Indraswari, Thamita
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Kontrastif Kalau dalam Bahasa Indonesia dengan To, Ba, Tara dalam Bahasa Jepang Indraswari, Thamita
Journal of Japanese Language Education and Linguistics Vol 1, No 1 (2017): Agustus - Januari
Publisher : Journal of Japanese Language Education and Linguistics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jjlel.1103

Abstract

Pada Bahasa Jepang maupun Bahasa Indonesia, dijumpai jenis kalimat luas bertingkat yang menyatakan syarat. Pada Bahasa Indonesia, jenis kalimat ini ditandai oleh penggunaan konjungsi kalau dalam kalimat. Sedangkan pada Bahasa Jepang, kalimat yang menyatakan syarat diwujudkan dengan penggunaan partikel to, ba, dan tara. Artikel ini berisi tentang deskripsi persamaan dan perbedaan to, ba, tara dalam Bahasa Jepang dan kalau dalam Bahasa Indonesia. Fokus pembahasan persamaan dan perbedaan diarahkan pada segi makna, kategori predikat, dan modus kalimat. Kalau dalam Bahasa Indonesia memiliki tujuh kategori makna. To memiliki tujuh kategori makna, ba empat kategori makna, dan tara tiga kategori makna.   Sehingga, kalau dalam bahasa Indonesia menjadi divergen ketika diterjemahkan dalam bahasa Jepang. Ada lima makna dari kalau yang bisa dipadankan langsung dengan to, sedangkan dua makna lain lebih tepat dipadankan dengan ba atau tara. Untuk memilih padanan yang tepat, hal yang perlu diperhatikan adalah makna serta modus kalimat dari bahasa Indonesia dan bahasa Jepang; khususnya makna serta modus yang menunjukkan gejala shinki, ketsujo dan bunretsu. Dari segi kategori predikat dalam kalimat, baik bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia menunjukkan karakteristik yang berpadanan. Tetapi, dari segi modus kalimat,  khusus untuk ba, saat modus menyatakan imperatif, permohonan, saran, ajakan atau kalimat yang menyatakan maksud predikat tidak bisa berupa verba; kecuali jika subjek dalam klausa I dan klausa II berbeda. Juga, diperbolehkan jika predikat dalam klausa I menjelaskan kondisi dari topik klausa. Kata kunci: analisis kontrastif, to, ba, tara, kalau
Variasi Ungkapan Permohonan oleh Pembelajar Bahasa Jepang Indraswari, Thamita Islami; Meisa, Wistri
Journal of Japanese Language Education and Linguistics Vol 2, No 1 (2018): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jjlel.2113

Abstract

ABSTRACTThis article examine language variation of irai hyogen used by the Japanese language learners of Japanese Language Education Department in Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. In this study, language variations are focused in what expressions are being used as irai hyogen and how are the flow of expressions in two different settings, which is 1) irai hyogen being used by student to teacher, 2) irai hyogen being used by junior student (kohai) to senior student (senpai). The study employs qualitative-descriptive method with open-ended questionnaire as instrument, distributed to 21 people. The data are analyzed by using open coding model of Strauss and Corbin. The findings of the study showed that for irai hyogen expressed to sensei, there are twelve variations of irai hyogen and ten ways of expressing irai hyogen used by learners. Meanwhile for irai hyogen expressed to senpai it is found that learners use eight variations of irai hyogen and ten ways of expressing irai hyogen 
Evaluasi Pembelajaran Bunpou pada Kelas Daring di LPK Mulia Meisou Indonesia Indraswari, Thamita Islami; Mutiaraningsih, Siti; Julaeha, Siti; Sugiarty, Santy
Journal of Japanese Language Education and Linguistics Vol 5, No 1 (2021): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jjlel.v5i1.10235

Abstract

Pembelajaran daring telah menjadi trend sejak lebih dari satu dekade lalu. Tetapi, adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020 semakin mendesak kebutuhan untuk menerapkan pembelajaran daring di seluruh jenjang pendidikan, termasuk di lembaga pelatihan kerja (LPK). Topik mengenai pembelajaran bahasa Jepang di LPK telah banyak diteliti, tetapi topik yang berfokus pada evaluasi pembelajaran bahasa Jepang di kelas daring pada masa pandemi belum banyak dieksplorasi. Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran daring kelas Engineer di LPK Mulia Meisou Indonesia (LPK MMI) dengan berfokus pada: 1) pelaksanaan evaluasi pembelajaran bunpou di kelas Engineer LPK MMI, 2) bagaimana hasil dari evaluasi tersebut.  Telaah pada dokumen catatan guru, hasil tes siswa, serta wawancara pada siswa dilakukan untuk mencari uraian dari fokus penelitian. Evaluasi pembelajaran bunpou di kelas Engineer LPK MMI dilaksanakan dengan memanfaatkan Google Forms. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas bervariasi pada tiap tes, dengan adanya faktor penyerta yang diduga dapat memengaruhi hasil tes. Evaluasi melalui tes berbasis google forms dianggap memadai untuk menjaring informasi tentang penguasaan materi belajar oleh siswa. Tetapi, evaluasi melalui Google Forms perlu disertai dengan langkah-langkah lanjutan agar dapat terpetakan masalah yang sesungguhnya dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran, agar evaluasi pembelajaran dapat menyentuh hal-hal terkait proses belajar dengan lebih menyeluruh.
Evaluasi Pembelajaran Bunpou pada Kelas Daring di LPK Mulia Meisou Indonesia Indraswari, Thamita Islami; Mutiaraningsih, Siti; Julaeha, Siti; Sugiarty, Santy
Journal of Japanese Language Education and Linguistics Vol 5, No 1 (2021): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jjlel.v5i1.10235

