Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat peroral terhadap Degenerasi Neuron Piramidal CA1 Hipokampus pada Tikus Wistar Halomoan Simon; Hexanto Muhartomo; Dwi Pudjonarko
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1426.781 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i3.67

Abstract

Latar belakang : Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium dari asam amino asam glutamat digunakan luas di masyarakat sebagai penyedap rasa. Pemakaian MSG dalam dosis tepat relatif aman. Penggunaan MSG dalam dosis tinggi dan berlangsung lama menyebabkan gangguan neuroendokrin dan degenerasi neuron, sehingga muncul pertanyaan seberapa jauh MSG peroral berpengaruh terhadap degenerasi neuron piramidal di regio CA1 hipokampus. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pengaruh pemberian MSG peroral terhadap degenerasi neuron piramidal di regio CA1 hipokampus pada tikus Wistar. Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan 30 tikus Wistar jantan usia 8 minggu, berat 200 gram dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok kontrol, 4 kelompok perlakuan) diberikan MSG secara oral dosis 5 mg/grBB/hr dan 10 mg/grBB/hr selama 4 minggu. Setelah 2 minggu dan 4 minggu perlakuan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi di jaringan hipokampus dan rerata jumlah sel piramidal yang berdegenerasi pada CA1 hipokampus dianalisa dengan Uji ANOVA dilanjutkan Post Hoc, Kruskal Wallis Test dilanjutkan Mann-Whitney Test, uji Paired T-Test dan Wilcoxon Signed Ranks Test. Analisa data menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil: Ada perbedaan bermakna pada rerata jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di regio CA1 hipokampus antara kelompok penelitian setelah 2 minggu dan 4 minggu perlakuan (p=0,0001). Simpulan: Pemberian MSG per oral dosis 5 mg/grBB/hr dan 10 mg/grBB/hr selama 2 minggu dan 4 minggu terbukti berpengaruh terhadap rerata jumlah neuron piramidal yang berdegenerasi di region CA1 hipokampus tikus Wistar. Kata kunci: Monosodium glutamat, degenerasi neuron piramidal CA1 hipokampus.
Pengaruh Pemberian Deksametason Terhadap Kadar D Dimer Plasma pada Pasien Tumor Otak Agus Setiawan; Dwi Pudjonarko; Dodik Tugasworo
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.963 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i1.205

Abstract

Latar belakang : Kanker meningkatkan risiko trombosis dan meningkatkan kadar D dimer melalui disfungsi endotelial akibat VEGF yang diproduksi sel kanker. Terapi deksametason memperbaiki sawar darah otak dengan menurunkan VEGF, sehingga mengurangi edema vasogenik. Deksametason diperkirakan dapat menurunkan kadar D dimer plasma pada pasien tumor otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemberian deksametason dengan kadar Ddimer plasma pasien tumor otak. Metode : Penelitian ini menggunakan model eksperimental kuasi terhadap 17 pasien tumor otak, yang direkrut secara konsekutif, dan tidak dalam kemoterapi atau radioterapi. Diagnosis tumor otak didasarkan pada CT sken kepala dan D dimer plasma diukur dengan ELISA (Sysmex). Seluruh pasien diberikan terapi deksametason, dan kadar D dimer diukur sebelum dan 4 hari setelah pengobatan deksametason. Uji t berpasangan digunakan untuk menguji perubahan kadar D dimer. Hasil : Responden penelitian ini adalah perempuan sebanyak 11 (64,7%) pasien, sedangkan laki-laki sebanyak 6 (35,3%) pasien, dan terbanyak berada kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 9 (52,9%) orang. Keadaan hiperkoagulasi (peningkatan kadar D dimer >500 ng/ml) pada sebanyak 6 (35,3%) pasien. Kanker yang paling sering adalah meningioma sebanyak 10 (58,8%) pasien, diikuti oleh glioma sebanyak 4 (23,5%) pasien dan metastase otak pada 3 (17,6%) pasien. Tidak terdapat perbedaan pada kadar D Dimer plasma antara pra dan pasca terapi deksametason (p=0,658). Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis tumor otak (intra dan extra-axial) terhadap perubahan kadar D dimer plasma (p=0,029). Simpulan : Pemberian deksametason pada pasien dengan tumor otak tidak mempengaruhi kadar D dimer plasma
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI KOGNITIF PENDERITA STROKE NON HEMORAGIK Arina Pramudita; Dwi Pudjonarko
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.856 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14242

