Emiliana Kasmudjiastuti, Emiliana
CLRP

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Penggunaan zat warna alam untuk kulit non konvensional Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 22, No 1 (2006): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.057 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v22i1.330

Abstract

The objective of this experiment was to apply the natural dyes for non conventional leather with mordant environmental friendly. This research used lizard skins, cobra skins and kakap fish skins from dried preservation; woods extract of secang, tegeran, nangka, mahoni and tinggi; chrome and syntan as tanning agent; alum as mordant and material additives for tanning. The methods of this research were preparation of solution extract, tanning and testing. The principles of dyeing with the natural dyes used natural dyes withoud mixed dyestuffs and mordant environtment friendly. The research results showed that the natural dyes from secang woods, tegeran woods, nangka woods, mahoni woods and tingi bark were acid dyes with pH of 4 – 5 and they could be applied on lizard skins, cobra skins and kakap fish skins. The natural dyes from mahoni woods had superior acid resistance (sulphate acid, formic acid and acetate acid), the value was 4/5 (grey scale) and also they had the dry and wet rub fastness which were better than those of natural dyes from secang, tegeran, nangka, and tinggi.  Keywords : natural dyes, woods extract, non conventional skins.   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan zat warna alam pada kulit non konvensional dengan mordan yang ramah lingkungan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : bahan baku berupa kulit biawak, kulit ular kobra, dan kulit ikan kakap awet kering, bahan pewarna dari ekstrak larutan kayu secang, tegeran, nangka, mahoni dan tingi, bahan penyamak krom dan syntan, alum sebagai mordan serta bahan pembantu untuk penyamakan. Tahapan penelitian meliputi persiapan ekstrak larutan zat warna alam, proses penyamakan kulit dan pengujian. Prinsip proses pewarnaan dengan zat warna alam adalah menggunakan zat wrna alam tanpa kombinasi zat warna sintetis, dengan mordan yang ramah lingkungan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa zat warna alam dari kayu secang, tegeran, nangka, mahoni dan tingi merupakan zat warna asam dengan pH 4 – 5 dan dapat diterapkan pada kulit biawak, kulit ular kobra dan kulit ikan kakap. Zat warna dari kayu mahoni unggul dalam ketahanan terhadap asam (sulfat, formiat, dan asetat) dengan nilai 4/5 pada skala abu-abu dan mempunyai ketahanan gosok (kering, basah) paling baik (tidak luntur), dengan nilai 4 – 5 pada skala abu-abu. Kata Kunci : zat warna alam, ekstrak kayu, kulit non konvensional.   
Pengaruh jumlah air terhadap jumlah serapan Cr2O3 pada proses penyamakan krom kulit kambing Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 24, No 1 (2008): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.123 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v24i1.321

