. Partisipan  adalah penduduk di sekitar kantor dan honorer penelitian kohor tumbuh kembang di Bogor. Partisipan diminta specimen urin di laboratorium dan diperiksa kadarnya pada hari itu juga. Dua alat yang diuji coba adalah Na-K-Cl digital analyzer, (Spotchem EL 1520, arkray dengan metode ISE kering) dan creatinine aution, semi kuantitatif (arkray). Keduanya menggunakan urin sebagai specimen. Uji coba dimulai dengan pemeriksaan deteksi kreatinin karena pemeriksaan harus kurang dari 24 jam. Sebanyak 50 sampel diperiksa berurutan tanpa jeda, kemudian diteruskan 50 spesimen lainnya. Kesepakatan supervisor, diperiksakan 10 specimen diperiksa di laboratorium swasta yang ada di Bogor sebagai pembanding. Ujicoba alat Na-K-Cl analyzer dengan 100 specimen urin dilakukan  tanpa jeda. Pembanding hasil periksa alat ini adalah pemeriksaan urin metode ICP di laboratorium terpadu dan dikerjakan oleh analis kimia yang berpengalaman. Dari segi proses, kedua alat tidak ditemukan masalah saat ujicoba. Kedua alat ini digunakan untuk memeriksa 25 spesimen per hari. Hasil kadar kreatinin setelah dibandingkan dengan hasil periksa di laboratorium swasta secara grafik bagus walaupun dengan nilai absolut berbeda. Uji statistik menunjukkan Se 97,6 dan Sp 58. Hasil deteksi dengan alat ini lebih sensitive dibandingkan dengan laboratorium.Kata kunci: Inductively Couple Plasma ( ICP), Ionic Selected Electrode (ISE), sodium urin
ASUPAN ENERGI DAN PENGGUNAAN ENERGI (ENERGY EXPENDITURE) SELAMA KEHAMILAN: STUDI LONGITUDINAL Yuniar Rosmalina; Amalia Safitri; Fitrah Ernawati
GIZI INDONESIA Vol 37, No 2 (2014): September 2014
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v37i2.155

Abstract

Selama kehamilan, asupan gizi seharusnya datang dari makanan yang baik dalam jumlah dan kualitas karena sangat penting untuk perkembangan kehamilan yang sehat. Selain itu keadaan kesehatan ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi perkembangan janin, Tujuan tulisan ini adalah membandingkan energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan sehari. Penelitian ini adalah longitudinal yang mengikuti respondents dalam kaitannya dengan asupan energi dan pengeluaran energi dari usia kehamilan 3 bulan sampai usia 8 bulan dengan melakukan. Jumlah responden pada awal studi di trimester pertama (awal rekruitment) adalah 334 ibu dan pada akhir studi adalah 262 ibu. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik , berat badan,aktifitas fisik dan konsumsi makanan (melalui recall 1 x 24 jam). Berat badan, aktifitas fisik dan konsumsi makanan dikumpulkan setiap 2 minggu. Hasil menunjukkan bahwa asupan energi dan energi yang dikeluarkan relatif sama. Juga didapat rerata berat badan ibu pada kehamilan yang ke 3 bulan adalah 48,7 kg dan kemudian bertambah sesuai dengan perkembangan kehamilan. Rerata kenaikan berat badan dari usia 3 bulan ke 8 bulan kehamilan asupan energi, adalah 7,5 kg. Asupan energite rendah saat kehamilan 3 bulan yaitu 2000 Kal sehari kemudian meningkat pada kehamilan yang ke 7 bulan dan menurun kembali pada umur kehamilan ke 8 bulan.ABSTRACT ENERY INTAKE AND ENERGY EXPENDITURE DURING PREGNANCY:A LONGITUDINAL STUDY During pregnancy, nutrient intakes should come from both good quality and quantity foods because they are very important for developing healthy pregnancy. In addition to nutrient intake, health status during pregnancy greatly affects fetal development. This paper aims to study a comparison of the energy intake of pregnant women with energy expenditure in performing daily activities . This is a longitudinal study which followed respondents in relation to energy intake and energy expenditure from the age of 3 months until the age of 8 months of pregnancy. The number of respondents at the beginning of the first trimester of pregnancy/initial recruitment) was 334 mothers and the end of the study became262 mothers. Data collected included respondent characteristics (age, education, occupation), body weight, physical activity, nutrient intake using a 24-hour recall method. Body weight, physical activity and food consumption were collected every 2 weeks. The results indicated that energy intake and energy expenditure were at the average per month. Also showed an average maternal weight at the age of 3 months (initial recruitment) was 48.7 kg and the weight increased with increasing gestational age. The average increase in weight in the initial recruitment at the age of 8 months of pregnancy was on 7.5 kg. The lowest energy intake at 3 month pregnancy was 982 kcal per day, then increasing energy intake with increasing gestational age, but the average energy intake was only 50 percent compared to energy expenditure for their daily activities. The average energy expenditure was low at the age of 3 months of pregnancy, about 2000 kcal and increased until the age of 7 months of pregnancy then declined at the age of 8 months of pregnancy.Keywords: energy intake, energy expenditure, pregnant women
PERJANJIAN KERJASAMA PADA PENGGARAPAN LAHAN KEBUN KOPI DAN SISTEM BAGI TANAH DALAM PERSPEKTIF AKAD MUGHARASAH Jamhuri; Azka Amalia Jihad; Amalia Safitri
Al-Mudharabah: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol 1 No 2 (2020): Al-Mudharabah : Jurnal ekonomi dan Keuangan Syariah
Publisher : Prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-mudharabah.v2i2.1294

