Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Dan Suplementasi Probiotik Bioplus Pada Sapi BX Meningkatkan Nilai Kondisi Tubuh Sebagai Induk Calon Resipien Transfer Embrio Kembar Fariani, Armina; Priyanto, Langgeng; Abrar, Gatot Muslimdan Arfan
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 17 No. 1 (2015)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.371 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v17i1.3422

Abstract

This research was done to identifiy Brahman cross (BX) cow as candidate of twinning embryo transfer recipient. However, BX cow oftenly reported low in reproduction performance especially from cattle farmer. The conditionwas assumed related to its management and feeding system. Body score condition (BCS) was one of quality parameters in cow. Therefore, enhancement of BCS through management improvement and probiotic BIOPLUS suplementation on BX cows would increase quality of twinning embryo transfer recipient candidate.Identification of production system, body score condition and reproduction organ of twenty BX cow were held in SidomulyoVillage, Banyuasin I District and Banyuasin Regency. Improvement on management production and suplementation of Probiotic BIOPLUS were done for 2 months. The result shows that only 13 of 20 cows were fulfill the requirement of twinning embryo transfer recipient candidate with body score condition were 3-4, 21-24 days of estrous cycle and improvement on reproduction organ performance.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi calon induk resipien transfer embrio kembar. Namun, induk sapi BX sering kali dilaporkan memiliki performans reproduksi yang rendah, terutama yang dipelihara oleh peternak rakyat. Hal ini diduga berkaitan dengan system pemeliharaan dan pemberian pakan. Nilai Kondisi Tubuh (NKT) adalah salah satu parameter kualitas induk. Peningkatan NKT melalui perbaikan manajemen dan suplementasi probiotik BIOPLUS pada induk BX diharapkan akan meningkatkan kualitas calon induk resipien transfer embrio kembar. Dua puluh ekor induk BX yang ada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin diidentifikasi sistem produksi, NKT dan organ reproduksinya. Perlakuan perbaikan manajemen produksi dan suplementasi probiotik BIOPLUS dilaksanakan selama 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 13 dari 20 induk BX yang memenuhi persyaratan sebagai calon resipien transfer embrio kembar dengan rataan NKT 3-4, siklus berahi 21- 24 hari dan perbaikan pada kesehatan organ reproduksi.Keywords: BX cow, twinning cattle, embryo transfer, probiotic.
Different effects of swamp probiotics application frequency as a biofloc-forming agent on the production of catfish (Clarias gariepinus) Amin, Mohamad; Mukti, Retno Cahya; Taqwa, Ferdinand Hukama; Andini, Andini; Marsi, Marsi; Priyanto, Langgeng; Wijayanti, Marini
Depik Vol 13, No 2 (2024): AUGUST 2024
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.13.2.34280

Abstract

Catfish (Clarias gariepinus) that are reared with probiotics as biofloc-forming agent is thought to increase the fish production. Applying swamp probiotics to the water media has never been studied to ensure the flocks' availability in the rearing media. This study aimed to determine the appropriate frequency of probiotics application collected from swamps for biofloc formation to improve the catfish production. This study used a completely randomized design with two treatments and three replications. The treatments were composed of different application frequency of swamp probiotics: (P1) once in 42 days of rearing and (P2) twice in 42 days of rearing. Data on flock volume, total bacterial colonies, absolute growth rate, feed efficiency, survival rate, and water quality were analyzed by T-test with a 95% confidence level. Meanwhile, the flock composition data were analyzed descriptively. The results showed that P2 obtained the best treatment with a floc volume of 68.33 10.41 mL/L, absolute length growth of 8.18 1.03 cm, absolute weight growth of 19.30 3.12 g, feed efficiency of 135.24 7.98%, survival rate of 89.33 6.21%, biomass production of 24639.50 1344.51 g, temperature of 28.85-29.59C, pH of 7.27-7.42, dissolved oxygen (DO) of 3.91-5.72 mg/L, ammonia of 0.45-1.15 mg/L, and total dissolved solids (TDS) of 717.33-885.50 mg/L. Therefore, swamp probiotics should be applied to catfish culture media twice for 42 days of rearing or once every 21 days.Keywords:BioflocCatfishProbiotics from swamp
Different effects of swamp probiotics application frequency as a biofloc-forming agent on the production of catfish (Clarias gariepinus) Amin, Mohamad; Mukti, Retno Cahya; Taqwa, Ferdinand Hukama; Andini, Andini; Marsi, Marsi; Priyanto, Langgeng; Wijayanti, Marini
Depik Vol 13, No 2 (2024): AUGUST 2024
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.13.2.34280