Abstract

Latar Belakang : Stroke dan penyakit kardiovaskuler lainnya masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah yang terbanyak. Sejumlah faktor risiko stroke sudah diketahui seperti usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, kebiasaan merokok, serta pola hidup sedentari. Pengaruh stroke juga sudah diketahui salah satunya mempengaruhi fungsi kognitif. Salah satu pemeriksaan fungsi kognitif bagi penderita stroke adalah MMSE dimana pemeriksaan ini merupakan skrining penilaian psikometri yang paling sering dipakai. MMSE ini sangat mudah dan relatif cepat.Tujuan : Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi kognitif pada penderita stroke non hemoragik.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Saraf RSUP Dr Kariadi Semarang. Subyek penelitian sebanyak 15 pasien dengan teknik consecutive sampling. Data yang digunakan merupakan data primer yaitu hasil MMSE dan data sekunder yaitu rekam medis dari April 2016 sampai Juni 2016. Uji statistik menggunakan uji Chi-square.Hasil : Terdapat 15 pasien yang terdiri dari 9 wanita dan 6 pria. Tidak didapatkan pengaruh antara faktor usia (p 0,842), jenis kelamin (p 0,792), riwayat keluarga stroke (p 0,519), hipertensi (p 0,080), riwayat penyakit kardiovaskular (p 0,080) , DM (p 0,792), dislipidemia (0,438), obesitas (0,438), kebiasaan merokok (p 0,770), serta pola hidup sedentari (p 0,519).Kesimpulan : Tidak terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi kognitif pada penderita stroke non hemoragik.
PENGARUH RANITIDIN TERHADAP DEGENERASI AKSON AKIBAT NEUROPATI NERVUS OPTIK (STUDI PADA TIKUS WISTAR DENGAN INTOKSIKASI METANOL AKUT) Ersananda Arlisa Putri; Dwi Pudjonarko
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.435 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23316

Abstract

Latar Belakang: Insidensi keracunan alkohol di Indonesia terbilang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena penggunaan metanol sebagai bahan campuran pembuatan alkohol oplosan. Diketahui bahwa metabolisme metanol bersifat toksik bagi tubuh manusia. Salah satu implikasinya adalah kerusakan saraf optik yang dapat menyebabkan kebutaan. Penggunaan ranitidin sebagai Antidotum untuk mengurangi efek toksisitas metanol telah dipelajari sebelumnya. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut tentang efek pemberian ranitidin dosis bertingkat terhadap degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus wistar yang diintoksikasi metanol akut. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ranitidin dosis bertingkat terhadap degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus Wistar dengan intoksikasi metanol akut. Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan posttest only control group design. Penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu terdiri dari: 2 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol positif, dan 1 kelompok kontrol negatif dengan 6 tikus di masing-masing kelompok. Kelompok perlakuan pertama diberi metanol 14 g / kgbb, dan setelah 30 menit diberikan ranitidin 30mg / kgBB. Kelompok perlakuan kedua diberi metanol 14 g / kgbb, dan setelah 30 menit diberikan ranitidin 60 mg/kgbb . Kelompok kontrol negatif diberi aquades oral saja, sedangkan kontrol positif diberikan metanol per oral 14g / kgBB tanpa pemberian ranitidin. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan intoksikasi metanol saja (kelompok kontrol positif) dengan kelompok yang diberikan ranitidin 60 mg/kgBB setalah 30 menit intoksikasi metanol (kelompok perlakuan 2) (p = 0,02), dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan intoksikasi metanol saja (kelompok kontrol positif) dengan kelompok yang diberikan diberikan ranitidin 30 mg/kgBB setelah 30 menit intoksikasi metanol (kelompok perlakuan 1) (p = 0,452). Kesimpulan: Ranitidin dosis 60 mg/kgbb yang diberikan 30 menit setelah intoksikasi metanol akut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kejadian degenerasi akson akibat neuropati optik toksik pada tikus wistar yang diintoksikasi metanol akut.Kata Kunci: Metanol, Ranitidin, Tikus Wistar, Nervus Optik, Degenerasi Akson
KORELASI KADAR LAJU ENDAP DARAH DENGAN NILAI ASPECTS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK Ratih Ismiranti Murni; Dwi Pudjonarko; Bambang Satoto; Sukma Imawati
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 1 (2015): Published in May 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.785 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i1.p26-32.2015