Abstract

            The objective of the research was to study the effect of number of water of Cr2O3 absorbtion in chrome tanning for goat skin and to reduce utilization of water and chrome waste and to optimize function of Cr2O3. Waste water of pickle were used in variation of 20, 40, 60% respectively and control was also mode as comparation. Twenty pieces of green salted goat skin were grouped and devided into four groups and every five pieces were treated five pieces. The applications parameters of quality were determined including Cr2O3 absorbtion, shrinkage temperature, tensile strength, elongation at break, stitch strength and tear strength. The results showed that the number of Cr2O3 absorb and shrinkage temperature in this research was significantly added water effected on tanning process. The pickle water of 40% performed optimal chrome tanning for goat skin in the amount of 3.13% Cr2O3 absorbtion ; 115.38 0C shrinkage temperature; 216.58 kg/cm2 tensile strength; 43.14% elongation at break; 64.77 kg/cm2 stitch strength; 27.46 kg/cm2 tear strength and all of quality parameters fulfill the requirements of Indonesian National Standard (SNI) 06-117-1989 about Quality and Testing Method Goat Skin Glace. Key words : Goat skin, chrome tanning, shrinkage temperature, tensile strength, elongation at break, stitch strength, tear strength, tear strength ABSTRAK             Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jumlah air terhadap serapan Cr2O3  pada proses penyamakan krom kulit kambing serta mengurangi jumlah pemakaian air dalam upaya mengurangi limbah krom dan mengoptimalkan fungsi Cr2O3. Air bekas proses pengasaman (air pikel) ditambahkan dengan jumlah berturut-turut 20,40, dan 60%. Control atau tanpa tambahan air pikel dibuat sebagai pembanding dan kulit yang digunakan sebanyak 20 lembar dibagi dalam 4 kelompok dan masing-masing perlakuan untuk 5 lembar kulit. Parameter mutu kulit yang diamati meliputi Cr2O3 yang terserap dalam kulit, suhu pengkerutan, kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit dan kekuatan sobek. Hasil penelitian menunjukan bahwa Cr2O3 yang terserap dalam kulit dan suhu pengkerutan dipengaruhi secara nyata (P≤0,05) oleh air yang ditambahkan pada proses penyamakan. Pemakaian air pikel 40% pada penyamakan krom kulit kambing menunjukan jumlah Cr2O3 yang terserap dalam kulit sebesar 3,13%, suhu pengkerutan 115,380C, kekuatan tarik 216,58 kg/cm2 , kemuluran 43,14%, kekuatan jahit 64,77 kg/cm2, kekuatan sobek 27,46 kg/cm2 dan semua parameter kulit hasil penyamakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI 06-1117-1989 tentang mutu dan cara uji kulit glace kambing. Kata kunci : kulit kambing, penyamakan krom, suhu pengkerutan, kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit, kekuatan sobek. 
Pemanfaatan limbah kulit ikan nila dari industri filet untuk kulit jaket Prayitno, Prayitno; Kasmudjiastuti, Emiliana; Sahadi, Nur Wachid
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 28, No 1 (2012): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.681 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v28i1.205

Abstract

ABSTRACTThe research to reuse skin waste of the Nile tilapia sp resulted from the Fishs filletindustries was done to produce leather for garment by washable tanning process. Three variableconcentrations of reactive dyes, hydrophobic fat liquoring agent and anionic water repellent wereused in this research by 10, 15, and 20% for reactive dyes and 10, 12.5, and 15% for bothhydrophobic fat liquoring agent and water repellent resulted twenty-seventh of treatment. Theresearch result saw that there is no fade and no change in color after washing and have a good ofpersperation test for all the treatment, light fastness test resulted 5 of Grey Scale whereas sofnesstest resulted in range of scale 4 to 6. Tearing and sawing tests saw that for all treatment werefulfill the SNI 06-4593-1998, Garment leather from sheep and goat. Those were in range of 19.81kg/cm to 47.70 kg/cm and 59.58 kg/cm to 98.57 kg/cm for tearing and sewing propertiesrespectively. Whereas tensile properties saw that from the 27 treatment, 15 treatment were fulfillSNI requirement with the highest value was 171,40 kg/cm2 , for elongation properties for alltreatment saw the result was runs between 69,30% and 110,00%. Optimal conditions resultedby concentration of 10% reactive dyes, 10% hydrophobic fat liquoring and 10% anionic waterrepellent.Foot note: Reactive dye, skin of the Nile tilapia, hydrophobicABSTRAKTelah dilakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah kulit ikan Nila dari hasil sampingindustri fillet dijadikan kulit samak yang dapat digunakan untuk jaket dengan proses penyamakanyang dapat dicuci. Konsentrasi zat warna reaktif, bahan peminyakan hidrophobik dan anionikwater- repellen yang digunakan dalam penelitian ini di variasi masing-masing dalam 3konsentrasi, yaitu 10, 15 dan 20% untuk zat warna reaktiv dan 10, 12,5 dan 15% untuk bahanpeminyakan dan water-repellen, sehingga dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 27 perlakuan.Hasil penelitian menunjukan tidak adanya kelunturan dan perubahan warna untuk semuaperlakuan pada uji pencucian dan uji ketahan terhadap keringat dengan nilai pada skala 4/5 - 5Gray scale, dan kulit tetap lemas setelah pengujian dengan nilai kelemasan antara 4-6. Uji kuatsobek menunjukan semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI 06-4593-1998 Kulit Jaket daridomba dan kambing dengan nilai terendah 19,81 kg/cm dan tertinggi 47,70 kg/cm, untuk uji kuatjahit semua memenuhi persyaratan SNI, dengan nilai terendah 59,58 kg/cm dan tertinggi 98,57kg/cm sedangkan untuk kuat tarik 15 perlakuan dapat memenuhi peryaratan SNI dengan nilaitertinggi 171,40 kg/cm2. Sedangkan uji kemuluran kulit menunjukan hasil uji terendah 69,30%dan tertinggi 110,00%. Kondisi optimal diperoleh dengan perlakuan 10% zat warna reaktive,10% bahan peminyakan hidrophobik dan 10% bahan water-repellen anionik.Kata kunci: zat warna reaktif, kulit ikan nila, hidrophobik
Pengaruh sumber dan konsentrasi garam (Na Cl) pada proses pengasaman (pickling) terhadap mutu kulit domba untuk sarung tangan Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 25, No 1 (2009): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2618.53 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v25i1.228