Abstract

Pemanfaatan Koleksi BI Corner Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sebagai Bahan Rujukan Penelitian bagi Mahasiswa Amalia Safitri; Yasmin, Nabila
Literatify: Trends in Library Developments Vol 5 No 2 (2024): SEPTEMBER
Publisher : UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/literatify.v5i2.48034

Abstract

UMSU Library has several corner services including BI Corner, Muhammadiyah Corner, Japan Corner, French Corner, and Indian Corner. The purpose of this research is to find out how the utilization of the BI Corner collection as research reference material by students and what are the obstacles faced by students. The method used in this research is qualitative method. The data collection technique is by making direct observations to the BI Corner service in the UMSU library. In addition, the author also conducted an interview with a librarian who knew the BI Corner service and also conducted interviews with 3 users who visited the BI Corner service, as well as conducting documentation activities on several activities that the author went through to make research. The results of this study show that students have utilized the BI Corner collection for their research reference material and the obstacles faced by the library users are that the library users still have difficulty finding BI Corner collections and the collections owned by BI Corner are not fully complete.
HUBUNGAN PANJANG BADAN LAHIR TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12 BULAN Fitrah Ernawati; Sri Muljati; Made Dewi S; Amalia Safitri
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 2 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i2.4014.109-118

Abstract

ABSTRACTGrowth retardation such as stunting among children under five years old in Indonesia was serious. Stunting have negative effects on mental development especially in children under five years old. We conducted a 24 months follow up study at 10 primary health care (Puskesmas) in Bogor District. Subjects of the study were children in their gestational stage which were followed up for 12 months after birth. The indicator of stunting was measured by Z-score of height for age (HAZ), while child development was assesed using Bailey’s test III. Spearman correlation is used in data analysis. The result of the study showed that 9.5 percent children were born with low birth weight (birth weight < 2500 gr) and stunted ( body length < 48 cm). There was an association between birth length and motoric as well as socio-emotional development since birth (0 month old) (rho=0,33; p=0,004 for motoric, and rho=0,244 ,p=0,036 for socio-emotion). On the other hand, significant correlation between birth length and linguistic development only showed up at one month old (rho=0,29, p=0,031 ), and the correlation with cognitive development showed up at two month old (rho=0,031,p=0,0011). The linguistic abilities of a stunted child were lower than that of a normal child. The duration of breast feeding also had a role in the development of these children. Length of child at birth has an effect on child development.Keywords: birth length, birth weight, child developmentABSTRAKPendek (stunting) adalah gangguan pertumbuhan pada anak balita di Indonesia yang perlu mendapat perhatian serius. Salah satu dampaknya adalah stunting, terutama pada anak usia kurang dua tahun yang mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan. Artikel ini menggunakan data penelitian yang dilakukan di 10 puskesmas di Kabupaten Bogor, selama 48 bulan dengan disain follow up study. Partisipan dalam penelitian ini adalah bayi yang diikuti mulai dari dalam kandungan sampai bayi berusia 12 bulan. Data yang diolah adalah data panjang badan, umur dan tingkat perkembangan. Data stunting didapatkan berdasarkan z-skor tinggi badan terhadap umur, sedangkan data perkembangan anak didapatkan mengguankan Bailey’s Test III. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 9,5 persen bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan 22 persen stunting. Nilai z-skor panjang badan terhadap umur pada bayi baru lahir berkolerasi dengan perkembangan motorik dan sosial emosi sejak bayi berumur nol bulan, yaitu rho=0,33; p=0,004 untuk motorik dan rho=0,244 dengan p=0,036 untuk sosial emosi. Sedangkan korelasi terhadap perkembangan bahasa baru tampak pada saat bayi berumur satu bulan yaitu rho=0,29 dengan p=0,031 dan korelasi terhadap perkembangan kognitif terjadi pada usia dua bulan rho=0,318 dengan p=0,011. Pada anak lahir stunting median perkembangan bahasa lebih rendah dibandingkan kelompok yang normal. [Penel Gizi Makan 2014, 37(2): 109-118]Kata kunci : stunting, status gizi, perkembangan anak
