Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Accommodative insufficiency as cause of asthenopia in computer-using students Amalia, Husnun; Suardana, Gusti G.; Artini, Widya
Universa Medicina Vol 29, No 2 (2010)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2010.v29.78-83

Abstract

To date the use of computers is widely distributed throughout the world and the associated ocular complaints are found in 75-90% of the population of computer users. Symptoms frequently reported by computer users were eyestrain, tired eyes, irritation, redness, blurred vision, diplopia, burning of the eyes, and asthenopia (visual fatigue of the eyes). A cross-sectional study was conducted to determine the etiology of asthenopia in computer-using students. A questionnaire consisting of 15 items was used to assess symptoms experienced by the computer users. The ophthalmological examination comprised visual acuity, the Hirschberg test, near point accommodation, amplitude accommodation, near point convergence, the cover test, and the alternate cover test. A total of 99 computer science students, of whom 69.7% had asthenopia, participated in the study. The symptoms that were significantly associated with asthenopia were visual fatigue (p=0.031), heaviness in the eye (p=0.002), blurred vision (p=0.001), and headache at the temples or the back of the head (p=0.000). Refractive asthenopia was found in 95.7% of all asthenopia patients with accommodative insufficiency (AI), constituting the most frequent cause at 50.7%. The duration of computer use per day was not significantly associated with the prevalence of asthenopia (p=0.700). There was a high prevalence of asthenopia among computer science students, mostly caused by refractive asthenopia. Accommodation measurements should be performed more routinely and regularly, maybe as screening, especially in computer users.
Effectiveness of Piper betle leaf infusion as a palpebral skin antiseptic Amalia, Husnun; Sitompul, Ratna; Hutauruk, Johan; Andrianjah, Andrianjah; Mun’im, Abdul
Universa Medicina Vol 28, No 2 (2009)
Publisher : Faculty of Medicine, Trisakti University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2009.v28.83-91

Abstract

The goal of an antiseptic is to eliminate or greatly reduce the number of microorganisms in the surgical field at the time of the surgery. The objective of this study was to verify the effectiveness of 20% Piper betle leaf infusion as an antiseptic solution in pre-surgery cataract patients. A clinical trial with partner-matching design was conducted on 31 pairs of eyelids. From each pair of eyelids, one eyelid was asigned to the Piper betle infusion group and the opposite one to the povidone-iodine group. The microorganisms were collected by swab from the patient’s palpebral skin, inoculated on nutrient agar, and incubated at 37oC for 20 hours. The antiseptic effectiveness was measured by counting the microbial colonies before and after administration of the antiseptic solutions. This study demonstrates that the mean colony counts after application of 20% Piper betle leaf infusion showed a significant reduction of 27-100% compared with those before administration (p=0.001). Mean colony counts after 10% povidone-iodine administration showed a significant reduction of 88-100% compared with the mean counts before the solution was applied (p=0.000). The 20% Piper betle infusion has an antiseptic potential. Nevertheless, the 10% povidone-iodine solution has more effective antiseptic capability.
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA LANSIA Onny Hernik Saputro; Husnun Amalia
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.065 KB) | DOI: 10.25105/pdk.v3i2.2987

Abstract

Setiap tahun prevalensi gout meningkat di seluruh dunia. Sehingga diperlukan upaya untuk dapat mendeteksi hiperurisemia lebih awal agar dapat mencegah terjadinya gout dan manifestasi klinis yang lebih berat. Selain asupan tinggi purin, peningkatan berat badan dan bertambahnya usia merupakan faktor resiko meningkatnya kadar asam urat. Semakin gemuk dan semakin tua seseorang kemungkinan akan dapat meningkatkan kadar asam urat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada lansia. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dan desain potong lintang dengan 58 sampel lansia di Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan 9 orang dengan status gizi kurus memiliki kadar asam urat yang normal. Sedangkan pada 34 orang dengan status gizi normal terdiri dari 20 orang memiliki kadar asam urat normal dan 14 orang sisanya memiliki kadar asam urat tinggi, 15 responden dengan status gizi gemuk terdiri dari 4 orang memiliki kadar asam urat normal dan 11 orang sisanya memiliki kadar asam urat tinggi. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada lansia (p = 0,002).
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA LANSIA Onny Hernik Saputro; Husnun Amalia
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v3i2.2987

