Articles
ITSBAT NIKAH SEBUAH UPAYA MENDAPATKAN MENGAKUAN NEGARA (STUDI PENGADILAN AGAMA GARUT)
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Iffah Fathiah
Tahkim (Jurnal Peradaban dan Hukum Islam) Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsiyyah) Fakultas Syariah Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/tahkim.v5i2.10064
Artikel ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan Itbat Nikah di Inkuisisi Garut serta kendala dan upaya penyelesaian masalah Itbat Nikah di Inkuisisi Garut. Dan penelitian ini terkait dengan Pasal 1(1)(1) Undang-Undang Perkawinan 1974 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan. Dan ayat (2) menyatakan bahwa semua perkawinan harus dicatat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perkawinan kelelawar di Inkuisisi Garut dilakukan, dan untuk mendorong upaya penyelesaian isu dan isu yang berkaitan dengan perkawinan kelelawar di Inkuisisi Garut untuk mengetahuinya. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, dan dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai informan seperti hakim pengadilan agama Garut, wakil panitera pengadilan agama Garut, dan pemohon. untuk pernikahan kelelawarnya. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Akta Nikah Inkuisisi Garut sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, namun menghadapi kendala dalam pelaksanaannya. Edukasi tentang pentingnya pencatatan nikah, dan pemahaman yang kuat dari mereka yang meyakini bahwa nikah beda agama itu sah sepanjang tidak melanggar syariat.This article describes how to carry out Itbat Nikah in the Garut Inquisition as well as the obstacles and efforts to resolve the issue of Marriage Inquisition in the Garut Inquisition. And this research is related to Article 1(1)(1) of the 1974 Marriage Law which states that marriage is legal if it is carried out according to the laws of each religion and belief. And paragraph (2) states that all marriages must be recorded in accordance with the applicable laws and regulations. The purpose of this study is to explain how the marriage of bats in the Garut Inquisition was carried out, and to encourage efforts to resolve issues and issues related to bat marriage in the Garut Inquisition to find out. The research method used is a qualitative research type, and in this study the data collection technique was carried out by interviewing informants such as the judges of the Garut religious court, the deputy clerk of the Garut religious court, and the applicant. for his bat wedding. Based on the results of this study, it can be concluded that the Garut Inquisition Marriage Certificate is in accordance with the existing laws and regulations, but faces obstacles in its implementation. Education about the importance of registering marriages, and a strong understanding of those who believe that interfaith marriages are legal as long as they do not violate the Shari'a.
TALAK PERSPEKTIF KESETARAAN GENDER: PERINTAH TUHAN MENERAPKAN EGALITER DI DALAM RUMAH TANGGA
Diana Farid;
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Mohamad Hilal Nu’man;
Hendriana Hendriana;
Iffah Fathiah
Tahkim (Jurnal Peradaban dan Hukum Islam) Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Prodi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Asy-Syakhsiyyah) Fakultas Syariah Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/tahkim.v6i1.10849
This article tries to discuss divorce from a gender perspective, this research arises from the understanding of a handful of Islamic societies regarding the use of divorce rights to break marriage ties. The belief that divorce is the authoritative right of men causes husbands to treat their wives as they please. So this is very contrary to gender equality and protection of women. This article aims to create an understanding of Divorce from a gender perspective. The method used in this article is library research with a qualitative form. Data was collected from articles in journals, books and other library materials which were then narrated. The results of the study found that divorce from a gender perspective is interpreted as equal rights between a husband and wife in filing for divorce, such as khuluk and fasahk.
Marriage and Divorce Practices in the Society of Bandung: Contestation of Islamic and State Law
Diana Farid;
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Iffah Fathiah;
Hendriana Hendriana;
Mohamad Hilal Nu'man
Al-Qadha : Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan Vol 10 No 1 (2023): Al-Qadha: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan
Publisher : Hukum Keluarga Islam IAIN LANGSA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32505/qadha.v10i1.5673
Differences in marriage and divorce law in Islamic and state law One of the triggers for the initial causes of the disorderly implementation of marriage and divorce in the Sukajadi Bandung community was an understanding regarding the separation of religion and state law as well as social welfare factors related to law enforcement. This study analyzes the legal consequences, factors, and legal remedies that can be taken in unregistered marriages and divorces. The method used in this study is empirical-juridical with a qualitative approach. This approach is carried out to obtain information in the Sukajadi Bandung community regarding unregistered marriages and divorces. The results of the study show that the factors behind the rampant practice of unregistered marriages and divorces are not recorded because people's understandings of the dichotomy between Islamic law and that of the state are different. There is a link between the legal awareness of the community and its understanding of religion and welfare. In addition, unregistered marriages and divorces have an impact on the absence of marriage, inheritance, custody, and maintenance, which are detrimental to children and wives. Several efforts need to be made to minimize the occurrence of unrecorded marriages and divorces, including counseling, legal assistance for divorce victims, mediation, and consultation. This effort does not only involve the government and law enforcers but also preachers, lectors, and social organizations.