Abstract

The aim of the research was to determine the effects of source and concentration of salt (NaCl) during the pickling process on the leather quality of sheep skin for glove. The kind of salt and concentration developed during pickling process of sheep skin the purified salt, Australian salt, Wedung Demak salt, Madura salt and control salt, was utilized the various concentration was 4%, 6% and 8%, respectively. The test parameter are chemist, physical and visual test. The sheep leather was products like wet blue leather and crust leather, and then they were subsequently tested for their quality such as water content, ash content and Cr2O3 content for wet blue leather and visual test for crust leather such as condition of leather, color, tear strength and resilient. The wet blue leather was water 44,98%, dust 6,90%, and Cr2O3 3,7%, performed with SNI 06-3538-1994, Standard sheep/goat wet blue leathers. Crust of that leather was bright leather condition about soft, non deflated, flexible, color was average, the tear strength moderately was powerful, the spring was elastic, tensile strength was 156,62 kg/cm2 and elongation at break 42% these quality parameter were comply with regulation standard was SNI 06-4035-1996, Standard the glove leather from sheep/goat leather. Key words : salt (NaCl), pickling, leather quality, sheep. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi garam pada proses pengasaman terhadap mutu kulit domba (wet blue dan kras) yang dihasilkan. Jenis garam dan konsentrasi yang digunakan dalam proses pengasaman bervariasi yaitu dengan garam Purifikasi, Australia, Wedung Demak, Madura dan Kontrol (garam di pasaran) dan konsentrasi berturut-turut 4,6 dan 8%. Parameter uji mutu kulit domba meliputi uji kimia, fisik dan organoleptis. Kulit wet blue diuji kadar air, kadar abu dan kadar Cr2O3. Kulit kras diuji secara organoleptis yang meliputi keadaan kulit, warna kulit, ketahanan sobek dan kelentingan serta uji fisis (kekuatan tarik dan kemuluran). Hasil uji menunjukkan bahwa kulit wet blue dan kulit kras yang memiliki mutu terbaik adalah menggunakan garam Wedung Demak dengan konsentrasi 8%, memberikan hasil kulit wet blue dengan kadar air 44,98%, kadar abu 6,90% dan kadar Cr2O3 3,70%,memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dalam SNI 06-3538-1994 tentang Kulit Wet Blue Domba/Kambing. Kulit kras yang dihasilkan mempunyai kenampakan visual seperti keadaan kulit lunak, tak gembos, lemas, warna cukup rata, ketahanan sobek kuat, kelentingan elastic, dan kekuatan fisik seperti kekuatan tarik 156,62 kg/cm2, kemuluran 42% dan memenuhi persyaratan SNI 06-4035-1996 Kulit Sarung Tangan dari Kulit Domba/Kambing.Kata kunci : garam (NaCl), pengasaman, mutu kulit, domba.
Kulit ikan kakap tersamak: Exotic dan prospektif Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 21, No 1 (2005): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.766 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v21i1.317

