Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PELUANG MENGGUNAKAN METODE SESAR PADA PERSALINAN DI INDONESIA Andi Rispah Sulistianingsih; Krisnawati Bantas
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 9 No 2 (2018): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 9 NO. 2 TAHUN 2018
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.662 KB) | DOI: 10.22435/kespro.v9i2.2046.125 - 133

Abstract

Latar Belakang: World Health Organization (WHO) 2015 menargetkan rata-rata tindakan metode sesar antara 10% sampai 15% sebagai upaya intervensi penyelamatan ibu dan bayi pada persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal. Peningkatan angka persalinan dengan metode sesar di seluruh dunia termasuk Indonesia merupakan masalah yang sangat memprihatinkan mengingat konsekuensi kesehatan jangka pendek maupun panjang bagi ibu dan bayi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dan besar peluang menggunakan metode sesar pada persalinan di Indonesia. Metode: penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder SDKI 2017. Variabel yang diteliti yaitu metode persalinan, faktor sosiodemografi, riwayat kehamilan dan riwayat persalinan ibu. Analisis menggunakan SPSS 20. Peluang pemilihan metode sesar pada persalinan di Indonesia diukur melalui persamaan regresi logistik. Hasil: faktor yang secara signifikan terkait dengan pemilihan metode sesar pada persalinan di Indonesia adalah usia ibu, pendidikan, indeks kekayaan, tempat tinggal, paritas, ukuran anak saat lahir, frekuensi anc, kehamilan anak kembar, dan komplikasi kehamilan. Peluang menggunakan metode sesar pada persalinan dengan kondisi usia ibu >35 tahun, pendidikan tinggi, tinggal di wilayah perkotaan dan mengalami komplikasi kehamilan adalah 65%. Sedangkan peluang menggunakan metode sesar berdasarkan indikasi medis dalam hal ini komplikasi kehamilan adalah 9.5%.
RELATIONSHIP OF THE USE OF INJECTED NARCOTICS WITH HEPATITIS C COINFECTION IN TEBET Hospital, 2017-2019 Qurratu Ayunin; Krisnawati Bantas
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA Vol 8 No 2 (2020): Juli-Desember
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36973/jkih.v8i2.220

Abstract

Background: The number of people who was infected HIV/AIDS over the world approximately 37,9 milion in 2018. Hepatitis C coinfection in HIV patients approximately 2-15% over the world and for 90% were injecting drug users. This study aims to find the correlation injecting drug use and hepatitis C coinfection in HIV patients in RSUD Tebet from 2017-2019. Method: This study use case-control design using medical record data. We studied 186 samples and use simple random sampling for recruiting sample. Analysis of the data used SPSS software and were analyzed by univarit, bibariat, multivariat with logistic regression. Results: Injecting drug use showed a significant correlation with Hepatitis C coinfection in HIV patients with OR adjusted 12,7 (95% CI (3,8 - 42,37) and p-value 0,001 after adjusted with working status, age, sex, and risky sexual behavior. Conclution: Injecting drug use showed a significant correlation with Hepatitis C coinfection in RSUD Tebet.
NILAI BATAS DAN INDIKATOR OBESITAS TERHADAP TERJADINYA DIABETES MELLITUS TIPE 2 Made Dewi Susilawati; Krisnawati Bantas; Abas Basuni Jahari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 1 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i1.4004.11-20