Abstract

Catfish (Clarias gariepinus) that are reared with probiotics as biofloc-forming agent is thought to increase the fish production. Applying swamp probiotics to the water media has never been studied to ensure the flocks' availability in the rearing media. This study aimed to determine the appropriate frequency of probiotics application collected from swamps for biofloc formation to improve the catfish production. This study used a completely randomized design with two treatments and three replications. The treatments were composed of different application frequency of swamp probiotics: (P1) once in 42 days of rearing and (P2) twice in 42 days of rearing. Data on flock volume, total bacterial colonies, absolute growth rate, feed efficiency, survival rate, and water quality were analyzed by T-test with a 95% confidence level. Meanwhile, the flock composition data were analyzed descriptively. The results showed that P2 obtained the best treatment with a floc volume of 68.33 10.41 mL/L, absolute length growth of 8.18 1.03 cm, absolute weight growth of 19.30 3.12 g, feed efficiency of 135.24 7.98%, survival rate of 89.33 6.21%, biomass production of 24639.50 1344.51 g, temperature of 28.85-29.59C, pH of 7.27-7.42, dissolved oxygen (DO) of 3.91-5.72 mg/L, ammonia of 0.45-1.15 mg/L, and total dissolved solids (TDS) of 717.33-885.50 mg/L. Therefore, swamp probiotics should be applied to catfish culture media twice for 42 days of rearing or once every 21 days.Keywords:BioflocCatfishProbiotics from swamp
Lama Kembali Estrus Pasca Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Sapi Potong di Kabupaten Jember Jawa Timur Priyanto, Langgeng; Muhakka, Muhakka; Nurdin, Aptriansyah Susanda; Husna, Nisa Aulia; Luqmanulfakim, Arif; Putranti, Oktora Dwi
Cannarium Vol 23, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/cannarium.v23i1.9658

Abstract

Penyakit Mulut dan Kuku memiliki penularan yang sangat cepat pada ternak yang berkuku belah genap dan agen utama penyebab penyakit PMK ini adalah virus foot mouth disease (FMDV). Tujuan penelitian untuk mengetahui kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang ada di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 2023 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan survey dan penarikan sampel dengan cara purposive sampling dan metode pengumpulan data primer dan data sekunder. Parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain jenis sapi potong, riwayat vaksin, sapi kembali estrus, lama sapi sembuh dari PMK. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa populasi sapi potong terbanyak adalah sapi Limosine 63% (110 ekor), Simental 23% (40 ekor), PO 6%  (11 ekor), Simpo 6% (11 ekor) dan Limpo 2% (4 ekor), dengan riwayat vaksin  dua kali 41%, belum pernah 23%,  1 kali 19% dan lebih dari 2 kali 17%, dan lama sapi sembuh serta kembali estrus yaitu 4 – 6 bulan  (35% ; 49%), 1-3 bulan (32% ; 22%) dan lebih dari 6 bulan (33% ; 29%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis sapi potong yang ada di Kabupaten Jember terbanyak adalah Limosine 63% (110 ekor), dengan riwayat vaksin dua kali  41%, sapi potong akan sembuh kembali setelah terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dana lama kembali estrus  selama 4 – 6 bulan. Kata Kunci      : Penyakit Mulut dan Kuku, Sapi Potong, lama estrus.
Pengaruh Pasca Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap Estrus dan Kebuntingan Sapi Potong di Provinsi Jawa Timur Priyanto, Langgeng; Putranti, Oktora Dwi; Susanda, Aptriansyah; Ekowati, Indah Agustina; Abrar, Arfan; Maemunah, Siti
Cannarium Vol 22, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/cannarium.v22i2.9145

