Abstract: This study explores the transformation of Bali Aga vernacular architecture in Sidetapa Village, Buleleng Regency, focusing on Bale Gajah Tumpang Salu as a representative traditional house with high historical, spiritual, and socio-cultural value. The vernacular architecture in this village reflects the community’s adaptation to environmental conditions, local cosmology, and evolving social dynamics. Using a qualitative approach and a case study method, the research examines changes in form, materials, and building functions influenced by modernization and contemporary functional needs. Findings reveal that despite significant changes in building orientation, the use of modern materials, and the addition of functional spaces such as kitchens and bathrooms, the people of Sidetapa strive to preserve the core values of their traditional houses. Sacred spaces, internal wooden structures, and symbolic elements like selepitan and jaro are still maintained. Furthermore, traditional houses serve economic functions, such as the production of bamboo crafts, which remain the primary livelihood for many residents. This study highlights the importance of preserving vernacular architecture as a dynamic expression of cultural identity. Conservation strategies that balance modern needs with traditional values are essential to ensuring the continuity of Bali Aga cultural heritage amid changing times. Keyword: Vernacular Architecture, Bali Aga, Sidetapa Village, Gajah Tumpang Salu, Traditional House Transformation Abstrak: Penelitian ini membahas transformasi arsitektur vernakular Bali Aga di Desa Sidetapa, Kabupaten Buleleng, dengan fokus pada Bale Gajah Tumpang Salu sebagai representasi rumah adat yang memiliki nilai historis, spiritual, dan sosial budaya tinggi. Arsitektur vernakular di desa ini mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan, kosmologi lokal, serta dinamika sosial yang terus berkembang. Dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, penelitian ini mengeksplorasi perubahan bentuk, material, dan fungsi bangunan tradisional akibat pengaruh modernisasi dan kebutuhan fungsional masa kini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terjadi perubahan signifikan dalam orientasi bangunan, penggunaan material modern, dan penambahan ruang fungsional seperti dapur dan kamar mandi, masyarakat Sidetapa tetap berupaya mempertahankan nilai-nilai inti rumah adat mereka. Ruang-ruang suci, struktur kayu dalam, serta elemen-elemen simbolik seperti selepitan dan jaro masih dijaga eksistensinya. Selain itu, rumah adat juga berperan dalam aktivitas ekonomi seperti produksi kerajinan bambu yang menjadi mata pencaharian utama warga. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelestarian arsitektur vernakular sebagai wujud identitas budaya yang dinamis. Strategi pelestarian yang mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan modern dan nilai tradisional menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya Bali Aga di tengah perubahan zaman. Kata Kunci: Arsitektur Vernakular, Bali Aga, Desa Sidetapa, Gajah Tumpang Salu, Transformasi Rumah Adat