Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efek Ekstrak Daun Singawalang (Petiveria alliacea) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah melalui Peningkatan Ekspresi AMPK-α1 pada Tikus Model Diabetes Melitus Mustika, Arifa; Indrawati, Roostantia; Sari, Gadis M.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (899.5 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2017.6.1.22

Abstract

Singawalang (Petiveria alliaceae) adalah tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia dan secaraempiris digunakan oleh penduduk untuk mengobati diabetes melitus. Hingga saat ini, penelitian tentangpengaruh dan mekanisme ekstrak daun Singawalang dalam menurunkan kadar glukosa darah belumbanyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Singawalangterhadap penurunan kadar glukosa darah dan ekspresi AMPK-α1 pada hati. Jenis penelitian ini adalahpenelitian eksperimental dengan rncangan acak lengkap. Penelitian dilakukan di LaboratoriumFarmakologi dan Terapi dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Airlanggapada bulan April–Agustus 2015. Hewan coba tikus strain Rattus norvegicus dibuat model diabetesmelitus, diinduksi dengan Streptozotocin. Sebanyak 25 tikus model diabetes melitus dibagi secara acakmenjadi 5 kelompok. Kelompok perlakuan 1, 2 dan 3 adalah kelompok yang memperoleh ekstrak daunSingawalang dengan dosis 90 mg/kgbb, 180 mg/kgbb dan 360 mg/kgbb. Kelompok kontrol positif adalahkelompok yang memperoleh metformin dengan dosis 150 mg/kgbb dan kontrol negatif adalah kelompoktikus yang memperoleh vehikulum. Ekstrak dan metformin diberikan sehari sekali, personde selama 14hari. Pada hari ke-15 setelah terapi, tikus diperiksa kadar glukosa darah dan dieuthanasia untuk diambilorgannya. Ekspresi AMPK-α1 dinilai menggunakan imunohistokima. Data yang terkumpul dianalisisdengan ANAVA dan Wilcoxon (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kadar glukosadarah yang bermakna antara kontrol negatif dengan dosis 90 mg/kgbb, dosis 360 mg/kgbb, dan kontrolpositif, antara dosis 180 mg/kgbb dengan dosis 360 mg/kgbb dan kontrol positif. Analisis terhadapekspresi AMPK-α1 pada hati tikus menunjukkan perbedaan yang bermakna antara dosis 180 mg/kgbbdengan dosis 360 mg/kgbb dan kontrol positif. Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak Singawalangdapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus model diabetes melitus melalui aktivasi AMPK-α1.
THE INFLUENCE OF HYPERBARIC OXYGEN THERAPY ON COCHLEAR PERCEPTION IMPROVEMENT IN SUDDEN DEAFNESS: LITERATURE REVIEW Zahira, Azzeldine Aliya; EP, Djati Widodo; Hisnindarsyah, Hisnindarsyah; Buwana, Aditya Wira; Indrawati, Roostantia
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 16 No 2 (2024): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i2.2536

Abstract

Gangguan pendengaran mendadak diketahui menjadi salah satu gangguan pendengaran yang sering terjadi dengan jumlah kasus berkisar 80% hingga 90% kasus, dan mayoritas berdampak pada gangguan pendengaran mendadak di salah satu telinga. Kasus gangguan pendengaran mendadak diketahui dapat disembuhkan melalui manajemen yang sesuai. Kelainan vaskuler, kelainan imunologi, infeksi akibat virus serta rusaknya membran koklea dinilai sebagai faktor penyebab gangguan pendengaran. Salah satu manajemen gangguan pendengaran mendadak yang  sering dilakukan dalam jangka waktu pendek adalah terapi oksigen hiperbarik. Terapi oksigen hiperbarik pada pasien gangguan pendengaran mendadak sebagai salah satu manajemen penanganan gangguan pendengaran mendadak bekerja melalui mekanisme peningkatan distribusi oksigen pada koklea. Penelitian ini disusun dengan tinjauan literatur sistematis untuk mengevaluasi pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap perbaikan gangguan pendengaran mendadak. Peneliti memilih sampel dari jurnal internasional dan nasional yang terindeks oleh ProQuest, Wiley Online, Science Direct, Taylor Francis, SAGE, PubMed, dan SINTA antara tahun 2017 dan 2022. Peneliti menyadari kurangnya literatur yang relevan karena hanya 11 jurnal yang sesuai dengan kriteria penelitian.  Namun, ini dianggap sebagai langkah awal untuk penelitian lebih lanjut. Temuan menunjukkan bahwa terapi oksigen hiperbarik berpengaruh terhadap perbaikan persepsi koklea pada pasien yang mengalami gangguan pendengaran mendadak, setelah pemberian terapi dengan rata-rata waktu 1-2 minggu, dengan tekanan 1,8 ATA hingga 2 ATA, baik dikombinasikan dengan kortikosteroid maupun terapi oksigen hiperbarik saja. Rekomendasi penulis adalah penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor yang memengaruhi efektivitas pemberian terapi oksigen hiperbarik terhadap perbaikan gangguan pendengaran mendadak serta pemberian terapi oksigen hiperbarik dapat menjadi salah satu terapi adjuvan yang dapat diberikan kepada pasien di Indonesia.