KONSUMSI MAKANAN PENDUDUK INDONESIA DITINJAU DARI NORMA GIZI SEIMBANG (FOOD CONSUMPTION IN TERM OF THE NORM OF BALANCED NUTRITION) Amalia Safitri; Abas Basuni Jahari; Fitrah Ernawati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 39 No. 2 (2016)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v39i2.6971.

Abstract

Currently Indonesia is facing double burden nutrition problems, undernutrition and overnutrition.The Riskesdas, national basic health survey  in 2013 the prevalence of underweight is 19.6 percent and 11.9 percent overweight. One of the causes of malnutrition is a problem in selecting healthy food that can lead to problems in food variety, proportion and adequacy required by the body. The purpose of this analysis is to assess food consumption pattern of the population in both quality and quantity which is a representation of the first pillar of balanced nutrition guide (Pedoman Gizi Seimbang). Data from the Individual Food Consumption Survey (SKMI) in 2014 was used for this analysis. The diversity of food is analyzed based on the types of food consumed, the proportion of consumption data obtained from the consumption of carbohydrate, protein and fat, and the adequacy energy consumption as evaluated based on total energy consumption of the sample compared to Dietary Allowances (RDA). The results showed that only food variety is in better situation than the proportion and energy adequacy Recommendation,nutrition education should be intensified either through formal channel (via schools or other institution) or informal channel (pengajian, arisan, karang taruna, majlis taklim, sekolah minggu di gereja) conveying the messages of balanced nutrition. Saat ini Indonesia disebut menghadapi permasalahan gizi ganda, yaitu adanya masyarakat yang kekurangan gizi, namun sebaliknya ada juga yang kelebihan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 prevalensi underweight sebesar 19,6 persen dan kegemukan sebesar 11,9 persen. Salah satu penyebab dari kejadian ini adalah adanya kesalahan dalam pola makan yang tidak memperhatikan keragaman, proporsi dan kecukupan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat bagaimana pola konsumsi penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya yang merupakan cerminan dari pilar pertama gizi seimbang. Analisis ini menggunakan data dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun 2014. Keragaman makanan didapatkan dari data hidangan dan jenis bahan makanan, proporsi konsumsi didapatkan dari data konsumsi bahan makanan sumber karbohidrat (KH), protein dan lemak dan data kecukupan didapatkan dari total energi yang dikonsumsi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG). Hasil yang didapat dari analisis ini secara umum keragaman konsumsi makanan penduduk di Indonesia sudah baik, namun pada proporsi dan kecukupan konsumsi masih kurang. Saran dari hasil analisis ini adalah perlu digalakkannya pedoman gizi seimbang dan lebih memahami pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas konsumsi makanan agar sehat dan terhindar dari penyakit. 
SOSIODEMOGRAFI STUNTING PADA BALITA DI INDONESIA Sudikno sudikno; Yekti Widodo; Irlina Raswanti Irawan; Doddy Izwardy; Vivi Setiawaty; Budi Setyawati; Yunita Diana Sari; Dyah Santi Puspitasari; Feri Ahmadi; Rika Rachmawati; Amalia Safitri; Nurilah Amaliah; Prisca Petty Arfines; Bunga Christitha Rosha; Aditianti Aditianti; Elisa Diana Julianti; Joko Pambudi; Nuzuliyati Nurhidayati; Febriani Febriani
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 44 No. 2 (2021): PGM VOL 44 NO 2 TAHUN 2021
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v44i2.4953