Praktik Pernikahan dan Perceraian di Bawah Tangan
Diana Farid;
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Hendriana Hendriana;
Iffah Fathiah;
Moh. Imron Taufik
Mutawasith: Jurnal Hukum Islam Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47971/mjhi.v6i1.612
Pencatatan perkawinan dan perceraian masih menjadi polemik di kalangan masyarakat. Pemisahan antara agama dan peraturan hukum negara menjadi sebab awal terjadinya ketidaktertiban administrasi perkawinan dan perceraian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum yang disebabkan oleh perkawinan dan perceraian tidak dicatat, faktor-faktor yang melatarbelakanginya juga upaya hukum apa yang dapat dilakukan terutama di lingkungan masyarakat kecamatan Sukajadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif empiris dengan pendekatan kualitatif. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi lapangan (field research) terkait dengan kehidupan masyarakat kecamatan Sukajadi ditinjau dari kasus perkawinan dan perceraian yang tidak dicatat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab dari maraknya praktik perkawinan dan perceraian tidak tercatat adalah pemahaman masyarakat terkait dikotomi hukum agama dan negara serta keterbatasan ekonomi, ketidak sadaran akan pentingnya tercatatkan perkawinan maupun perceraian resmi di pengadilan, malas untuk mengurus-ngurus pendaftaran ke KUA maupun ke pengadilan untuk cerai, dan terakhir faktor orang tua memilih menikahkan anak-anaknya dibawah umur tanpa dispensasi nikah.
Itsbat Nikah Poligami Perspektif Undang-Undang Perkawinan Dan Sema No. 3 Tahun 2018
Iffah Fathiah
Mawaddah: Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol 1 No 1 (2023): November
Publisher : Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.52496/mjhki.v1i1.10
Sirri marriage or marriage under the hand is something that has become very common in society. One of the factors influencing it is the principle that if the conditions and pillars of marriage have been fulfilled, then it is sufficient to carry out a marriage, including in polygamous marriages. This kind of marriage violates Article 2 paragraph (2) of the 1974 Marriage Law which requires the registration of every marriage. The necessity of marriage registration is not only for administrative order, but also to ensure legal certainty and protection for wives and children. Thus, the wife and children of a sirri marriage will lose legal certainty and protection because sirri marriages are not recognized by law. As a solution to the rise of sirri marriages, itsbat nikah is held so that the sirri marriages that have occurred are recorded and recognized by the state as regulated in article 7 of the Compilation of Islamic Law. Regarding the itsbat nikah of irri polygamy, it is still possible to be accepted and granted by the Religious Court based on the Decree of the Chairman of MARI Number KMA/032/SK/IV/200611 dated April 6, 2006 concerning the Application of Book II Guidelines for the Implementation of Court Duties and Administration. The rules contained in Book II contradict SEMA No. 3/2018 which states that the application for itsbat nikah polygamy on the basis of irri marriage cannot be accepted. Perkawinan sirri atau perkawinan di bawah tangan merupakan hal yang sudah sangat menjamur di masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu prinsip apabila syarat dan rukun nikah telah terpenuhi, maka hal itu cukup untuk melangsungkan perkawinan, termasuk dalam perkawinan poligami. Perkawinan semacam ini melanggar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Perkawinan tahun 1974 yang mengharuskan adanya pencatatan di setiap perkawinan. Keharusan pencatatan perkawinan selain untuk tertib administrasi, juga untuk menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi istri dan anak. Dengan begitu istri dan anak hasil perkawinan sirri akan kehilangan kepastian dan perlindungan hukum sebab perkawinan sirri tidak diakui oleh undang-undang. Sebagai solusi atas maraknya perkawinan sirri, maka diadakanlah itsbat nikah agar perkawinan sirri yang telah terjadi menjadi tercatat dan diakui negara sebagaimana diatur dalam pasal 7 Kompilasi Hukum Islam. Terkait itsbat nikah poligami sirri masih dapat dimungkinkan diterima dan dikabulkan oleh Pengadilan Agama berdasarkan Keputusan Ketua MARI Nomor KMA/032/SK/IV/200611 tanggal 6 April 2006 tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan. Aturan yang tercantum dalam Buku II bertolakbelakang dengan SEMA No. 3 Tahun 2018 yang menyatakan bahwa pengajuan itsbat nikah poligami atas dasar perkawinan sirri tidak dapat diterima.