Abstract

Kakap fish skins are waste products of fillet industry. Up to now they have been wasted, of course accumulatively will cause environmental pollution. They are classified as the type of non conventional leather and exotic ones for the reasons of having special, beautiful, unique, typical, and attractive grain. Kakap fish skin have relatively small dimentions, there fore the tanning process can be done by home industry because simple equipments are possible to be used to process the fish skins into leather. In addition, Kakap fish leather have physical property of good tensile strength that may be used as material for leather goods. Although small however the exotic leather of kakap fish skins are prospective to be developed as material to manufacture exclusive leather goods, especially for niche markets. They also can be used as an alternative to substitute conventional leather. Keywords : kakap fish, waste, leather goods, exotic.    ABSTRAK Kulit ikan kakap merupaan limbah dari industry fillet ikan, sementara ini hanya dibuang saja, sehingga makin menumpuk dn dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Kulit ikan kakap merupakan jenis kulit non konvensional dan dapat pula digolongkan sebagai kulit exotic karena memiliki rajah yang khas, indah, dan menarik. Kulit ikan kakap memiliki ukuran yang relatif kecil sehingga dalam proses penyamakannya cukup menggunakan peralatan yang sederhana dan dapat dikerjakan oleh industri rumah tangga. Disamping itu kulit, kulit ikan kakap yang exotic walaupun ukurannya kecil, prospektif untuk dikembangkan sebagai bahan baku untuk pembuatan barang-barang kulit yang eksklusif terutama untuk pasar khusus dan dapat digunakan sebagai alternative untuk menggantikan bahan kulit konvensional disaat kurangnya penyediaan kulit konvensional.   Kata Kunci : ikan kakap, limbah, barang kulit, exotic.  
Sifat elektrikal dan thermal nanokomposit HDPE/NPCC Nurhajati, Dwi Wahini; Yuniari, Arum; Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 27, No 1 (2011): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1992.874 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v27i1.206

Abstract

abstrak
Pengaruh konsentrasi pigmen indigo pada pewarnaan (dyeing) dan pengulangan warna (topping) pada kulit bludru Kasmudjiastuti, Emiliana; Cahyani, Sofia Budi; Rahayu, Esti; Subandriyo, Subandriyo
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 23, No 1 (2007): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2247.585 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v23i1.324

