Glibenklamida termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II yaitu kelarutannya rendah. Kelarutan dapat ditingkatkan dengan dengan mengubah glibenklamida menjadi bentuk cocrystal. Penelitian bertujuan mengetahui karakteristik kristal dan pengaruh termal terhadap cocrystal glibenklamida yang dibuat dengan variasi pelarut aceton, etanol dan pelarut acetonitril-aceton, dan untuk mengetahui peningkatan kelarutan cocrystal glibenklamida. Cofomer yang digunakan asam oksalat dalam perbandingan equivalensi molar 1:1 dibuat dengan metode solvent evaporasi, menggunakan variasi pelarut aceton (F1), etanol (F2) dan pelarut campuran acetonitril-aceton (F3). Karakteristik cocrystal menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), X-ray diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR), Differential Thermal Analysis (DTA), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Thermal Gravimetric Analysis (TGA) dan uji kelarutan. Hasil penelitian cocrystal yang dibuat dengan variasi pelarut aceton (F1), etanol (F2) dan pelarut campuran acetonitril-aceton (F3) pada difraktogram XRD memiliki intensitas kristalisasi sudut 2θ: (F1) 5230,55; (F2) 4115,12 dan (F3)3404,17. Hasil spektra FTIR cocrystal pada gugus NH (F1) 3398,72 cm-1 (F2) 3381,36 (F3) 3404,51, pada gugus C=O (F1)1641,42 cm-1; (F2) 1433,17 cm-1; (F3) 1437,64 cm-1. Analisis termal DTA menunjukan titik leleh pada suhu 141-169,90C. Nilai entalpi (ΔH) dari DSC glibenklamida murni -38,0044 J/g; (F1) -12,14874 J/g; (F2) -38,8612 J/g; (F3) -5,8400 J/g. Hasil uji kelarutan terjadi peningkatan pada F1 6,75-12,65%, F2 7,40-12,52% dan F3 5,46-10,75%. Kesimpulan dari penelitian ini, cocrystal glibenklamida yang dibuat dengan variasi pelarut F1, F2 dan F3 memiliki perbedaan karakteristik kristal dan karakteristik terhadap pengaruh termal, cocrystal yang dibuat dengan pelarut aceton mempunyai peningkatan kelarutan yang paling tinggi sebesar 12,65 % pada medium pelarut dapar pH 4,5.