Abstract

ABSTRACT The problem of stunting in children under five (0-59 months) is still a public health problem, especially in developing countries. This study aims to measure the prevalence of stunting and determine its sociodemography risk factors in Indonesia. This study was a nationwide survey in 514 districts consisting of 32,000 census blocks (320,000 households). The study design was cross-sectional. The population of this study was all families of children under five in all districts in Indonesia. The sample was households with children under five which were visited by Susenas (National Sociodemographic Survey) in March 2019. The data collected were the length/height of children under-five of age, gender, age (months), region (rural and urban), all provinces which were divided into 7 regions. (Java-Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua), and diarrhea. The results showed that the prevalence of stunting in children under five (0-59 months) was 27.6 percent. Multivariate regression analysis showed that children 12 month old and older, living in rural areas (AOR=1,444; 95% CI: 1,442-1,447), in the Nusa Tenggara region (AOR=1,874; 95% CI: 1,866-1,882), and suffering from diarrhea (AOR=1,409; 95%CI: 1,401-1,417) were more at risk of becoming stunted. ABSTRAK Masalah stunting pada balita (0-59 bulan) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi stunting dan faktor risiko stunting menurut sosiodemografi di Indonesia. Penelitian ini merupakan survei nasional di 514 kabupaten/kota yang terdiri dari 32.000 blok sensus (320.000 rumah tangga). Desain penelitian adalah cross-sectional. Populasi dari penelitian ini adalah semua keluarga balita yang ada di seluruh kabupaten/ kota di Indonesia. Sampel adalah rumah tangga yang memiliki balita yang dikunjungi oleh Susenas Maret 2019. Data yang dikumpulkan adalah panjang/tinggi badan balita, jenis kelamin, umur (bulan), wilayah (perdesaan dan perkotaan), provinsi yang dibagi dalam 7 wilayah (Jawa bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua), dan penyakit diare pada balita. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada balita (0-59 bulan) sebesar 27,6 persen. Analisis regresi multivariate menunjukkan bahwa balita yang berumur lebih dari 11 bulan, tinggal di perdesaan (AOR=1,444; 95% CI: 1,442-1,447), wilayah Nusa Tenggara (AOR=1,874; 95% CI: 1,866-1,882) dan yang menderita diare (AOR=1,409; 95%CI: 1,401-1,417) lebih berisiko untuk menjadi stunting. [Penel Gizi Makan 2021, 44(1):71-78]
FAKTOR DETERMINAN BALITA STUNTING PADA DESA LOKUS DAN NON LOKUS DI 13 KABUPATEN LOKUS STUNTING DI INDONESIA TAHUN 2019 Yurista Permanasari; Ika Saptarini; Nurilah Amalia; aditianti aditianti; Amalia Safitri; Nuzuliyati Nurhidayati; Yunita Diana Sari; Prisca Pretty Arfines; Irlina R. Irawan; Dyah Santi Puspitasari; Febriani Syahrul; Budi Setyawati; Rika Rachmawati; Elisa Diana Julianti; Rika Rachmalina; Andi Susilawati; Novianti Sihombing; Sisca Dwi Kumlasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 44 No. 2 (2021): PGM VOL 44 NO 2 TAHUN 2021
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v44i2.5665