Abstract

Pembelajaran daring telah menjadi trend sejak lebih dari satu dekade lalu. Tetapi, adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020 semakin mendesak kebutuhan untuk menerapkan pembelajaran daring di seluruh jenjang pendidikan, termasuk di lembaga pelatihan kerja (LPK). Topik mengenai pembelajaran bahasa Jepang di LPK telah banyak diteliti, tetapi topik yang berfokus pada evaluasi pembelajaran bahasa Jepang di kelas daring pada masa pandemi belum banyak dieksplorasi. Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran daring kelas Engineer di LPK Mulia Meisou Indonesia (LPK MMI) dengan berfokus pada: 1) pelaksanaan evaluasi pembelajaran bunpou di kelas Engineer LPK MMI, 2) bagaimana hasil dari evaluasi tersebut.  Telaah pada dokumen catatan guru, hasil tes siswa, serta wawancara pada siswa dilakukan untuk mencari uraian dari fokus penelitian. Evaluasi pembelajaran bunpou di kelas Engineer LPK MMI dilaksanakan dengan memanfaatkan Google Forms. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas bervariasi pada tiap tes, dengan adanya faktor penyerta yang diduga dapat memengaruhi hasil tes. Evaluasi melalui tes berbasis google forms dianggap memadai untuk menjaring informasi tentang penguasaan materi belajar oleh siswa. Tetapi, evaluasi melalui Google Forms perlu disertai dengan langkah-langkah lanjutan agar dapat terpetakan masalah yang sesungguhnya dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran, agar evaluasi pembelajaran dapat menyentuh hal-hal terkait proses belajar dengan lebih menyeluruh.
The Effectiveness of the Minimal Pairs Technique in Learning Japanese Pronunciation Wahyuni, Yuli; Indraswari, Thamita Islami
Journal of Japanese Language Education and Linguistics Vol 6, No 1 (2022): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jjlel.v6i1.13879

Abstract

Distinguishing and pronouncing the sound of sha, sa, ja, za, tsu, double sounds, long sounds, nasal sounds, and youon sounds are still considered difficult for Japanese learners; it is becoming a problem because when the learners cannot distinguish the correct sounds in Japanese, it will result in an inability to pronounce and write Japanese sounds correctly. This study has tested the effectiveness of the minimal pairs technique in learning Japanese pronunciation and the learners's response to the technique. The research employed a quasi-experimental quantitative method by applying the minimal pairs technique to learn Japanese pronunciation in one class, Japanese level N5 or beginner level. The comparative statistical calculation result showed that the Minimal Pairs model is effective in improving Japanese pronunciation in long vowels, double consonants, semi-vowel sounds, tsu sounds, nasal sounds, and also helped the learners’ to understand differences in sa and sha line sounds and the difference between the sounds of the za and ja lines. The questionnaire result showed that the learners feel that the technique is quite tedious, but on the other hand, the technique is beneficial for them in learning and practicing Japanese pronunciation.
ANALISIS KONTRASTIF UNGKAPAN MENGINGATKAN SESUATU DALAM PERCAKAPAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG: SEBUAH TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK Sonda Sanjaya; Thamita Islami Indraswari
IZUMI Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.928 KB) | DOI: 10.14710/izumi.4.2.8-15

Abstract

This research is aimed to investigate type of utterance and communicating style between Japanese and Indonesian in reminding something. The difference between two language may hindrance communicating process, and lead to misconception. Thus the researchers conclude that further study in this topic is essential. Sample was taken from 24 participants, which is required to conversate according to condition given in roleplay card. Participants are acquintances, divided to act as the borrower and as the giver. The giver had promised to lend the borrower something, and the borrower supposed to remind the giver about it. The data shows that in Indoneisan, it is common for the borrower to take initiative when reminding something or taking the promised thing. It is also found that the giver often asked to be reminded again by the borrower in means of texting or phonecall. Meanwhile, in Japanese the act is reversed. The giver is taking an initiative, and even offers to bring the promised thing. Although the borrower is also taking an initiative, it is not common for the giver to asked to be reminded again by the borrower.
Perception and Modification: A Pragmatic Study of Irai Hyougen by Japanese Learners Thamita Islami Indraswari; Wistri Meisa; Dian Rachmawati; Lintang Putri Ariyani
IZUMI Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/izumi.10.1.67-83

Abstract

This research focused on describing how perceptions about the degree of imposition are manifested in requests in Japanese used by learners and how these perceptions are translated into choices of pragmatic modification. Through qualitative methods using the discourse completion test, it is known that perceptions of the degree of an imposition when requesting something are not manifested into the choice of request type used by learners. Instead, it is more visible from the variation in the choice of syntactic patterns used in request expression. The perception of the degree of imposition translated into a choice of external and internal pragmatic modifications. Although learners have varying perceptions of the degree of imposition for the same request, it does not appear that learners differentiate the choice of pragmatic modification based on the heaviness of the request’s imposition.