Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Increasing serum miR-124-3p expression is associated with the high survival rate of a rectal cancer patient after neoadjuvant chemoradiotherapy Sri Nuryani Wahyuningrum; Christina Hari Nawangsih Priharsanti; Sofia Mubarika Haryana; Ahmad Ghozali
Health Science Journal of Indonesia Vol 10 No 2 (2019)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsji.v10i2.2440

Abstract

Latar Belakang: Kanker kolorektal menempati urutan ketiga penyebab kanker di dunia, dengan prevalensi kanker rektum sebanyak 30% dari total kasus. Saat ini belum ada biomarker yang efektif untuk memprediksi respon pasien terhadap terapi yang diberikan. Beberapa penelitian menggunakan potensi miRNA sebagai biomarker untuk melihat respon terapi. Salah satunya yaitu MiR-124-3p berperan sebagai tumor supresor yang mengalami penurunan ekspresi pada berbagi jenis kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti ekspresi miR-124-3p dari pasien kanker rektum yang menerima nCRT, dan menganalisis hubungannya dengan kelangsungan hidup pasien dan parameter klinis lainnya. Metode: Penelitian ini melibatkan 15 orang pasien yang didiagnosis menderita kanker rektum lokal dan menjalani kemoradioterapi neoajuvan (radioterapi 45-50 Gy dengan fraksi 1,8-2 Gy selama 1-3 bulan, dan kemoterapi 5-fluororacil secara oral). Sampel penelitian berupa darah intravena sebanyak 5 ml diambil saat sebelum dan sesudah kemoradioterapi. Selanjutnya ekspresi miR-124-3p dianalisis menggunakan qRT-PCR dan dikalkulasi menggunakan metode Livak. Hasil: Terdapat hubungan signifikan antara peningkatan ekspresi miR-124-3p dengan sintasan hidup pasien (P=0,003; OR =30, 95% CI = 1,41 – 638,15), serta adanya peningkatan ekspresi miR-124-3p yang signifikan (P<0,041, fold change sebelum=1,14 ± 1,25; sesudah=2,4 ± 1,84) setelah dilakukan kemoradioterapi. Kesimpulan: Hasil ini mengindikasikan bahwa miR-124-3p berpotensi menjadi biomarker untuk memprediksi sintasan hidup pasien kanker rektum yang menerima kemoradioterapi. (Health Science Journal of Indonesia 2019;10(2):90-5) Kata kunci: kanker rektum, kemoradioterapi, miR-124-3p, sintasan hidup Abstract Background: Colorectal cancer is the world’s third most prevalent cancer, which 30% of cases are rectal cancer. Today, the effective diagnostic marker to accurately predict clinical outcome patients response to therapy did not found yet. Several research studies have indicated that miRNA potential as a prognostic biomarker. MiR 124-3p plays as tumor suppressor that significantly down-regulated in some cancer and could radiosensitize human colorectal cancer cells. The aim of the study is to investigate the expression of miR-124-3p from rectal cancer patient who receive nCRT, and analyze its association with patient survival and others clinical parameters. Methods: This research involved 15 patients with histologically confirmed locally advanced rectal cancer (LARC) and received neoadjuvant chemotherapy/nCRT (radiotherapy 45-50 Gy with 1,8-2 Gy fractions over 1 to 3 months and chemotherapy 5-fluorouracil was administered orally). Patient blood (5 ml) were collected from peripheral venous before and after neoadjuvant chemoradiotherapy. miR-124-3p expression was performed using qRT-PCR and calculate using Livak method. Results: In this study, we found that increasing of miR-124 was significantly associate with high survival of rectal cancer patient (P = 0,003; OR =30, 95% CI = 1,41 – 638,15). Average of miR-124-3p expression increase significantly after nCRT (P<0,041, fold change before=1,14 ± 1,25; after=2,4 ± 1,84). Conclusion: Our finding suggests that miR-124-3p expression in blood serum was potential as biomarkers to predict rectal cancer patient survival after neoajduvant chemoradiotherapy. (Health Science Journal of Indonesia 2019;10(2):90-5) Keywords : rectal cancer, chemoradiotherapy, miR-124-3p, survival
PENGARUH PEMBERIAN KEDELAI DAN SUSU TINGGI KALSIUM TERHADAP FUNGSI TIROID DAN MASSA TULANG PADA TIKUS HIPERTIROID Sri Nuryani Wahyuningrum; Hastin Dyah Kusumawardani; Ismi Setianingsih; alfien susbiantonny; Candra Puspitasari; Catur Wijayanti
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 9 No 1 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.818 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v9i1.571