Abstract

Paste indigo pigment having blue colour was produced from fermentation of indigofera tinctoria leaves and twigs. Having was very popular dye and was used especially in textile industries and leather industries of fur. The aim of the study was to the optimum concentration of indigo pigmen on dyeing of suede leather. The materials used in study were crust suede leather, indigo pigmen, wetting agent, soda ash, ammonia, formic acid sulfonated oil, and redactors such as palm sugar. The dying of leather using indigo pigmen was principally similar with common dyeing and pH of indigo is 11.5, however pH on several steps must adjusted. Variation of the concentration of in dyeing was 0.5, 1, and 1.5% respectively. Performance test were of conducted for dye penetration, colour rub fastness (dry, wet), sweat resistant, and sun light resistant for 6, 13, and 20 hours respectively. The results showed that the optimum concentration of pigmen indigo was 9% dyeing and 1 % for topping with level dye, indicated appropriate penetration dye into the cross-section leather, no fading was performed by dry colour fastness test (score 4/5) and wet colour fastness test (score 4), good sweat resistant (score 5), no colour fading on the exposure to sun light for 20 hours (score 4). Keywords: Indigofera tinctoria, pigment, indigo, “suede” leather.   ABSTRAK Pasta pigmen indigo merupakan zat warna biru yang dihasilkan dari fermentasi daun dan ranting tanaman Indigofera tinctoria. Pemanfaatan pigmen indigo pernah popular terutama dalam industri tekstil dan pernah pula digunakan untuk pewarnaan kulit terutama pada kulit samak bulu (fur). Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsentrasi optimum pigmen indigo pada proses pewarnaan kulit suede (bludru). Bahan penelitian terdiri atas kulit kras bludru dari kulit kambing, pigmen indigo, bahan pembasah, soda abu, amoniak, asam formiat, minyak sulfonasi dan reduktor (gula merah). Pewarnaan kulit menggunakan pigmen indigo pada prinsipnya sama dengan proses perwarnaan kulit pada umumnya, tetapi karena pigmen indigo bersifat basa (pH = 11,5), maka pH pada beberapa tahapan proses perlu diatur.  Variasi konsentrasi pigmen indigo pada pewarnaan kulit berturut-turut 3,6, dan 9% dan konsentrasi pigmen indigo pada topping berturut-turut 0,5; 1,0; dan 1,5%. Uji mutu kulit hasil pewarnaan meliputi uji kerataan warna, tembus cat, ketahanan gosok cat (kering dan basah), ketahanan keringat, dan ketahanan terhadap sinar mathari selama berturut-turut 6, 13, dan 20 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahw akonsentrasi optimum dicapai pada penggunaan 9% pigmen indigo pada dyeing  dan 1% pada topping dengan hasil pewarnaan rata, warna cukup tembus kedalam penampang kulit, tidak luntur terhadap ketahanan gosok cat secara kering (nilai 4/5) dan secara basah (nilai 4), ketahanan terhadap keringat sangat baik (nilai 5), dan warna tidak pudar oleh sinar matahari selama 20 jam (nilai 4). Kata kunci: Indigofera tinctoria, pigmen indigo, kulit kras bludru.
Pengaruh filler PCC (precipitated calcium carbonate) terhadap sifat mekanik, elektrik, termal dan morfologi dari komposit HDPE/PCC Kasmudjiastuti, Emiliana; Yuniari, Arum
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 28, No 1 (2012): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.533 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v28i1.203

