Esthi Rahayu, Esthi
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KESEPIAN ANAK TUNGGAL PADA DEWASA MUDA Pratama, Andry Putra; Rahayu, Esthi
Psikodimensia Vol 13, No 1 (2014)
Publisher : Psikodimensia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor penyebab kesepian pada anak tunggal dewasa muda dan bagaimana cara anak tunggal dewasa muda dalam mengatasi kesepiannya. Metode pengambilan data berupa wawancara, observasi dan tes TAT (Thematic Apperception Test) dari Murray. Pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah tiga orang dengan karakteristik individu anak tunggal dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab kesepian pada anak tunggal dewasa muda adalah faktor internal dan eksternal. Cara yang dilakukan oleh anak tunggal dalam mengatasi kesepian, adalah: mengenali diri sendiri, mengembangkan kepribadian dengan kelebihan yang dimiliki dan mengurangi kelemahan yang ada, tidak memandang rendah diri sendiri, berbicara tentang kelebihan dan kebaikan orang lain dengan setulusnya, menghadapi dan menaklukan perasaan takut sendirian, memperbaiki komunikasi serta berjumpa dan bergaul dengan banyak orang, dan mencari kesibukan dengan kegiatan, pekerjaan atau hobi
STRATEGI COPING PADA ANAK RETARDASI MENTAL Sari, Kumala; Rahayu, Esthi
Psikodimensia Vol 12, No 1 (2013)
Publisher : Psikodimensia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengetahui lebih mendalam mengenai strategi coping yang dilakukan oleh anak retardasi mental ringan. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga siswa retardasi mental ringan yang duduk di bangku SDLB Negeri Semarang. Hasilnya anak retardasi mental ringan mampu didik lebih cenderung melakukan strategi coping dengan menggunakan emotion-focused copings dan bukan dengan problem-focused copings. Emotion-focused copings yang digunakan adalah selfcontrol dan escape-avoidance. Anak retardasi mental ringan melakukan self-control antara lain dengan cara memukuL mencubit, membanting barang, dan marah dikarekan keterbatasan yang dialami sehingga menyebabkan kurang dapat memilah strategi coping yang efektif untuk digunakan. Strategi coping dengan escapeavoidance merupakan bentuk dari penghindaran dan pelarian diri dari situasi stress yang dialami oleh anak retardasi mental ringan, bentuk dari escape avoidance yang digunakan antara lain menjahili ternan, mencari alasan, putus asa dengan berdiam diri, dan menangis
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Mahendrani, Widanti; Rahayu, Esthi
Psikodimensia Vol 13, No 2 (2014)
Publisher : Psikodimensia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri pada siswa skselerasi. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara self-efficacy dengan penyesuaian diri pada siswa akselerasi. Semakin tinggi self-efficacy, maka semakin baik penyesuaian dirinya, dan sebaliknya. Jumlah siswa yang terlibat sebanyak 17 orang (studi populasi). Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala self-efficacy dan skala penyesuaian diri. Data dianalisa dengan menggunakan teknik Rho Spearman. Hasilnya adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara self-efficacy dengan penyesuaian diri pada siswa akselerasi. Hal ini ditunjukkan dengan rho sebesar 0,604; p=0,005 (p < 0,01)
Self-Compassion Sebagai Mediator Antara Perceived Stress dan Depresi Pada Emerging Adulthood Prati S. P, Ida Ayu Made Gita; Wismanto, Y. Bagus; Rahayu, Esthi
Psikodimensia: Kajian Ilmiah Psikologi Vol 23, No 1: Juni 2024
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v23i1.12189