Abstract

Setiap tahun prevalensi gout meningkat di seluruh dunia. Sehingga diperlukan upaya untuk dapat mendeteksi hiperurisemia lebih awal agar dapat mencegah terjadinya gout dan manifestasi klinis yang lebih berat. Selain asupan tinggi purin, peningkatan berat badan dan bertambahnya usia merupakan faktor resiko meningkatnya kadar asam urat. Semakin gemuk dan semakin tua seseorang kemungkinan akan dapat meningkatkan kadar asam urat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada lansia. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dan desain potong lintang dengan 58 sampel lansia di Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan 9 orang dengan status gizi kurus memiliki kadar asam urat yang normal. Sedangkan pada 34 orang dengan status gizi normal terdiri dari 20 orang memiliki kadar asam urat normal dan 14 orang sisanya memiliki kadar asam urat tinggi, 15 responden dengan status gizi gemuk terdiri dari 4 orang memiliki kadar asam urat normal dan 11 orang sisanya memiliki kadar asam urat tinggi. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada lansia (p = 0,002).
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA LANSIA Onny Hernik Saputro; Husnun Amalia
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.065 KB) | DOI: 10.25105/pdk.v3i2.2987

Abstract

Setiap tahun prevalensi gout meningkat di seluruh dunia. Sehingga diperlukan upaya untuk dapat mendeteksi hiperurisemia lebih awal agar dapat mencegah terjadinya gout dan manifestasi klinis yang lebih berat. Selain asupan tinggi purin, peningkatan berat badan dan bertambahnya usia merupakan faktor resiko meningkatnya kadar asam urat. Semakin gemuk dan semakin tua seseorang kemungkinan akan dapat meningkatkan kadar asam urat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada lansia. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dan desain potong lintang dengan 58 sampel lansia di Jakarta Barat. Hasil penelitian menunjukkan 9 orang dengan status gizi kurus memiliki kadar asam urat yang normal. Sedangkan pada 34 orang dengan status gizi normal terdiri dari 20 orang memiliki kadar asam urat normal dan 14 orang sisanya memiliki kadar asam urat tinggi, 15 responden dengan status gizi gemuk terdiri dari 4 orang memiliki kadar asam urat normal dan 11 orang sisanya memiliki kadar asam urat tinggi. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kadar asam urat darah pada lansia (p = 0,002).
PENINGKATAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERAN VITAMIN D BAGI KESEHATAN ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 Kartini Kartini; Patricia Budihartanti Liman; Kurniasari; Husnun Amalia
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 3, Nomor 2, Juli 2022
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.66 KB) | DOI: 10.25105/juara.v3i2.13464

Abstract

It's been two years since the world faced the Covid-19 pandemic caused by Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) which is able to affect the human immune system. One strategy in overcoming this pandemic is to pay attention to the intake of nutrients that are suitable to support the activation of the immune system in fighting the virus. Since the pandemic, vitamin D has been widely consumed to boost the body's immunity. This compound is able to improve the function of physical barriers, modulate the immune response, both natural and adaptive, to fight infections, allergies, malignancies and autoimmune. Recently it has been widely revealed that vitamin D deficiency was associated with various diseases. The occurrence of vitamin D deficiency in children may be due to a lack of awareness about the importance of vitamin D for children's health and this condition is certainly related to parental knowledge. The purpose of this outreach was to increase parents' knowledge about the role of vitamin D for children's health, especially during the pandemic. This program carried out online at Primary school and Junior high school of Tarsisius 1, Central Jakarta. Parental knowledge about the role of vitamin D was assessed using a modified questionnaires from Hussein et al. 2018, before and after the outreach. Data collection using Google Form, data cleaning with Open Refine software and analysis with SPSS software version 23. The Mann-Whitney test obtained p<0,001 so it was concluded that knowledge of vitamin D between the two groups differed significantly
UJI KLINIS : EVALUASI KEJADIAN MATA KERING SETELAH OPERASI FAKOEMULSIFIKASI MENGGUNAKAN KUESIONER DEQ-5 Anggraeni Adiwardhani; Husnun Amalia; Noviani Prasetyaningsih; Erlani Kartadinata
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15093

