Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Kedokteran

Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Tenaga Kependidikan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Daris Akbar; Rika Nilapsari
Jurnal Riset Kedokteran Volume 1, No.1, Juli 2021, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.437 KB) | DOI: 10.29313/jrk.v1i1.110

Abstract

Abstract. Low back pain (NPB) is the most common musculoskeletal disorder. Based on the Global Burden of Disease (GBD) the prevalence of low back pain in 2010, which reached 9.2% which was calculated from all ages on a clinical basis. NPB is most related to work or work with administrative factors which are not ergonomic factors for sitting. The purpose of this study was to determine the relationship between sitting and the incidence of low back pain in the teaching staff of the Faculty of Medicine, Islamic University, Bandung. The research method used an observational analytic method with a cross sectional approach, the research subjects consisted of 24 respondents with an average age of more than 30 years who were selected by total sampling. The attitude of the respondent sits on the value with observation by placing workers while doing work carried out based on OSHA that has been sent by (Syamsyiayah), while for low back pain using a validated questionnaire. The results showed that most of the respondents has NPB complaints as many as 17 people (70.8%). Most of the respondents who sat with a non-ergonomic position has NPB as many as 14 people (58.3%) and the results of statistical analysis using the right test showed that the value of p = 1, which means there is no relationship between sitting position and the incidence of NPB. In conclusion, there is no close relationship between sitting position and the incidence of low pain in the education staff of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung, which may be due to many other factors that can cause low pain. Abstrak. Nyeri punggung bawah (NPB) adalah gangguan pada muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Berdasarkan Global Burden Of Desease (GBD) prevalensi nyeri punggung bawah pada tahun 2010, yaitu mencapai 9,2 % yang dihitung dari seluruh usia secara gIobaI. NPB terbanyak berhubungan dengan pekerjaan administrasi atau perkantoran dengan faktor resiko posisi duduk yang tidak ergonomis. Tujuan pada penelitian ini-adalah untukimengetahuiihubungan posisi duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada tenaga kependidikan Fakultas Kedokteran Universitas-Islam-Bandung. Metode pada penelitianiini menggunakan metode analitik observasionalidengan pendekatanicross sectional, subjek penelitian terdiri dari 24 responden dengan rata-rata usia lebih dari 30 tahun yang dipilih secara total sampling. Sikap duduk responden di nilai dengan observasi dengan cara memfoto posisi duduk pekerja saat melakukan pekerjaan secara tidak disadari lalu melakukan penilaian berdasarkan OSHA yang telah dimodifikasi oleh (Syamsyiayah), sedangkan untuk nyeri punggung bawah menggunakan kuesioner yang sudah tervalidasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memilikiikeluhan NPB sebanyak 17 orang (70.8%). Responden yang duduk dengan posisiiduduk tidak ergonomis sebagian besar mengalami NPB sebanyak 14 orang (58.3%) dan hasil dari analisis statistik menggunakan fisher’s exact test menunjukan bahwa nilai p=1 yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara posisi duduk dengan kejadian NPB. Kesimpulan, tidak terdapat hubungan bermakna antara posisi duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada tenaga kependidikan Fakultas Kedokteran Universitas-Islam Bandung yang mungkin dapat disebabkan karena banyak faktor lain yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah.
Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Insomnia Menjelang Ujian Sooca Pada Mahasiswa Tingkat I Fk Unisba Tahun 2022 Audia Rizky Pratama; Siska Nia Irasanti; Rika Nilapsari
Jurnal Riset Kedokteran Volume 4, No.1, Juli 2024, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.v4i1.3769

Abstract

Abstract. Anxiety, an emotional response to uncertainty, often involves feelings of fear and physical symptoms. Insomnia, difficulty sleeping linked to mental health issues. SOOCA exam, an oral case analysis for medical students, tends to increase anxiety and sleep problems. This research aims to determine the anxiety levels and incidence of insomnia among FK UNISBA 2022 students and analyze the relationship between them. The study used an analytical observational method with a cross-sectional design. The research subjects were students of the Medical Education study program at FK UNISBA, class of 2022, selected through simple random sampling. Data were collected using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire for anxiety levels and the Insomnia Severity Index (ISI) for measuring insomnia incidence. Data analysis involved univariate and bivariate tests. Out of 35 respondents, 28.7% of students experienced anxiety before the SOOCA exam. Out of 95 respondents, 77.9% experienced insomnia. Statistical analysis showed a significant relationship between anxiety levels and insomnia incidence in FK UNISBA students in the first year of 2022 (p = 0.044 <0.05). This finding illustrates that the SOOCA exam can cause anxiety and insomnia among medical students. The SOOCA exam at FK Unisba triggers anxiety among medical students. This oral exam situation increases anxiety and sleep problems. The experience of a new role and the Problem-Based Learning (PBL) system also contribute to the anxiety of first-year students. Recommendations for future research include expanding the sample, a longitudinal research approach, and exploring additional factors influencing the relationship between anxiety and insomnia in students. It is also suggested to consider implementing student welfare programs focusing on stress management, counseling, and holistic support in the academic environment. Abstrak. Kecemasan, respons emosional terhadap ketidakpastian, seringkali melibatkan perasaan ketakutan dan gejala fisik. Insomnia, kesulitan tidur yang terkait dengan masalah kejiwaan. Ujian SOOCA, ujian lisan menganalisis kasus pada mahasiswa kedokteran, cenderung meningkatkan kecemasan dan masalah tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan dan kejadian insomnia Mahasiswa FK UNISBA 2022 serta menganalisis hubungan antara keduanya. Penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi Pendidikan Kedokteran FK UNISBA angkatan 2022, dipilih melalui simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner Hamilton Anxiety rating Scale (HARS) untuk mengukur tingkat kecemasan dan Insomnia Severity Index (ISI) untuk mengukur kejadian insomnia. Analisis data melibatkan uji univariat dan bivariat. Dari 35 orang responden, didapatkan 28,7% mahasiswa mengalami kecemasan menjelang ujian SOOCA. Dari 95 orang responden, didapatkan 77,9% mengalami insomnia. Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dan kejadian insomnia pada mahasiswa FK UNISBA tingkat I tahun 2022 (p = 0,0440<05). Temuan ini memberikan gambaran bahwa ujian SOOCA dapat menyebabkan kecemasan dan kejadian insomnia pada mahasiswa kedokteran. Ujian SOOCA di FK Unisba, menjadi pemicu kecemasan pada mahasiswa kedokteran. Situasi ujian lisan ini meningkatkan kecemasan dan masalah tidur. Pengalaman peran baru dan sistem PBL juga berkontribusi pada kecemasan mahasiswa tingkat satu. Saran untuk penelitian berikutnya melibatkan perluasan sampel, pendekatan penelitian longitudinal, dan eksplorasi faktor tambahan yang memengaruhi hubungan antara kecemasan dan insomnia pada mahasiswa. Disarankan juga mempertimbangkan implementasi program kesejahteraan mahasiswa dengan fokus pada manajemen stres, konseling, dan dukungan holistik di lingkungan akademik.