Rahmad Aswin Juliansyah, Rahmad Aswin
Postgraduate Student of Biomedical Science, Faculty of Medicine, Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Effect of Kerokan to Liver Function of Hepatitis B Patients Hanum, Nur Adiba; Ismalayani, Ismalayani; Juliansyah, Rahmad Aswin; Syokumawena, Syokumawena; Pastari, Marta; Kusuma, Hanna Sari Widya; Arinta, Yukko
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.331 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i1.3397

Abstract

Kerokan is an alternative therapy done by rubbing and pressing the skin surface using oil and a blunt object. This treatment has a hepatoprotective effect as it increases heme oxygenase-1, an essential enzyme in heme catabolism. In hepatitis B, heme oxygenase-1 plays a vital role to fight oxidative stress. Hence the damage on liver cells can be reduced or even prevented. Damaged cells indicate by the production of aspartate aminotransferase (AST/SGOT) and alanine aminotransferase (ALT/SGPT) enzymes that accumulated in the bloodstream. This study aimed to investigate the effect of kerokan to liver function by analyzing SGOT and SGPT levels in hepatitis B patients. These were an experimental study with a pre-test post-test control group design conducted in the public health center in Palembang in October 2016. Statistical analysis used the unpaired t test and paired. The research subjects were 30 patients with inactive carrier and chronic hepatitis B. The levels of SGOT and SGPT were determined using the IFCC method. The levels of SGOT in control (19.53±3.44 U/L) and treatment group (20.46±4.53 U/L, Δ=0.93) after 24–48 hours were not statistically different (p=0.53). Also, the levels of SGPT in control (18.66±5.40 U/L) and treatment group (19.80±9.25 U/L, Δ=1.13) after 24–48 hours were also not statistically different (p=0.68) as well. In conclusion, the liver cells of inactive carrier and chronic hepatitis B patients were not damaged (necrosis) after kerokan therapy, and the levels of SGOT and SGPT were still in the normal range. EFEK KEROKAN TERHADAP FUNGSI HEPAR PASIEN HEPATITIS BKerokan merupakan terapi alternatif yang dilakukan dengan menggosok dan menekan permukaan kulit menggunakan minyak dan benda tumpul. Pengobatan ini bersifat hepatoprotektif, yaitu meningkatkan produksi enzim heme oxygenase-1 dalam katabolisme heme. Pada hepatitis B, heme oxygenase-1 berperan penting dalam menangkal radikal bebas sehingga dapat mengurangi atau mencegah kerusakan sel hepar. Kerusakan sel hepar diindikasikan oleh produksi enzim aspartate aminotransferase (AST/SGOT) dan alanine aminotransferase (ALT/SGPT) yang terakumulasi dalam pembuluh darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kerokan pada fungsi hepar dengan menganalisis kadar SGOT dan SGPT pada pasien hepatitis B. Penelitian eksperimental ini menggunakan desain pre-test post-test control group yang dilakukan di puskesmas di Palembang pada Oktober 2016. Analisis statistik menggunakan uji t berpasangan dan tidak berpasangan. Subjek penelitian meliputi 30 pasien inactive carrier dan kronik hepatitis B. Kadar SGOT dan SGPT diukur dengan menggunakan metode IFCC. Kadar SGOT pada kontrol (19,53±3,44 U/L) dan grup perlakuan (20,46±4,53 U/L; Δ=0,93) setelah 24–48 jam tidak terdapat perbedaan signifikan (p=0,53). Selain itu, kadar SGPT pada kontrol (18,66±5,40 U/L) dan grup perlakuan (19,80±9,25 U/L; Δ=1,13) setelah 24–48 jam tidak menunjukkan perbedaan signifikan (p=0,68). Simpulan, sel hepar pada pasien inactive carrier dan kronik hepatitis B tidak mengalami kerusakan setelah terapi kerokan, serta kadar SGOT dan SGPT tetap dalam kondisi normal.
PENGARUH KEROKAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Juliansyah, Rahmad Aswin; Syokumawena, Syokumawena
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 17 No 2 (2022): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v17i2.1390

Abstract

Latar Belakang. Kerokan adalah suatu metoda pengobatan dengan cara menekan dan menggeserkan benda tumpul (biasanya uang logam) secara berulang-ulang di permukaan kulit sampai terjadi bilur-bilur berwarna merah. Secara fisiologi efek kerokan terhadap tubuh adalah menyebabkan terjadinya ekspresi gen yang memproduksi enzim heme oxygenase-1 (HO-1) di organ tubuh setelah perlakuan dan beberapa hari setelah perlakuan. HO-1 adalah suatu enzim yang memiliki peran sebagai antioksidan dan antiinflamasi dan berperan terhadap pengaturan tekanan darah. Berdasarkan pernyataan diatas, penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: apakah terdapat pengaruh kerokan terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen dengan One-group pretest-posttest design, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan besar sampel adalah 35 sampel. Sebelum perlakuan, 35 pasien hipertensi dilakukan pengukuran tekanan darah, kemudian diberi perlakuan kerokan, setelah 15 menit dilakukan perlakuan kerokan, dilakukan pengukuran tekanan darah kembali. Hasil. Hasil uji beda rerata nilai mean arterial pressure (MAP) sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata nilai mean arterial pressure (MAP) sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000) dengan penurunan sebesar 5,37 mmHg, hasil uji beda rerata nilai sistole sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata nilai sistole sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000) dengan penurunan sebesar 8,94 mmHg, Kesimpulan : hasil uji beda rerata nilai diastole sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata nilai diastole sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,009) dengan penurunan sebesar 3,57 mmHg
Self-Management Nyeri Pasien Kanker Metode Non Farmakologi Putri, Prahardian; Muliyadi, Muliyadi; Juliansyah, Rahmad Aswin
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS) Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Politeknik Kesehatatan Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/j.abdikemas.v4i2.1393

Abstract

Cancer is a chronic degenerative disease whose prevalence is currently increasing. In the world, in 2018 there were 18.1 million new cases with 9.6 million deaths. In Indonesia, there are 136.2 cancer patients per 100,000 population, the results of the Riskesdas cancer prevalence are 1.79 per thousand population (Riskesdas 2018). Cancer causes physical, psychological, social, and spiritual problems. One of the physical problems that cause discomfort in cancer patients is pain. The pain problem experienced is related to the disease and the impact of cancer treatment or treatment. Pain impacts physical comfort, sleep rest, and psychological comfort which causes a decrease in the quality of life of cancer patients. Chronic pain experienced by cancer patients requires self-management skills to adapt and minimize the pain experienced. Self-management of pain (relaxation, distraction, and guided imagery) effectively reduces pain. The purpose of this community service is to improve the ability to self-management of pain with relaxation, distraction, and guided imagery. The solution to the problem of pain in cancer patients is carried out in this community service by increasing the ability of cancer patients to self-management of pain. Methods of implementing community service, the community service team develops materials (booklets and videos) for self-management of pain, then trains each patient to use self-management of pain based on the material, and provides self-management assistance for cancer pain. The output target of this community service is to increase the self-management of cancer patient's pain. In addition, it produces booklets and videos of self-management of cancer pain with IPR as well as published results of community service.