Abstract

Mata kering (dry eye) dapat mengganggu penglihatan dan gangguan aktifitas sehari-hari. Kejadian mata kering pada usia >60 tahun adalah 26,2%. Pada usia >60 tahun juga akan terjadi perubahan pada lensa yang disebut katarak senilis, dengan presentase 96%. Tatalaksana untuk katarak senilis berupa operasi katarak, yang salah satunya dilakukan dengan metode fakoemulsifikasi. Operasi katarak yang dilakukan akan dapat menginduksi perubahan terutama dalam hal sensitivitas kornea, perubahan tersebut dapat memicu timbulnya mata kering.Tingginya kejadian mata kering pada lansia dan operasi katarak yang saat ini banyak digunakan adalah fakoemulsifikasi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menilai pengaruh operasi fakoemulsifikasi terhadap kejadian mata kering. Tujuan: Menilai faktor yang mempengaruhi kejadian mata kering paska operasi fakoemulsifikasi dan menganalisa hubungan kejadian mata kering setelah operasi fakoemulsifikasi. Manfaat penelitian untuk meningkatkan derajat kesehatan mata pada lansia. Metode: Eksperimental, dengan populasi pasien penderita katarak yang melaksanakan operasi fakoemulsifikasi. Tehnik sampling dengan konsekutif non random sampling. Kriteria eksklusi tidak menggunakan tetes pelembab sebelum operasi fakoemulsifikasi dan tidak menderita penyakit kronis. Hasil: Karakteristik dan faktor resiko berupa : Jenis kelamin perempuan (52,9%), Umur <65 tahun (60,6%), Tidak memiliki Riwayat Diabetes Melitus (86,5 %), Tidak merokok (76%), Tidak memiliki Diabetes Melitus (89,4%), Tidak dry eye pre operasi (61,5%), Tidak dry eye post operasi (82,7%). Simpulan: Tidak ada karakteristik maupun faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian mata kering post operasi fakoemulsifikasi. Hubungan yang signifikan terjadi antara kejadian dry eye pre operasi dan post operasi pahkoemulsifikasi dengan p=0,03.
PENGGUNAAN SKOR KANDIDA UNTUK PEMBERIAN ANTIJAMUR RASIONAL PASA PASIEN ICU DENGAN RISIKO CANDIDIASIS INVASIF Isa Bella; Monica Dwi Hartanti; Noviani Prasetyaningsih; Husnun Amalia
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15107

Abstract

Pasien yang dirawat di ICU memiliki risiko tinggi terserang kandidiasis invasive. Hal ini dikarenakan kondisi klinis dan tatalaksana pada pasien ICU yang menjadi faktor risiko terjadinya infeksi invasif oleh candida. Hal yang dapat menyebabkan adalah penggunaan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, penyakit penyerta yang mengakibatkan kondisi imunokompromais, riwayat operasi abdomen, pemakaian obat-obat imunosupresan, pemberian nutrisi total parenteral, dan pemakaian alat-alat invasif antara lain central venous catheter (CVC) dan ventilator. Pemberian anti jamur empirik pada pasien sakit kritis dengan kolonisasi Candida sp. atau pasien dengan faktor risiko lainnya merupakan intervensi dini yang diperlukan. Pemberian antijamur sedini mungkin pada pasien sakit kritis terduga kandidiasis invasif di ICU dapat menurunkan angka kematian. Pada keadaan normal Candida dapat berkolonisasi di saluran cerna, saluran napas bagian atas, vagina dan kulit. Sehingga isolat Candida sp. yang didapat dari biakan sampel sputum, broncho-alveolar lavage (BAL), brush protected specimen (BPS), dan sekret endotrakeal, belum dapat disimpulkan sebagai etiologi penyebab infeksi, masih terdapat kemungkinan merupakan komensal. Klinisi membutuhkan tersedianya pedoman pemberian antijamur empirik untuk pasien ICU guna mencapai hasil klinis yang diharapkan dan menghindari penggunaan antijamur yang berlebihan. Skor kandida dari Leon menawarkan penggunaan yang mudah untuk membantu klinisi menggolongkan pasien sakit kritis ICU yang perlu mendapat terapi empirik anti jamur dan pasien yang kecil sekali kemungkinan menderita kandidiasis invasif. Peningkatan spesifisitas pemberian antijamur empirik untuk pasien yang memiliki risiko menderita kandidiasis invasif dapat mengurangi biaya pengobatan yang tidak diperlukan dan mengurangi laju timbulnya resistensi terhadap obat antijamur.
UJI KLINIS : EVALUASI KEJADIAN MATA KERING SETELAH OPERASI FAKOEMULSIFIKASI MENGGUNAKAN KUESIONER DEQ-5 Anggraeni Adiwardhani; Husnun Amalia; Noviani Prasetyaningsih; Erlani Kartadinata
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15093