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this research was to know the effect of precipitated calcium carbonate(PCC) on morphology and quality of the HDPE g-MAH with PCC as filler. The process of HDPEg-MAH /PCC composites with a rheomix 3000 Haake at 180 º C and 50 rpm of rotor speed for 10minutes. The composition of HDPE and additives are set constant, and PCC content was varied10, 15 , 20, 30,40 and 50 phr (per hundred resin). The results of scanning electron microscopyshowed that composite HDPE-g-MAH dan 30 phr of PCC was compatibel. Analysis functionalgroup on composites with Fourier Transform Infra Red (FTIR) indicated wave band on 3449,61cm-1, 2921 cm-1, 1707,21 cm-1, 1485 cm-1 dan 722,03 cm-1. The test results of the electricalproperties (insulation resistance : ≥ 4 MΩ and electric resistance : no holed), and thermalproperties (sparks : no flame and tissue not burned) indicate that all of the composite HDPE-g-MAH/PCC fullfill SNI 04-6504-2001, except resistance to heat.Keywords: HDPE, PCC, maleic anhidride, electrical reistance, thermal resisitanceABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan filler PrecipitatedCalcium Carbonat (PCC) terhadap morfologi, sifat mekanik, termal dan elektrik kompositHDPE-g-MAH dengan filler PCC. Pembuatan komposit HDPE-g-MAH dengan filler PCCmenggunakan mesin Rheomix 3000 Haake dengan suhu 180oC, selama 10 menit dan kecepatan50 rpm. Komposisi HDPE dan bahan aditif dibuat tetap, dan kandungan PCC divariasi 0; 10 ;20 ; 30; 40 dan 50 phr (per hundred resin). Morfologi komposit diamati dengan ScanningElectron Microscope (SEM) dengan metode secondary electron image perbesaran 2000 X dankarakterisasi gugus fungsi pada komposit dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red(FTIR). Hasil pengamatan morfologi SEM memperlihatkan bahwa permukaan komposit HDPEg-MAH dan PCC 30 phr adalah kompatibel dan hasil uji FTIR terlihat adanya puncak serapanpada panjang gelombang 3449,61 cm-1, 2921 cm-1, 1707,21 cm-1, 1485 cm-1 dan 722,03 cm-1. Darihasil uji mekanikal komposit HDPE-g-MAH berisi filler PCC 30 phr mempunyai densitas 1,18gr/cm3, kekuatan tarik 254,22 kg/cm2, perpanjangan putus 20%, kekerasan 96,6 shore D danketahanan pukul takik 25 kJ/m2. Hasil uji sifat elektrikal (resistansi isolasi : ≥ 4 MΩ dan kuatlistrik: tidak tembus) dan uji thermal (percikan api: tidak ada api dan tisu tidak terbakar)menunjukkan bahwa semua komposit HDPE-g-MAH dengan filler PCC memenuhi SNI 04-6504-2001, kecuali untuk ketahanan panas (uji sifat thermal).Kata kunci: HDPE, PCC, maleat anhidrat, sifat elektrikal, sifat thermal
Pengaruh zat warna reaktif terhadap sifat ketahanan luntur warna dan morfologi kulit ikan nila (Tilapia nicotica) untuk garmen Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 27, No 1 (2011): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2676.504 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v27i1.208

Abstract

abstrak
Pengaruh jumlah minyak terhadap sifat fisis kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) untuk bagian atas sepatu Pahlawan, Iwan Fajar; Kasmudjiastuti, Emiliana
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 28, No 2 (2012): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.423 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v28i2.113

Abstract

ABSTRACTFatliquor could change physical properties of leather, which make it softer, more elastic, flexible and give smooth grain surface. This research was conducted to observe the influence of fatliquor addition on physical characteristics of nila skin for shoe upper. The physical characteristics in this research, consisted of tensile strength, tear strength and elongation at break. The fatliquor was put into the leather with the amount of 4%, 6% and 8%. Respectively, the results showed that the addition of fatliquor could improve the physical properties of nila skin. More fatliquor, could rise the physical properties value of nila skin. The optimal amount of fatliquor was 4%, which resulted in tensile strength value of 233,96 kg/cm2, 70% for elongation at break and 36,08 kg/cm for tear strength value, and fulfill the standard requirement of Acceptable Quality Levels in Leathers.ABSTRAKMinyak/lemak merupakan komponen penting dalam kulit yang berfungsi untuk melunakkan kulit atau sebagai pelumas jaringan kulit pada proses penyamakan kulit. Minyak atau lemak dapat mengubah sifat-sifat penting kulit antara lain kulit menjadi lebih lunak, liat, mulur, lembut, dan permukaan rajahnya lebih halus. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh penambahan jumlah minyak sulfonasi terhadap kualitas fisik kulit ikan nila untuk bagian atas sepatu. Sifat fisik yang diamati meliputi kekuatan tarik, kekuatan sobek dan kemuluran. Dalam penelitian ini variasi jumlah minyak yang digunakan adalah 4, 6 dan 8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan minyak, dapat meningkatkan sifat fisis dari kulit ikan nila. Penambahan minyak yang optimal adalah sebesar 4%, yang menunjukkan sifat fisis dengan nilai kekuatan tarik 233,96 kg/cm2, kemuluran 70% dan kekuatan sobek 36,08 kg/cm, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Acceptable Quality Levels in Leathers.