Abstract

AbstrakStroke adalah penyebab utama ke-3 kematian di Amerika Serikat. Stroke iskemik adalah kondisi kompleks dengan etiologi dan manifestasi klinis bervariasi. CT Scan kepala adalah pencitraan darurat stroke membedakan dengan perdarahan intrakranial. Beberapa peneliti mengemukakan adanya korelasi independent dan hubungan pemeriksaan rutin biomarkers pada pasien stroke iskemik akut termasuk di dalamnya parameter inflamasi yang berperan pada patofisiologi iskemia otak. Tujuan penelitian ini mengetahui korelasi kadar LED dengan penilaian ASPECTS pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik belah lintang dari catatan rekam medik. Selama periode Desember 2012 - Oktober 2014. Didapatkan 16 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dengan beberapa karakteristik subyek penelitian meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, kadar LED 1 dan 2, awitan stroke iskemik akut. Uji statistik Rank Spearman’s,dan uji bivariat maupun multivariat. Didapatkan hasil tidak ada korelasi antara nilai ASPECTS dengan kadar LED dan faktor yang mempengaruhi nilai ASPECTS.AbstractStroke is the third major cause of death in United States. Ischemic stroke results from complex conditions with various etiologies and clinical manifestations. Brain CT Scan is a stroke emergency imaging to differentiate intracranial hemorrhage. Several studies claimed there were independent correlation and relationship of biomarker in routine examination of acute ischemic stroke patients including inflammation parameters that contribute to the pathophysiology of brain ischemic. The purpose in this study was to identify correlation between ESR level and ASPECTS in ischemic stroke patients. The method of study was analytical observational cross sectional taken from medical record. It was performed in 16 patients that fulfill the inclusion and exclusion criteria during December 2012- October 2014. Several characteristics of subject that affecting ASPECTS included age, gender, hypertention, diabetes mellitus, dyslipidemia, ESR level 1 and 2, and onset of acute ischemic stroke were assessed. Analytical test was performed by Rank spearman’s test and multivariate test. There was no correlation between ASPECTS with ESR level and factors that affect ASPECTS.
KORELASI ANTARA VOLUME PERDARAHAN INTRASEREBRAL DENGAN NILAI INDEKS BARTHEL PADA STROKE HEMORAGIK Ahda Amila Sholiha; Hermina Sukmaningtyas; Dwi Pudjonarko
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.1 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14200

Abstract

Latar Belakang : Stroke merupakan 9% penyebab kematian dan merupakan penyebab tertinggi kedua kematian di dunia. Stroke hemoragik intraserebral merupakan jenis kedua terbanyak dari pasien stroke setelah stroke iskemik. Sejumlah faktor risiko stroke telah diketahui. Luaranstroke dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain penurunan GCS, lokasi perdarahan di infratentorial, perluasan intraventrikuler dan adanya peningkatan waktu pembekuan darah. Volume perdarahan disebutkan sebagai faktor paling kuat dibanding faktor lainnya. Penilaian luaran stroke dapat dinilai dalam waktu singkat dengan menggunakan indeks barthel dengan reabilitas yang cukup tinggi yaitu 0,95.Tujuan : Mengetahui korelasi antara volume perdarahan intraserebral dengan nilai indeks barthel pada stroke hemoragik.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan belah lintang. Penelitian ini dilaksanakan di RS Dr Kariadi Semarang Subyek penelitian sebanyak 29 pasien dengan teknik purposive sampling. Data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu rekam medis dari Januari 2015 sampai Juni 2016. Uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman dimana p bermakna bila p<0,05.Hasil : Terdapat 29 pasien yang terdiri dari 12 laki-laki dan 17 perempuan. Tidak didapatkan korelasi antara volume perdarahan terhadap nilai indeks barthel dimana nilai p o,391. Hubungan yang bermakna didapatkan antara obesitas terhadap nilai indeks barthel dengan nilai p sebesar 0,033. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, obesitas, perdarahan subarakhnoid, dan perluasan intraventrikuler terhadap indeks barthel (p=0,704; 0,669; 1,00; 0,354; 0,362; 1,00; dan 1,00).Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara volume perdarahan intraserebral dengan nilai indeks barthel pada stroke hemoragik.
Trends in Digital Health Education for Iron Supplementation During Pregnancy (2010-2025): A Bibliometric Study Herinawati, Herinawati; Ani Margawati; Sri Achadi Nugraheni; Dwi Pudjonarko
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 8 No. 10: OCTOBER 2025 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/mppki.v8i10.8346

Abstract

Introduction: Iron deficiency anemia is one of the major health issues that significantly impacts pregnant women, both in developing and developed countries. Interventions through health education, particularly digital-based education, are increasingly being used to improve compliance with iron supplementation. However, little is known about how global research trends on this topic have evolved over time. This study aims to analyze global research trends in scientific literature related to digital health education and mHealth interventions for iron supplementation and anemia prevention in pregnant women. To achieve this, a bibliometric analysis was conducted to map publication growth, collaboration networks, and emerging themes in the field. Methods: Data retrieval was conducted through the PubMed database using relevant keywords “Iron” AND “Anemia” AND ‘Pregnancy’ AND (“Health education” OR “Mobile health” OR “Digital health”). Articles published between 2010 and 2025 were selected. Bibliometric analysis was conducted using the VOSviewer tool to map keywords, author collaborations, and publication trends. Results: A total of 78 relevant publications were identified, with a significant increase in the past decade. Ethiopia, the USA, China, Egypt, and Indonesia were among the countries with the highest contributions. Dominant themes included mHealth and app-based approaches. Network mapping revealed major thematic clusters in technology-based interventions, compliance behavior, and pregnancy outcomes. Conclusion: Research trends indicate growing interest in the use of digital platforms to educate pregnant women about iron supplementation and anemia prevention. This reflects a paradigm shift toward more personalized and technology-based interventions. Further studies are needed to evaluate the effectiveness and sustainability of various digital intervention models.