Much Koiri, Much
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Revealing the Empowerment at Barnum Circus in The Greatest Showman Wahyuni, Widya Sri; Koiri, Much
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2022): Agustus 2022
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v6i2.4064

Abstract

Kesetaraan tidak berfokus pada memperlakukan individu dengan cara yang sama tetapi pada bagaimana setiap orang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai hasil yang sama, sedangkan pemberdayaan mengacu pada tindakan membantu atau mendukung mereka yang membutuhkan untuk mencapai kesetaraan dengan orang lain. Ini terutama terjadi pada populasi minoritas ketika ada perbedaan tertentu seperti etnis, ras, agama, dan identitas kelompok. The Greatest Showman, disutradarai oleh Michael Gracey dan diproduksi oleh 20th Century Fox pada tahun 2017, adalah salah satu film drama musikal terlaris sepanjang masa. The Greatest Showman menceritakan kisah Phineas Taylor Barnum (P.T Barnum), yang memberdayakan dirinya dengan membangun sirkus dan membiarkan orang-orang dengan kelainan fisik menjadi bagian dari pertunjukan. Berkaitan dengan pemberdayaan yang dilakukan oleh karakter dalam film The Greatest Showman, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pemberdayaan yang digambarkan dalam film tersebut dan fungsi dari pemberdayaan pada Barnum Circus dalam The Greatest Showman. Pendekatan penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian: sumber data, pengumpulan data, dan analisis data. Data tersebut diperoleh dari screenshot adegan, lirik musik, dan pertukaran karakter dari film Michael Gracey The Greatest Showman (2017). Makalah, jurnal, artikel, buku, dokumen, dan sumber belajar lainnya digunakan oleh peneliti. Dengan menggunakan data kualitatif, penelitian ini menunjukkan bahwa The Greatest Showman menjadi film yang tidak hanya mendukung perlakuan tidak adil terhadap individu penyandang disabilitas tetapi juga menunjukkan bahwa mereka tidak berdaya di masyarakat sebagai akibat dari kapitalisme yang tak terhindarkan.
Ain't no man: Female masculinity in Android game Legend of the PHOENIX Adelia, Silvy; Dirgantari, Alfi; Hirano, Shun; Wedawati, Mamik; Ridha, Firly; Koiri, Much
LITERA Vol. 23 No. 1: LITERA (MARCH 2024)
Publisher : Faculty of Languages, Arts, and Culture Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v23i1.70536

Abstract

This study performs content analysis on an Android game titled Legend of the Phoenix. Legend of the Phoenix, commonly known as LoP, is an otome (girl) game released by Modo Game in 2020. Like most otome games, Legend of the Phoenix revolves around the journey of a young woman who is given a second chance at life after her first ends tragically. The player takes the role of this young woman and has to complete various missions and storylines in order to complete the game. This study aims to find messages about gender presented in the game by analyzing its visual and narrative content. It focuses on identifying female masculinity in the special recruitment group of Female General or Heroine. The game characters being analyzed are the four Generals in Legend of the Phoenix"”Hua Mulan, Mu Guiying, Liang Hongyu, and Qin Liangyu. They are examined in terms of role, abilities, and appearance and their relation to the concept of female masculinity introduced by Halberstam. The result shows that the Female General belongs to Femme Pretender type. It means that the characters of Hua Mulan, Mu Guiying, Liang Hongyu, and Qin Liangyu possess masculine traits (role and abilities) while also keeping their female appearance (physical and outfit).