Orang yang menjalani anestesi akan kehilangan semua indra, termasuk sentuhan, suhu, pergerakan, dan nyeri. Pasien lebih rentan shivering saat menjalani anestesi spinal karena anestesi spinal mencegah penyempitan pembuluh darah dan mendistribusikan kembali panas inti dari tubuh (di bawah level blok) ke jaringan perifer. Lamanya operasi dan kebutuhan oksigenasi adalah dua faktor yang memengaruhi kemungkinan shivering. Pasien yang shivering menggunakan lebih banyak oksigen, yang meningkatkan resiko hipoksemia dan nyeri selama prosedur anestesi spinal. Studi ini berupaya untuk memastikan apakah shivering selama anestesi spinal berhubungan dengan lamanya operasi, kebutuhan oksigenasi, atau keduanya. Desain studi deskriptif analitis cross-sectional digunakan. Metode yang dipakai dalam studi ini adalah purposive sampling, yang mencakup 89 responden menurut hasil perhitungan populasi menggunakan rumus Slovin. Uji Pearson dan peringkat Spearman digunakan dalam analisis data studi ini. Dengan kekuatan korelasi sebesar 0,291 dan nilai-p sebesar 0,006 < 0,05, hasil uji Spearman menunjukkan hubungan positif antara lamanya operasi dan kejadian shivering. Dengan menggunakan uji Pearson dengan nilai-p sebesar 0,109 > 0,05, penelitian ini tidak menemukan korelasi antara kebutuhan oksigenasi dan kejadian shivering. Pada pasien yang dilakukan anestesi spinal, terdapat korelasi positif antara jumlah shivering dan lamanya operasi. Pada pasien yang dilakukan anestesi spinal, tidak terdapat korelasi antara kebutuhan oksigen dan shivering.