Abstract

ABSTRACT The implementation of government policies in stunting prevention has been carried out from the central level to the village level. The Ministry of Home Affairs annually establishes stunting locus villages in 34 provinces. At the stunting locus village, sensitive and specific interventions were carried out. Many factors influence the prevalence of stunting. This study aims to determine the determinants of stunting in locus and non-locus villages in 13 stunting locus districts in Indonesia. This study was a quantitative study with a cross-sectional design. The study was conducted in 13 districts of stunting locus. Each district was chosen one sub-district which was then selected one locus of stunting village and one village of non locus. In each village 90 children were selected. Data analysis was carried out univariate, bivariate, and multivariate with logistic regression test to see the relationship between independent and dependent variables after being controlled by several variables. The results showed that 20 percent lower chance of stunting in locus villages than non locus villages. Toddlers who are breastfed for more than 24 months have a 1.7 times risk of becoming stunted. Toddlers who do not do early initiation of breastfeeding have a 1.5 times risk of becoming stunted compared to toddlers who do early initiation of breastfeeding. High maternal education can prevent stunting 2 times compared to mothers with low education. The selection of stunting locus villages affects the prevalence of stunting. In addition, several determinant factors influence the incidence of stunting, namely the sex of the child, the duration of breastfeeding more than 24 months, the child's age, early initiation of breastfeeding, growth monitoring, the mother's age and the mother's education. ABSTRAK Implementasi kebijakan pemerintah dalam pencegahan stunting telah dilaksanakan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat desa. Kementerian Dalam Negeri setiap tahun menetapkan desa lokus stunting di 34 provinsi. Pada desa lokus stunting dilakukan intervensi sensitif dan spesifik. Banyak faktor yang mempengaruhi prevalensi stunting. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kejadian stunting pada desa lokus dan non lokus di 13 kabupaten lokus stunting di Indonesia. Studi ini merupakan studi kuantitatif dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di 13 Kabupaten lokus stunting, setiap kabupaten dipilih satu kecamatan yang kemudian dipilih satu desa lokus stunting dan satu desa non lokus. Pada setiap desa dipilih 90 balita. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat hubungan variabel bebas dan terikat setelah dikontrol oleh beberapa variabel. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peluang terjadinya stunting 20 persen lebih rendah di desa lokus dibanding desa non lokus. Balita yang mendapatkan ASI lebih dari 24 bulan berisiko 1,7 kali menjadi stunting. Balita yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) berisiko 1,5 kali menjadi stunting dibandingkan dengan balita yang melakukan IMD. Pendidikan ibu yang tinggi dapat mencegah kejadian stunting 2 kali dibandingkan ibu berpendidikan rendah. Pemilihan desa lokus stunting memengaruhi kejadian stunting. Selain itu, terdapat beberapa faktor determinan yang memengaruhi kejadian stunting yaitu jenis kelamin anak, durasi menyusui ASi lebih dari 24 bulan, usia anak, IMD, pemantauan pertumbuhuan, umur ibu dan pendidikan ibu. [Penel Gizi Makan 2021, 44(2):79-92]
UPAYA PENINGKATAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEBIJAKANNYA DI INDONESIA Amalia Safitri; Dwi Anggraeni Puspitasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 41 No. 1 (2018): PGM VOL 41 NO 1 TAHUN 2018
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v41i1.1856

