Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN MEDIA DIGITAL UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG DEMAM BERDARAH Hanslavina Arkeman; Kartini Kartini; Haryo Ganeca Widyatama
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 1, Nomor 2, Juli 2020
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.453 KB) | DOI: 10.25105/juara.v1i2.5636

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah di Indonesia seringkali menimbulkan ledakan kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah kematian yang tinggi. Jumlah penderita cenderung meningkat dan semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, didukung oleh sikap masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan pengetahuan tentang tatacara pencegahan penyakit yang masih rendah. Secara epidemiologis, Indonesia menjadi negara endemis demam berdarah dengue. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini adalah meningkatkan pengetahuan warga tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dengan metode ceramah dan media digital berupa pemutaran video “Satu Rumah Satu Jumantik”. Sebelum dan sesudah penyuluhan, mitra diberikan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang demam berdarah. Pengetahuan mitra meningkat setelah diberikan penyuluhan. Masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup baik (86,84%) dan diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan Program Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN).
PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERAN VITAMIN D BAGI KESEHATAN ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 Kartini Kartini; Patricia Budihartanti Liman; Kurniasari; Husnun Amalia
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.66 KB) | DOI: 10.25105/juara.v3i2.13464

Abstract

It's been two years since the world faced the Covid-19 pandemic caused by Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) which is able to affect the human immune system. One strategy in overcoming this pandemic is to pay attention to the intake of nutrients that are suitable to support the activation of the immune system in fighting the virus. Since the pandemic, vitamin D has been widely consumed to boost the body's immunity. This compound is able to improve the function of physical barriers, modulate the immune response, both natural and adaptive, to fight infections, allergies, malignancies and autoimmune. Recently it has been widely revealed that vitamin D deficiency was associated with various diseases. The occurrence of vitamin D deficiency in children may be due to a lack of awareness about the importance of vitamin D for children's health and this condition is certainly related to parental knowledge. The purpose of this outreach was to increase parents' knowledge about the role of vitamin D for children's health, especially during the pandemic. This program carried out online at Primary school and Junior high school of Tarsisius 1, Central Jakarta. Parental knowledge about the role of vitamin D was assessed using a modified questionnaires from Hussein et al. 2018, before and after the outreach. Data collection using Google Form, data cleaning with Open Refine software and analysis with SPSS software version 23. The Mann-Whitney test obtained p<0,001 so it was concluded that knowledge of vitamin D between the two groups differed significantly
Pengetahuan tentang Keselamatan Kerja dan Perilaku Kesehatan Pekerja Salon Memengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak: Sebuah Kajian Aulia Rana Haerani; Kartini Kartini
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 2 No. 9: Agustus 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v2i9.2186

Abstract

Salon workers are a profession with a fairly high level of exposure to chemicals, water and soap when doing his/her job in a beauty salon. These chemical ingredients or substances may be irritative, posing a risk of skin disorders such as contact dermatitis when exposure occurs for a long time and repeatedly. Brans et al stated the incidence of contact dermatitis in hairdressers was 56.1 to 97.4 cases per 10,000 workers a year. These skin disorders can degrade workers' skills impacting socioeconomic conditions and evoking negative emotions such as frustration, shame and depression. This can certainly reduce the quality of life of salon workers. Based on previous studies, it was concluded that health knowledge about workplace hazards and causes of disease and also good preventive attitudes could reduce the prevalence of occupational contact dermatitis. Health behaviors are also formed from knowledge and generate a positive attitude in responding to hazards in the work environment. Efforts are needed to increase salon workers' knowledge about the risk factors for health problems that may arise as a result of work and change individual confidence in wanting to wear personal protective equipment and increase self-efficacy which is beneficial in changing the behavior of a salon worker so as to support his health.
Penggunaan Detergen Tidak Berhubungan Dengan Keparahan Kulit Kering Pada Perempuan Sri Lia Yustika Nur; Kartini Kartini
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 4 No. 2: Januari 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v4i2.7242

Abstract

Abstract: Penyakit kulit akibat kerja menyumbang sekitar 50% dari seluruh penyakit yang diderita pekerja. Aktivitas mencuci dengan sabun yang iritatif menyebabkan kulit menjadi kering dan gatal yang bila kronis menimbulkan penurunan kualitas hidup. Penelitian terdahulu menilai gangguan kulit akibat penggunaan sabun yang dikaitkan dengan dermatitis kontak, tidak spesifik mengenai kulit kering. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan penggunaan detergen bubuk dan keparahan kulit kering pada perempuan usia dewasa. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, subjek 116 perempuan dewasa yang mencuci pakaian dengan detergen bubuk di Puskesmas Kecamatan Cariu Bogor, dipilih secara consecutive non random sampling. Karakteristik sosiodemografi berupa usia, pekerjaan, pendidikan, riwayat penyakit kulit, frekuensi dan durasi mencuci pakaian. Penilaian kulit menggunakan Visual Assesment Of Skin Dryness. Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square dengan nilai kemaknaan p<0.05. Subjek perempuan berusia 25-43 tahun, berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66.4%, pendidikan terakhir SMP sebanyak 37.1%. Frekuensi mencuci 1x sebanyak 88,8%, total durasi mencuci ≥30menit sebanyak 85,3%. Responden dengan frekuensi mencuci 1x perhari dan kulit tidak kering sebesar 47,4% sedangkan yang mencuci 2x perhari dengan kondisi kulit kering 4,3%. Responden dengan total durasi mencuci <30 menit dan kulit tidak kering sebesar 10,3 % sedangkan durasi mencuci ≥30 menit dengan kondisi kulit kering sebesar 41,4 %. Hasil uji Chi-square didapatkan p=0,579 dan p=0,145. Penggunaan detergen bubuk tidak berhubungan dengan keparahan kulit kering pada perempuan usia dewasa.
Kekambuhan asma pada perempuan dan berbagai faktor yang memengaruhinya Andriani Litanto; Kartini Kartini
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2021.v4.79-86

Abstract

Asma merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi pada saluran napas akibat reaksi inflamasi kronik yang menyebabkan hiperresponsif jalan napas dengan gejala mengi, sesak napas dan dada terasa berat disertai batuk dan gejalanya umumnya terjadi malam hari atau menjelang pagi. Bila asma tidak terkontrol dapat menyebabkan kematian. Sesungguhnya asma tidak dapat sembuh sempurna hanya dapat menghilangkan gejalanya. Setelah pubertas, asma menjadi lebih umum terjadi bahkan dapat semakin parah pada seorang perempuan, dan paling tinggi terjadi pada perempuan dengan menarche dini atau dengan kehamilan banyak. Mekanisme yang mendasari perbedaan gender dalam prevalensi asma masih diselidiki tetapi sebagian besar merujuk pada perbedaan hormon dan perbedaan dalam kapasitas paru-paru. Peranan reseptor estrogen ditemukan pada banyak sel pengatur imun dan memengaruhi respons imunologis ke arah perkembangan alergi. Beberapa faktor yang memengaruhi kekambuhan asma pada perempuan antara lain faktor genetik dengan adanya polimorfisme pada gen yang berhubungan dengan asma, faktor pulmoner yaitu adanya penghambatan produksi surfaktan oleh estrogen yang meningkatkan kerentanan terhadap alergi, faktor persepsi dan perilaku perempuan terhadap gejala asma yang dialami sehingga menyebabkan kualitas hidup lebih buruk, dan faktor obesitas menyebabkan peningkatan aromatase yang berefek meningkatkan estrogen serta peningkatan kadar leptin yang berperan dalam pengaturan berat badan dan meningkatkan mediator proinflamasi.