Abstract

Mata kering (dry eye) dapat mengganggu penglihatan dan gangguan aktifitas sehari-hari. Kejadian mata kering pada usia >60 tahun adalah 26,2%. Pada usia >60 tahun juga akan terjadi perubahan pada lensa yang disebut katarak senilis, dengan presentase 96%. Tatalaksana untuk katarak senilis berupa operasi katarak, yang salah satunya dilakukan dengan metode fakoemulsifikasi. Operasi katarak yang dilakukan akan dapat menginduksi perubahan terutama dalam hal sensitivitas kornea, perubahan tersebut dapat memicu timbulnya mata kering.Tingginya kejadian mata kering pada lansia dan operasi katarak yang saat ini banyak digunakan adalah fakoemulsifikasi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menilai pengaruh operasi fakoemulsifikasi terhadap kejadian mata kering. Tujuan: Menilai faktor yang mempengaruhi kejadian mata kering paska operasi fakoemulsifikasi dan menganalisa hubungan kejadian mata kering setelah operasi fakoemulsifikasi. Manfaat penelitian untuk meningkatkan derajat kesehatan mata pada lansia. Metode: Eksperimental, dengan populasi pasien penderita katarak yang melaksanakan operasi fakoemulsifikasi. Tehnik sampling dengan konsekutif non random sampling. Kriteria eksklusi tidak menggunakan tetes pelembab sebelum operasi fakoemulsifikasi dan tidak menderita penyakit kronis. Hasil: Karakteristik dan faktor resiko berupa : Jenis kelamin perempuan (52,9%), Umur <65 tahun (60,6%), Tidak memiliki Riwayat Diabetes Melitus (86,5 %), Tidak merokok (76%), Tidak memiliki Diabetes Melitus (89,4%), Tidak dry eye pre operasi (61,5%), Tidak dry eye post operasi (82,7%). Simpulan: Tidak ada karakteristik maupun faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian mata kering post operasi fakoemulsifikasi. Hubungan yang signifikan terjadi antara kejadian dry eye pre operasi dan post operasi pahkoemulsifikasi dengan p=0,03.
PENGGUNAAN SKOR KANDIDA UNTUK PEMBERIAN ANTIJAMUR RASIONAL PASA PASIEN ICU DENGAN RISIKO CANDIDIASIS INVASIF Isa Bella; Monica Dwi Hartanti; Noviani Prasetyaningsih; Husnun Amalia
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15107