Abstract

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang rentan dialami oleh emerging adulthood. Kondisi ini dipengaruhi oleh perceived stress terhadap berbagai tekanan dan tantangan pada masa transisi dari remaja menuju dewasa. Self-compassion merupakan kemampuan untuk menunjukkan sikap positif kepada diri sendiri yang dipandang sebagai faktor protektif terhadap depresi, namun penelitian yang berfokus pada peran self-compassion dalam hubungan antara perceived stress dan depresi belum banyak mendapat perhatian. Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah self-compassion menjadi faktor penengah yang menghubungkan perceived stress dan depresi pada emerging adulthood. Subjek penelitian terdiri dari 186 individu usia 18-29 tahun yang menyelesaikan Perceived Stress Scale-10 (PSS-10), Beck Depression Inventory-II (BDI-II), dan Skala Welas Diri (SWD). Pengujian hipotesis dilakukan dengan path analysis dan sobel test. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada emerging adulthood terdapat pengaruh perceived stress terhadap depresi (B = 0,352; p 0,05), perceived stress terhadap self-compassion (B = -0,715; p 0,05), dan self-compassion terhadap depresi (B = -0,573; p 0,05). Self-compassion juga ditemukan memiliki peran mediasi yang signifikan di dalam hubungan antara perceived stress dan depresi pada emerging adulthood (Z = 6,063; p 0,05).
Psycho-Educational Program and Guided Imagery on Reducing Anxiety for Groups of Pregnant-Woman in Candi Urban Village Under Surveillance of Kagok Public Health Center in Semarang City Wijaya, Florencia Astari; Wibowo, Christin; Yudiati, Erna Agustina; Rahayu, Esthi
JURNAL KEBIDANAN Vol. 13 No. 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jkb.v13i2.9979

Abstract

Pregnancy is a transition phase on a woman’s life when they enter marriage and oftentimes anxiety during pregnancy can induce in this phase especially third trimester. Psychoeducation is a treatment given to an individual to strengthen their coping mechanism which undergoes mental health problems such as anxiety. In addition to providing knowledge through psychoeducation, groups of pregnant woman can also be given treatment through relaxation technique as Guided Imagery. The research is conducted at Kagok Public Health Center Semarang with 5 respondents sample size were all third trimester pregnant women. Quasi experimental design pre-post test approach is used in this experiment. Several assessment that has been conducted in this experiments were observation, interview, and Focus Group Discussion (FGD). The measurement used anxiety scale which compiled by the researcher by adopting Perinatal Anxiety Screening Scale (PASS). Statistical test analysis using Wilcoxon Signed Ranks. The result of research showed that interventions can reduce a level of anxiety if appropriate with the procedure which has been set. There is a significant differences of anxiety levels on groups of pregnant woman trimester III. The results of statistical analysis using Wilcoxon Signed Rank Test showed that p value was 0,000 (p. value < 0,05) illustrating that psychoeducation program and guided imagery were effective on the level of anxiety experience by the groups of pregnancy women in the third trimester in Candi Urban urban village under surveillance of Kagok Public Health Center in Semarang City. This study can be a knowledge for citizen especially groups of pregnant-woman that psychoeducation and guided imagery technique are alternative intervention for reducing anxiety toward the childbirth for expectant mother
Emotional Maturity and Resilience with Adjustment: Correlational study in Blind Adolescent Musavira, Mettavantya El; Suparmi, Suparmi; Rahayu, Esthi
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 12, No 3 (2023): Volume 12, Issue 3, September 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v12i3.11076

