Rokhmah Ulfah
Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MISTIK SUNAN BONANG Ulfah, Rokhmah
TEOLOGIA Vol 24, No 2 (2013): Etika Islam/Tasawuf
Publisher : TEOLOGIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This article will explain the mystical teachings of Sunan Bonang. He is a member of the Board Walisongo, which has a major role in the process of Islamization in Java. In preaching Islam, he is not only a cultural approach, but by creating songs and gending; he is also very closely related to the mystical teachings. In a mystical concept, humans must do the cleaning him self well so that it can unite with God. Mystical of Sunan Bonang can not classified as pantheism, but rather based on the Sharia. He emphatically stated that there was separation between God and man, not fused together so that it difficult to separate between them. His teachings are very common among Walisogo which is to up hold the Sufism teachings of Ahlu al-Sunnah wa al-Jamā’ah. Abstrak: Artikel ini akan menguraikan ajaran mistik Sunan Bonang. Ia  adalah salah satu anggota Dewan Walisongo, yang memiliki peran besar dalam proses islamisasi di Jawa. Iatidak hanya melakukan pendekatan kultural, menciptakan tembang dan gending-gending, tetapi ia juga sangat lekat dengan ajaran mistiknya. Dalam konsep mistiknya, manusia harus melakukan pembersihan diri dengan baik sehingga bisa bersatu dengan Tuhan. Mistik Sunan Bonang bukan tergolong pantheisme, tetapi lebih berdasarkan pada syariat. Ia dengan tegas menyatakan adanya pemisah antara Tuhan dan manusia, bukan lebur menjadi satu sehingga sulit memisahkan antara keduanya.  Ajaran seperti ini sudah sangat umum di kalangan Walisogo yang memang memegang teguh ajaran tasawuf Ahlu al-Sunnah wa al-Jamā’ah. Keywords: Mistik, Pantheisme, Syariat, Tuhan, Walisongo.
MISTIK SUNAN BONANG Ulfah, Rokhmah
Jurnal THEOLOGIA Vol 24, No 2 (2013): TASAWUF
Publisher : Fakulta Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/teo.2013.24.2.331

Abstract

Abstract: This article will explain the mystical teachings of Sunan Bonang. He is a member of the Board Walisongo, which has a major role in the process of Islamization in Java. In preaching Islam, he is not only a cultural approach, but by creating songs and gending; he is also very closely related to the mystical teachings. In a mystical concept, humans must do the cleaning him self well so that it can unite with God. Mystical of Sunan Bonang can not classified as pantheism, but rather based on the Shari'a. He emphatically stated that there was separation between God and man, not fused together so that it difficult to separate between them. His teachings are very common among Walisogo which is to up hold the Sufism teachings of Ahlu al-Sunnah wa al-Jamā’ah. Abstrak: Artikel ini akan menguraikan ajaran mistik Sunan Bonang. Ia adalah salah satu anggota Dewan Walisongo, yang memiliki peran besar dalam proses islamisasi di Jawa. Iatidak hanya melakukan pendekatan kultural, menciptakan tembang dan gending-gending, tetapi ia juga sangat lekat dengan ajaran mistiknya. Dalam konsep mistiknya, manusia harus melakukan pembersihan diri dengan baik sehingga bisa bersatu dengan Tuhan. Mistik Sunan Bonang bukan tergolong pantheisme, tetapi lebih berdasarkan pada syariat. Ia dengan tegas menyatakan adanya pemisah antara Tuhan dan manusia, bukan lebur menjadi satu sehingga sulit memisahkan antara keduanya. Ajaran seperti ini sudah sangat umum di kalangan Walisogo yang memang memegang teguh ajaran tasawuf Ahlu al-Sunnah wa al-Jamā’ah. Keywords: Mistik, Pantheisme, Syariat, Tuhan, Walisongo.
The Revival Movement of the Idrisiyya Order in Indonesia Sulaiman, Sulaiman; Ula, Miftahul; Faiq, Muhammad; Machrus, Machrus; Yusriyah, Yusriyah; Ulfah, Rokhmah
Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Humaniora - UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/tos.v12i2.18810

Abstract

Sufism and ṭarīqa are often associated with awful and negative stigmas for generating laziness, stagnancy, and surrender to misery. Sheikh Fathurahman tackles these assumptions through the teachings of the Idrisiyya Order. This study is qualitative based research. The primary data were collected from books by Sheikh Fathurahman and his lectures uploaded on Youtube, observations, Focus Group Discussions, and direct and indirect interviews. This study found that Sufi revivalism, as initiated by Sheikh Fathurahman, has led to a positive movement. The presence of the ṭarīqa, especially the Idrisiyya Order, amid society has contributed to crucial social changes and innovations in some sectors, such as economics, education, and other social programs. Contribution: This study will give a new insight into the central teaching of taṣawwuf, such as zuhd and tawakkal as reinterpreted by Sheikh Fathurahman under the Idrisiyya Order so that ṭarīqa becomes the locomotive of social change amid Muslim society in Indonesia.