Abstract

ABSTRACTObesity is a risk factor of type 2 diabetes mellitus (T2DM), but the obesity indicator having most clear association still varies. The purpose of the study was to determine cut-off point of three different indicators of obesity body mass index (BMI), waist circumference (WC) and waist-height ratio (WHtR) and compare the three indicators of obesity in detecting of T2DM. The study was a secondary data analysis using data of baseline cohort study of non communicable desease. Total sample for the analysis was 1415 adult subjects. Multiple logistic regression and Receiving Operating Characteristic (ROC) methods implied to analyze the assosiation. The results showed that cut - off point and strength of the relationship using BMI was more than 26 kg/m2 (Se 0.65, Sp 0.64 ; Area Under the Curve (AUC) 0.67 ), OR 2.45 ( 95% CI 1.66 - 3.62 ), WC men and women was more than 81 cm ( Se 0.63 ; Sp 0.63 ; AUC 0.68 ), OR 2.43 ( 95% CI 1.65 - 3.57 ), and WHtR was more than 0.53 ( Se 0.70 ; Sp 0.60; AUC 0.69 ,) OR 2.68 ( 95% CI 1.79 - 4.01 ). The conclusion of this study is that the strength of assosiation among the three indicators of obesity and the type 2 diabetes is similar after controlled by age, family history, hypertension and physical activity.Keywords : type 2 diabetes mellitus, receiving operating characteristic, indicators of obesity, area under the curveABSTRAKBerbagai penelitian telah membuktikan obesitas sebagai salah satu faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2), namun demikian hasilnya masih bervariasi. Tujuan penelitian adalah menentukan cut-off point tiga indikator obesitas indeks massa tubuh (IMT), lingkar perut (LP) dan rasio lingkar perut-tinggi badan (LP/TB) serta membandingkan dari ketiga indikator obesitas dalam mendeteksi terjadinya DMT2. Desain penelitian potong lintang menggunakan data sekunder 1415 sampel dewasa dari baseline studi kohort Penyakit Tidak Menular (PTM). Analisis menggunakan regresi logistik ganda dan metode Receiving Operating Characteristic (ROC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai cut-off point dan kekuatan hubungan menggunakan indikator obesitas umum IMT ≥ 26 kg/m2 (Se 0,65; Sp 0,64; AUC 0,67), OR 2,45 (95% CI 1,66-3,62), LP laki-laki dan perempuan ≥ 81 cm (Se 0,63; Sp 0,63; AUC 0,68), OR 2,43 (95% CI 1,65-3,57), dan LP/TB ≥ 0,53 (Se 0,70; Sp 0,60; AUC 0,69) OR 2,68 (95% CI 1,79-4,01). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kekuatan hubungan ketiga indikator obesitas terhadap terjadinya DMT2, tidak jauh berbeda setelah dikontrol umur, riwayat keluarga, hipertensi dan aktivitas fisik. [Penel Gizi Makan 2014, 37(1): 11-20]Kata kunci: diabetes mellitus tipe 2, receiving operating characteristic, indikator obesitas, area under the curve
ASUPAN SERAT MAKANAN DAN KADAR KOLESTEROL-LDL PENDUDUK BERUSIA 25-65 TAHUN DI KELURAHAN KEBON KALAPA, BOGOR Yunita Diana Sari; Sri Prihatini; Krisnawati Bantas
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 1 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i1.4008.51-58

Abstract

ABSTRACTOne of the main risk factor for atherosclerosis is hypercholesterolemia as measured by elevated LDL cholesterol level. Life style change by lack of fruits and vegetables consumption considered a risk to increased cholesterol level. Intake of dietary fiber provide many health benefits. Dietary fiber intake may reduced the risk for the occurrence of various diseases, such as coronary heart disease, stroke, hypertension, diabetes, and obesity. The aim of this study was to measure the association between dietary fiber consumption and the content of LDL cholesterol for the people of 25-65 years of age at Kebon Kelapa Village in Bogor in 2013. The study was a cross-sectional design. The study utilized baseline data from Cohort Study of Non Communicable Disease Risk Factors conducted by National Institute of Health Research and Development using bivariate analysis. The result showed that the proportion of high LDL cholesterol was 78.3% with the mean cholesterol level 120 mg/dl. The mean daily dietary fiber consumption was 7 gram/day. All samples significant consumed food fiber below RDA(<25 gram/day) which 78.3 percent of them had high LDL cholesterol levels. Age, intake of fat and vegetable protein had a significant association with LDL cholesterol levels.Keywords: LDL cholesterol, dietary fiber intake, HypercholesterolemiaABSTRAKSalah satu faktor risiko utama penyebab aterosklerosis adalah hiperkolesterolemia yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL. Perubahan pola hidup yang ditandai dengan kurang mengonsumsi sayuran dan buah merupakan salah satu risiko terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL. Asupan serat makanan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan. Asupan serat-makanan dapat mengurangi risiko untuk terjadinya berbagai penyakit, seperti PJK, stroke, hipertensi, diabetes,dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan serat-makanan dengan kadar kolesterol LDL pada penduduk usia 25-65 tahun di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor, tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan sampel data dasar (baseline data) Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular yang dilakukan oleh Badan Litbangkes tahun 2011 dan dianalisis secara bivariat. Hasil analisis menunjukkan proporsi penduduk usia 25-65 tahun dengan kolesterol LDL tinggi sebesar 78,3 persen dengan rata-rata kadar kolesterol LDL 120 mg/dl. Rata-rata asupan serat-makanan sebesar 7 gram/hari. Seluruh (100 persen) responden mengonsumsi serat-makanan dibawah yang dianjurkan (<25 gram/hari) dimana 78,3 persen diantaranya mempunyai kadar kolesterol LDL tinggi. Hasil penelitian menunjukkan variabel umur, asupan lemak dan asupan protein nabati secara bermakna mempunyai hubungan dengan kadar kolesterol LDL. [Penel Gizi Makan 2014, 37(1): 51-58]Kata kunci: kolesterol LDL, asupan serat makanan, hiperkolesterolemia