Abstract

Latar belakang. Hipertiroid merupakan masalah gangguan hormonal yang cukup banyak terjadi, disamping diabetes melitus dan osteoporosis. Hipertiroid memiliki risiko kejadian 2-5%. Kasus hipertiroid di Klinik Litbang GAKI semakin bertambah tiap tahun, terdapat 141 kasus (29,9%) di tahun 2014 dan 181 kasus (39,5%) di tahun 2015. Kondisi hipertiroid menyebabkan hipermetabolisme pada tulang, antara lain meningkatkan proses penggantian tulang hingga dua kali lipat dan meningkatkan risiko hilangnya mineral tulang. Tujuan. Membuat formula pangan dari bahan dasar kedelai dan susu, kemudian menilai pengaruh formula tersebut terhadap fungsi tiroid dan massa tulang pada tikus hipertiroid. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian pre-klinis eksperimental menggunakan hewan coba tikus putih Galur Wistar betina, usia tiga bulan, berat badan 200±50 gram. Tikus diadaptasikan selama satu minggu, kemudian dibuat hipertiroid menggunakan euthyrax secara oral dengan dosis 50 µg/hari, selama enam minggu. Kondisi hipertiroid pada tikus diketahui dengan analisis kadar TSH dan fT4. Tikus dibagi empat kelompok secara random, yaitu: (1) kelompok kontrol positif, (2) kelompok Propiltiourasil (PTU), (3) kelompok formula pangan (FP), (4) kelompok PTU+FP. Tiap kelompok diberi perlakuan selama enam minggu. Formula dibuat dengan perbandingan kedelai : susu yaitu 2,7 : 3. Kadar TSH, fT4, PTH dan kalsitonin dianalisis dengan metode ELISA, sedangkan densitas massa tulang dianalisis menggunakan metode digital microradiography. Hasil. Penelitian ini mendapatkan formula dengan kandungan kalsium 0,92%, protein 28%, fosfor 0,53%, iodium 24,2 ppm, genistein 94,4 mg/g dan daidzein 36,1 mg/g. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar TSH, FT4, kalsitonin dan densitas massa tulang antar kelompok pada saat sebelum dan sesudah intervensi, namun densitas massa tulang pada kelompok yang diberikan formula menunjukkan tren peningkatan paling tinggi. Terdapat perbedaan bermakna kadar hormon paratiroid, dimana tren peningkatan paling tinggi terdapat pada kelompok yang diberikan formula. Kesimpulan. Formula yang diberikan selama enam minggu belum dapat memperbaiki fungsi tiroid dan densitas massa tulang pada tikus hipertiroid.
AUTOIMUNITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTIROIDISME PADA WANITA USIA SUBUR DI DAERAH REPLETE GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM (GAKI) Agus Wibowo; Sri Nuryani Wahyuningrum; Ina Kusrini; Suryati Kumorowulan; Ernani Budi Prihatmi; Sudarinah Sudarinah; Catur Wijayanti; Nafisah Nuraini; Nur Asiyatul Janah; Ismi Setianingsih; Palupi Dyah Ayuni; Cicik Harfana; Mohamad Samsudin
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 9 No 2 (2018): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2018
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.919 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v9i2.600

Abstract

Latar belakang. Hormon tiroid memiliki peran penting dalam tubuh manusia selama hidup. Hormon tiroid berperan dalam perkembangan otak dan pematangan sel dan jaringan, peningkatan konsumsi oksigen oleh sel serta berperan dalam sekresi dan pengendalian produksi hormon lainnya. Sekresi hormon tiroid yang berlebihan akan menimbulkan hipertiroid. Hipertiroid banyak terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan risikonya 5-10 kali dibandingkan pria. Hipertiroid dapat terjadi karena asupan iodium yang berlebih dalam jangka panjang atau kejadian autoimun seperti pada penyakit Graves. Hipertiroid banyak terjadi pada daerah replete Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) seperti wilayah Magelang. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kejadian autoimun sebagai penyebab hipertiroid di daerah replete GAKI. Metode. Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol dengan jumlah responden kelompok kasus hipertiroid sebanyak 24 orang dan kelompok kontrol sebanyak 41 orang. Penentuan responden antar kelompok dengan tapisan hormon TSH dan fT4. Hasil. Nilai rata-rata hormon tiroid yaitu fT4 dan fT3 serta TSH pada kelompok kasus adalah fT4= 2,52 pg/ml; fT3 =2,96 pg/ml; TSH=0,08 µIU/l. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah fT4= 1,6 pg/ml fT3= 2,36 pg/ml; TSH=1,65 µIU/l Autoimun berhubungan dengan kejadian hipertiroid (OR: 18,86; 95%CI). Kesimpulan. Titer TR ab (Tyroid Hormone Reseptor antibody) plasma merupakan faktor risiko tertinggi kejadian hipertiroid pada WUS di daerah replete GAKI.
HUBUNGAN STATUS IODIUM DENGAN FUNGSI TIROID DI KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN PURWOREJO, DAN KOTA BUKITTINGGI Suryati Kumorowulan; Sri Nuryani Wahyuningrum; Ina Kusrini; Prihatin Broto Sukandar; Hastin Dyah Kusumawardani; Slamet Riyanto; Ernani Budi Prihatmi; Sudarinah Sudarinah; Dwi Mulyani; Beta Dwi Astuti; Nur Asiyatul Janah
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.619 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2530