Abstract

Pasien yang dirawat di ICU memiliki risiko tinggi terserang kandidiasis invasive. Hal ini dikarenakan kondisi klinis dan tatalaksana pada pasien ICU yang menjadi faktor risiko terjadinya infeksi invasif oleh candida. Hal yang dapat menyebabkan adalah penggunaan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, penyakit penyerta yang mengakibatkan kondisi imunokompromais, riwayat operasi abdomen, pemakaian obat-obat imunosupresan, pemberian nutrisi total parenteral, dan pemakaian alat-alat invasif antara lain central venous catheter (CVC) dan ventilator. Pemberian anti jamur empirik pada pasien sakit kritis dengan kolonisasi Candida sp. atau pasien dengan faktor risiko lainnya merupakan intervensi dini yang diperlukan. Pemberian antijamur sedini mungkin pada pasien sakit kritis terduga kandidiasis invasif di ICU dapat menurunkan angka kematian. Pada keadaan normal Candida dapat berkolonisasi di saluran cerna, saluran napas bagian atas, vagina dan kulit. Sehingga isolat Candida sp. yang didapat dari biakan sampel sputum, broncho-alveolar lavage (BAL), brush protected specimen (BPS), dan sekret endotrakeal, belum dapat disimpulkan sebagai etiologi penyebab infeksi, masih terdapat kemungkinan merupakan komensal. Klinisi membutuhkan tersedianya pedoman pemberian antijamur empirik untuk pasien ICU guna mencapai hasil klinis yang diharapkan dan menghindari penggunaan antijamur yang berlebihan. Skor kandida dari Leon menawarkan penggunaan yang mudah untuk membantu klinisi menggolongkan pasien sakit kritis ICU yang perlu mendapat terapi empirik anti jamur dan pasien yang kecil sekali kemungkinan menderita kandidiasis invasif. Peningkatan spesifisitas pemberian antijamur empirik untuk pasien yang memiliki risiko menderita kandidiasis invasif dapat mengurangi biaya pengobatan yang tidak diperlukan dan mengurangi laju timbulnya resistensi terhadap obat antijamur.
Co-Authors Adhiwardan, Anggraeni Adianto, Raymond Adlani, Hadianti Ahmed, Dina Alsayed, Raghda Alvina Alvina Andrianjah Andrianjah, Andrianjah Anggiat, Desi Anggraeni Adiwardhani Ariyani, Aziza Bella, Isa David Tjahyadi dianawati, dianawati Diani Nazma Djebli, Noureddine Effendi, Ida Emad Yousif Erlani Kartadinata Erlani Kartadinata, Erlani Eveline Margo, Eveline Faradila, Meutia Atika Ferdhian, Farrel Ferina, Mutiara Grace Nerry Legoh Gusti G. Suardana, Gusti G. Hadi Sumarsono Hairunisa, Nany Hameed, Seenar Handriwei Handriwei Hosea Jaya Edy Husain, Amani Isa Bella Johan Hutauruk Joice Viladelvia Kalumpiu, Joice Viladelvia Kadhom, Mohammed Kartini Kartini Kudaer, Nuha B Kurniasari LEKOK, WIDYAWATI Lira Panduwaty Maharani, Ronaningtyas Mahdi, Sarah Marja, Triyoko Septio Mashabi, Yasmine Mohammed Kadhom Mohsen Hashim Risan Monica Dwi Hartanti Monica Dwi Hartanti, Monica Dwi Mun’im, Abdul Mustopa, Ita Tazkiatul Izzati Nadia Fernanda Nany Hairunisa Nany Hairunisa Natadidjaja, Ronald Irwanto Noviani Prasetyaningsih Noviani Prasetyaningsih Nuha Kudaer Oladimeji, Ashaolu Victoria Onny Hernik Saputro Parwanto, Edy Patricia Budihartanti Liman Pertiwi, Iin Indra Prasetyaningsih, Noviani Pratiwi, Megawati Yulia Wina Rachmiyani, Irmiya Raheem, Rasha Rantung, Alvin Lekonardo Rasha Raheem Ratna Sitompul Redwan, Amamer M Risan, Mohsen Hashim Sabrina, Isra Salman, Israa Samira, Jihan Sri Mulyani Thamer, Hamsa Trilaksmi, Antin Tubagus Ferdi Fadilah, Tubagus Ferdi Widya Artini Witjaksana, Riani YENNY YENNY Yohana Yousif, Emad Yuliana Yuliana Yuliarsa, Cyntha Nasyanda Yusop, Rahimi M Zaina, Nashita Amira Zainulabdeen, Khalid Zalfa, Afifah