Abstract

Salah satu penyakit menular yang bersifat akut infeksius adalah penyakit mulut dan kuku (Foot Mouth Diasease) atau sring disebut dengan PMK. Penyebaran wabah PMK di Indonesia yang di akibatkan oleh adanya salah satunya  lalu lintas ilegal dari negara yang belum terbebas dari PMK. Awal mula outbreak PMK terjadi di Provinsi Jawa Timur, kabupaten Gresik  menjadi kabupaten pertama sebagai awal mula terjadinya outbreak PMK yang kemudian menyebar kebeberapa kabupaten lainnya seperti Mojokerto,  Lamongan dan Sidoarjo. Metode penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan pengambilan sampel. Wilayah sampel penelitian terdiri dari 5 kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur dengan 31 kecamatan. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu peternak yang memiliki 1 ekor sapi yang terkena PMK. Berdasarkan kriteria populasi tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 549 Peternak. Variabel yang diamati yaitu sapi kembali estrus dan sapi mengalami Kebuntingan. Hasil penelitian menunjukkan persentase sampel sapi yang terkena PMK yang dihasilkan pada kuisoner paling tinggi berada di Kabupaten Situbondo 33%, Jember 32%, Lamongan 15%,  Kediri dan Tulungagung 10%. Sapi estrus setelah PMK 1-3  bulan sebanyak 40% , 4-6 bulan sebanyak 44% dan diatas 6 bulan yang lalu sebanyak 16%. Sapi mengalami kebuntingan setelah PMK memiliki persentase yang rendah yaitu hanya 30% sedangkan sapi potong yang belum mengalami kebuntingan sebanyak 70%. Kesimpulan dari penelitian ini penampilan reproduksi sapi potong pasca PMK di Provinsi Jawa Timur mengalami perlambatan kinerja reproduksi dengan panjangnya siklus estrus yang diakibatkan oleh lama sembuh ternak dari PMK, selain itu rendahnya keberhasilan kebuntingan yang diakibatkan asupan pakan yang menurun selama ternak teinfeksi akan menurunkan BCS, sehingga adanya penyimpangan kinerja hormon-hormon reproduksi.
Pengaruh Waktu Sentrifugasi Pada Sexing Spermatozoa Dengan Media Bovine Serum Albumin Terhadap Membran Plasma Utuh Spermatozoa X-Y Sapi Simmental Priyanto, Langgeng; Putranti, Oktora Dwi; Riswandi, Riswandi; Gunawan, Muhammad; Susanda, Apriansyah; Setianingsih, Eva
Cannarium Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/cannarium.v20i2.5290

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu sentrifugasi yang tepat pada sexing spermatozoa dengan media Bovine Serum Albumin terhadap membran plasma utuh spermatozoa  X-Y pada sapi Simmental. Penelitian ini dilaksanakan Oktober 2021 sampai dengan November 2021 di Laboratorium Reproduksi dan Kesehatan Ternak Balai Pembibitan Hijauan Pakan Ternak Sembawa. Penelitian ini menggunakan rancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (P1: waktu sentrifugasi 4 menit; P2: waktu sentrifugasi 8 menit; dan P3: waktu sentrifugasi 12 menit) dan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah membran plasma utuh spermatozoa X dan Y. Hasil menunjukan bahwa perlakuan waktu sentrifugasi berpengaruh nyata terhadap membran plasma utuh spermatozoa pada spermatozoa X dan Y (P0,05).  Hasil penggunaan waktu yang tepat yaitu pada P1 dengan waktu sentrifugasi 4 menit dimana nilai lapisan atas membran plasma utuh X semen sexing yaitu sebesar 62,93%, lapisan bawah Y sebesar 63,94%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu sentrifugasi yang tepat pada sexing spermatozoa dengan media Bovine Serum Albumin terhadap membran plasma utuh spermatozoa  X-Y pada sapi Simmental. Penelitian ini dilaksanakan Oktober 2021 sampai dengan November 2021 di Laboratorium Reproduksi dan Kesehatan Ternak Balai Pembibitan Hijauan Pakan Ternak Sembawa. Penelitian ini menggunakan rancangan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah membran plasma utuh spermatozoa X dan Y. Hasil menunjukan bahwa membran plasma utuh spermatozoa pada spermatozoa X dan Y berpengaruh nyata (P0,05) terhadap perlakuan waktu sentrifugasi.  [D1] Hasil penggunaan waktu yang tepat yaitu pada P1[D2]  dengan waktu sentrifugasi 4 menit dimana nilai lapisan atas membran plasma utuh X semen sexing yaitu sebesar 62,93%, lapisan bawah Y sebesar 63,94%.  [D1]Bukan membran plasma yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan waktu sentrifugasi, namun sesuai judul, perlakuan waktu sentrifugasi yang berpengaruh nyata terhadap membran plasma [D2]Perlu dijelaskan terlebih dahulu definisi P1, P2, P3 di dalam abstrak