Abstract

Latar Belakang. Iodium merupakan bahan esensial yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hormon tiroid. Kecukupan iodium dapat dilihat dari status iodium yaitu kadar iodium urine (UIE) dan kadar tiroglobulin. Status iodium sangat memengaruhi regulasi hormon tiroid dimana kadar TSH dan FT4 sangat berperan dalam mekanisme fungsi tiroid. Defisiensi iodium merupakan permasalahan yang laten sehingga sewaktu-waktu dapat muncul kembali. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status iodium dengan indikator fungsi tiroid di daerah dengan riwayat kecukupan iodium yang berbeda–beda. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional pada wanita usia subur (WUS) umur 15 sampai 45 tahun di Kota Yogyakarta, Kabupaten Purworejo, dan di Kota Bukittinggi. Besar sampel setiap daerah sebanyak 120 WUS, sehingga total sampel adalah 360 WUS. Variabel yang diukur adalah IMT, TSH, FT4, UIE, dan tiroglobulin. Pengukuran kadar TSH dan FT4 serta tiroglobulin menggunakan metode ELISA sedangkan pengukuran kadar UIE dengan metode spektrofotometri. Hasil. Fungsi tiroid dilihat dari kadar TSH dan FT4 mayoritas normal pada ketiga daerah tersebut. Status iodium dilihat dari kadar median UIE di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo lebih dari normal, sedangkan di Kota Bukittinggi median UIE < 90 persen atau defisiensi iodium ringan dengan proporsi iodium <50 µg/L lebih dari 20 persen. Terdapat hubungan yang signifikan antara TSH dengan UIE dan tiroglobulin di Kabupaten Purworejo. Kesimpulan. Defisiensi iodium masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kota Bukittinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara status iodium dengan fungsi tiroid di Kabupaten Purworejo.
PENGARUH SUPLEMENTASI MIKROALGA SPIRULINA TERHADAP ASUPAN IODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DAERAH ENDEMIK GAKI Sri Nuryani Wahyuningrum; Agus Wibowo
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 37 No. 1 (2014)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v37i1.4009.59-68

Abstract

ABSTRACTIodine is an essential micronutrient for thyroid hormone function. The government has implemented mandatory salt iodization to control iodine deficiency disorder (IDD). Spirulina is a microalgae contaiing 94,5μg/g iodine (60 percent RDI of iodine in adult woman), which can be used as alternative source of natural iodine. The purpose of this study was to determine the effect of spirulina supplementation on iodine intake in women of childbearing age in the IDD endemic area. The design of the study was Randomized Control Trial (RCT) double-blind. The subjects were 60 women of childbearing aged 18-40 years in Kulo Progo, Yogyakarta. Subjects were divided into 2 groups randomly, the treatment group was given spirulina 1 gr/day and the control group was given pacebo, for 3 months. Median Urinary Iodine Excretion (UIE) was used to measure iodine intake. The result showed that median UIE in both groups at weeks 0 and 6 were sufficient (100-199 μg/L). At week 12 the median UIE in the treatment group were increase to 211 μg/L. There was a significant difference in median UIE at week 12 between 2 groups (P<0,05). There was a relationship between the increasing in median UIE with iodine intake at week 12 in the treatment group. Spirulina supplementation improves iodine intake in woman of childbearing age in IDD endemic area.Keywords: intervention, urinary iodine excretio, spirulina microalgaeABSTRAKIodium merupakan mikronutrien penting untuk pembentukan hormon tiroid. Progam nasional pemerintah untuk memenuhi asupan iodium masyarakat yaitu melalui fortifikasi iodium dalam garam. Spirulina merupakan mikroalga laut yang mempunyai kandungan iodium 94,5 μg/gr (60 persen AKG iodium pada wanita dewasa), diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai sumber iodium alami alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suplementasi spirulina terhadap asupan iodium pada Wanita Usia Subur (WUS) di daerah endemik GAKI. Desain penelittian adalah Randomized Control Trial (RCT) double blind. Subyek penelitian adalah 60 orang WUS usia 18-40 tahun di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. WUS dibagi menjadi 2 kelompok secara random, kelompok perlakuan diberi spirulina 1 gr/hari dan kelompok kontrol diberi plasebo, selama 3 bulan. Perubahan asupan iodium dilihat melalui median Urinary Iodine Excretion (UIE) pada minggu ke-0, 6 dan 12. Hasil penelitian menunjukkan median UIE pada kelompok perlakuan dan kontrol pada saat minggu ke-0 dan ke-6 berada dalam status iodium cukup (100-199 μg/L). Pada minggu ke-12 status iodium pada kelompok perlakuan mengalami kenaikan dengan nilai median UIE 211 μg/L. Terdapat perbedaan signifikan median UIE pada minggu ke-12 antara 2 kelompok (P < 0,05). Terdapat hubungan antara kenaikan median UIE dengan asupan iodium pada minggu ke-12 pada kelompok perlakuan. Suplementasi mikroalga spirulina dapat meningkatkan asupan iodium WUS di daerah endemik GAKI. [Penel Gizi Makan 2014, 37(1): 59-68].Kata kunci: intervensi, urinary iodine excretion, mikroalga spirulina