Abstract

Adjustment is a process of dealing with stress, tension, and conflict so that there is a balance between the needs and conditions of the environment. The maturity factor, especially emotional maturity is one that affects adjustment. In addition, the ability of resilience is also needed to adjust to new conditions or situations so as not to cause stress, sadness, and even depression. The purpose of this study was to determine the relationship between resilience and emotional maturity in the adjustment of blind adolescents. The population of this study was blind adolescents in the Sahabat Mata Semarang community with a sample used as many as 30 blind adolescents aged 12 to 17 years. The results of the study obtained emotional maturity, and resilience with self-adjustment has an R-value of 0.755 with a significance value of 0.000 (p < 0.01) which means that there is a significant relationship between emotional maturity and resilience with adjustment. The value of the coefficient of determination of 0.571 shows the percentage of contribution of emotional maturity and resilience to the adjustment of blind adolescents, which is 57.1%, while the remaining 42.9% is the influence of other factors. The results of the partial correlation test showed that between emotional maturity and self-adjustment had a partial value of 0.645 with a Sig. value of 0.000 (p < 0.01); and between resilience and self-adjustment has a partial value of 0.708 with a Sig. value of 0.000 (p < 0.01) which means that between the two correlations has a very significant relationship. The partial correlation value obtained shows that there is a strong correlation between the independent variable (emotional maturity, and resilience) and the dependent variable (adjustment). Penyesuaian.diri merupakan proses menghadapi stres, ketegangan, dan konflik sehingga terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan keadaan lingkungannya. Faktor kematangan, khususnya kematangan emosi merupakan salah satu yang mempengaruhi penyesuaian diri. Selain itu, kemampuan resiliensi juga sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi baru sehingga tidak menimbulkan stres, sedih bahkan depresi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara resiliensi dan kematangan emosi terhadap penyesuaian diri remaja tunanetra. Populasi penelitian ini adalah remaja tunanetra yang berada di komunitas Sahabat Mata Semarang dengan sampel yang digunakan sebanyak 30 remaja tunanetra berusia 12 sampai 17 tahun. Hasil penelitian diperoleh kematangan emosi, dan resiliensi dengan penyesuaian diri memiliki nilai R sebesar 0,755 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01) yang artinya terdapat hubungan signifikan antara kematangan emosi dan resiliensi dengan penyesuaian diri. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,571 menunjukkan persentase sumbangan kematangan emosi dan resiliensi terhadap penyesuaian diri remaja tunanetra yaitu sebesar 57,1%, sedangkan sisanya sebesar 42,9% merupakan pengaruh dari faktor lain. Hasil uji korelasi parsial menunjukkan bahwa antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri memiliki nilai parsial sebesar 0,645 dengan nilai Sig. sebesar 0,000 (p < 0,01); dan antara resiliensi dengan penyesuaian diri memiliki nilai parsial sebesar 0,708 dengan nilai Sig. sebesar 0,000 (p < 0,01) yang berarti bahwa diantara kedua korelasi tersebut memiliki hubungan yang sangat signifikan. Nilai korelasi parsial yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat korelasi kuat di antara variable independent (kematangan emosi, dan resiliensi) dengan variable dependent (penyesuaian diri).
Hubungan Stres Dan Lingkungan Dengan Perilaku Merokok Pada Tenaga Kesehatan (NAKES) Di Rumah Sakit RYZ Kota X Oktriansyah, Ryan; Widyorini, Endang; Rahayu, Esthi
Jurnal LINK Vol 19 No 2 (2023): NOVEMBER 2023
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/link.v19i2.9984

Abstract

Masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional, bahkan internasional. Efek yang ditimbulkan dari merokok juga sangat banyak bagi kesehatan, akan tetapi masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya khususnya di kalangan tenaga kesehatan. Subjek penelitian adalah tenaga kesehatan yang sudah bekerja di rumah sakit, rentan usia 23 - 40 tahun, perokok berat, Masyarakat Kota X. Metode pengambilan data penelitian ini menggunakan 3 skala Likert yaitu skala perilaku merokok berjumlah 25  item, skala stress berjumlah 27 item, skala lingkungan sosial berjumlah 23  aitem. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara stress dan lingkungan sosial dengan perilaku merokok (R = 0.280, F = 20.817 dan signifikansi p = 0.000 (p<0.01)). Apabila dilihat secara parsial lingkungan sosial memiliki hubungan secara positif dan sangat signifikan terhadap perilaku merokok sebesar (rxy = 0.508 dan p = 0.000 ; (p<0.01). Lebih lanjut lagi stress dan perilaku merokok memiliki hubungan positif sebesar (rxy = 0.959 dan p = 0.000 ; (p<0.01). kesimpulan semakin tinggi tingkat stress dan semakin besar pengaruh lingkungan sosial terhadap seseorang maka perilaku merokok orang tersebut akan meningkat, begitu juga sebaliknya.Â