Abstract

ABSTRACT Breast milk is the best nutrition for infants aged 0-6 months because it contains all the nutrients needed for growth and development of the baby. But not all mothers realize this is evidenced by the low rate of exclusive breastfeeding. The purpose of this study is to know the efforts that have been made to improve exclusive breastfeeding and to review the policies that have been done by the government. The data were collected from literature studies and interviews with resource persons. The result of this study is maternal knowledge is a factor that much influence exclusive breastfeeding and efforts that have been done in the form of counseling, mentoring by family and hypnolaktasi. For the policy, the result is that the government has made a regulation that supports the implementation of exclusive breastfeeding but there has never been any monitoring and evaluation since its implementation is submitted to the local government. The conclusion of this study is that counseling on mothers and families is the most successful effort and proven successful in increasing the percentage of exclusive breastfeeding. Related policies in Indonesia need to be re-examined so that local governments are more concerned with the right of mothers in giving exclusive breastfeeding. Keywords: exclusive breastfeeding, counseling, policy ABSTRAK Air susu ibu merupakan nutrisi yang paling baik untuk bayi berusia 0-6 bulan karena mengandung semua unsur zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun tidak semua ibu menyadarinya, hal ini terbukti dengan masih rendahnya angka pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif serta mengkaji kembali kebijakan yang sudah dilakukan pemerintah. Data diperoleh dari kajian beerbagai literature dan wawancara dengan narasumber. Hasil dari kajian ini adalah faktor pengetahuan ibu merupakan faktor yang banyak mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan upaya yang sudah banyak dilakukan berupa konseling, pendampingan oleh keluarga dan hipnolaktasi. Untuk kebijakan didapatkan hasil bahwa pemerintah telah membuat peraturan yang mendukung pelaksanaan pemberian ASI eksklusif namun belum pernah ada monitoring dan evaluasi karena implementasinya diserahkan ke pemerintah daerah. Kesimpulan dari kajian ini adalah konseling atau penyuluhan pada ibu dan keluarga merupakan upaya yang paling banyak dilakukan dan berhasil meningkatkan minat ibu untuk pemberian ASI eksklusif. Sedangkan untuk kebijakan pemberian ASI eksklusif di Indonesia, tidak semua pemerintah daerah melaksanakan kebijakan tersebut dan belum ada sanksi bagi yang melanggar. [Penel Gizi Makan 2018, 41(1):13-20] Kata kunci: air susu ibu (ASI) eksklusif, konseling, kebijakan
ANALISIS PERBANDINGAN PREMI TUNGGAL BERSIH ASURANSI JIWA BERJANGKA DENGAN TABEL MORTALITAS INDONESIA (TMI) 2019 BERDASARKAN GENDER Ahmad Aji Suryanto; Syarifah Febriyana; Amalia Safitri; Zulkifli Arigani; Yuyun Eka Pratiwi
STATMAT : JURNAL STATISTIKA DAN MATEMATIKA Vol 7 No 2 (2025)
Publisher : Math Program, Math and Science faculty, Pamulang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji perhitungan premi tunggal bersih untuk produk asuransi jiwa berjangka di Indonesia, dengan fokus pada penerapan Tabel Mortalitas Indonesia (TMI) 2019 dan model anuitas diskrit. Asuransi jiwa berjangka merupakan instrumen proteksi finansial penting yang menawarkan perlindungan bagi ahli waris dengan premi yang relatif terjangkau dan durasi pertanggungan yang lebih fleksibel. Perhitungan premi yang akurat, berdasarkan nilai sekarang aktuaria (APV) dari manfaat masa depan, sangat krusial bagi keberlanjutan perusahaan asuransi. Studi ini menggunakan TMI 2019, yang mencakup segmentasi gender dan data mortalitas terkini, menggantikan tabel usang seperti CSO. Penggunaan TMI 2019 memungkinkan penetapan premi yang lebih adil dan akurat berdasarkan profil risiko gender Metodologi perhitungan premi tunggal bersih melibatkan estimasi probabilitas mortalitas dari TMI 2019 dan asumsi tingkat diskonto (suku bunga). Analisis dilakukan menggunakan model anuitas diskrit, yang dianggap lebih praktis mencerminkan arus kas aktual dibandingkan model kontinu. Studi kasus menganalisis pengaruh variasi suku bunga (3% hingga 7%) terhadap premi tunggal bersih untuk tertanggung laki-laki dan perempuan pada usia masuk 30, 35, 40, serta 45 tahun, dengan periode pertanggungan selama 5 tahun dan manfaat Rp 10.000.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor usia nasabah dan gender terbukti signifikan berbanding lurus mempengaruhi besaran premi, sedangkan faktor tingkat suku bunga berbanding terbalik dalam penentuan besaran premi. Faktor gender sejalan dengan data harapan hidup yang menunjukkan perempuan cenderung hidup lebih lama dibanding laki-laki. Kajian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam memperkaya literatur penerapan TMI 2019 dan model diskrit, serta masukan praktis bagi industri asuransi jiwa Indonesia dalam pengembangan produk yang relevan dengan kondisi demografi dan ekonomi saat ini.