Dampak Teknologi dan Media Sosial Terhadap Tingkat Perceraian di Era Digital: Studi Kasus pada Pasangan Milenial
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Iffah Fathiah;
Ghina Ulpah
As-Sakinah : Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol 1 No 2 (2023): As-Sakinah : Jurnal Hukum Keluarga Islam
Publisher : STAI Pelabuhan Ratu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51729/sakinah12202
Penelitian ini mengkaji tentang dampak teknologi dan media sosial terhadap tingkat perceraian di era digital, dengan fokus pada pasangan milenial. Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam pola hubungan sosial dan interaksi manusia. Fenomena media sosial dan teknologi informasi telah mempengaruhi cara pasangan milenial berkomunikasi, berteman, dan menjalin hubungan romantis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran teknologi dan media sosial dalam meningkatkan atau menurunkan tingkat perceraian di kalangan pasangan milenial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan responden yang telah mengalami perceraian dan memiliki pengalaman menggunakan teknologi dan media sosial dalam kehidupan pernikahan mereka. Selain itu, sumber data lainnya adalah dokumen, laporan, dan riset terkait mengenai dampak teknologi dan media sosial pada hubungan pernikahan dan tingkat perceraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan media sosial memberikan dampak ganda pada tingkat perceraian pasangan milenial. Di satu sisi, teknologi mempermudah pasangan untuk berkomunikasi dan terhubung satu sama lain, yang dapat memperkuat hubungan. Namun, di sisi lain, media sosial juga berperan sebagai faktor risiko dalam pernikahan, karena dapat memicu rasa cemburu, ketidakpercayaan, dan menyebabkan perselisihan yang berujung pada perceraian.
PENYESUAIAN BUDAYA DALAM PERNIKAHAN BEDA AGAMA: STUDI KASUS TENTANG INTERAKSI DAN KONFLIK BUDAYA DI LINGKUNGAN KRATEGIES IN INTERRELIGIOUS MARRIAGE: A CASE STUDY OF CULTURAL INTERACTION AND CONFLICT IN THE FAMILY ENVIRONMENT
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Diana Farid;
Iffah Fathiah;
Hendriana Hendriana
Al Hakam : The Indonesian Journal of Islamic Family Law and Gender Issues Vol 3 No 2 (2023): Al Hakam
Publisher : Study Program of Islamic Family Law, Syari'ah Faculty, University of Al-Hikmah Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35896/alhakam.v3i2.558
This paper examines cultural adjustment strategies in interfaith marriages within the family environment. Interfaith marriages often present complex cultural challenges, as partners must adapt to different beliefs, traditions, and values that may conflict. This study aims to analyze the cultural adjustment strategies carried out by couples in interfaith marriages, with a focus on cultural interactions and conflicts that arise in the family environment. This research uses a qualitative approach with a case study method. Data was collected through in-depth interviews with couples who have different religious backgrounds and have been married for at least 5 years. Data analysis was carried out through coding and thematic processes. The results of the study show that couples in interfaith marriages adopt various cultural adjustment strategies to overcome cultural interactions and conflicts in the family environment. These strategies include compromise, mutual understanding, open communication, and respect for differences. Couples are also looking for creative solutions to facilitate family harmony, such as incorporating traditions from both religions in family celebrations. In addition, this research also provides valuable insights for family welfare professionals and marriage counselors in helping couples in interfaith marriages deal with emerging cultural challenges.
HARMONISASI HUKUM MENENTUKAN MASA IDDAH BAGI WANITA CERAI DI LUAR PENGADILAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM FIQH
Dety Mulyanti;
Rheza Fasya;
Diana Farid;
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Iffah Fathiah
USRAH: Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/usrah.v4i1.658
Legal harmonization determining the iddah period for divorced women outside of court between Law No. 1 of 1974 and the Compilation of Islamic Law is still an unresolved issue in Indonesia. This study aims to identify the differences and similarities between the two laws, as well as provide recommendations on the proper harmonization of laws for divorced women outside the court. This study uses comparative analysis methods and interviews with Islamic jurists. The results of the study show that there are differences in determining the iddah period between the two laws, and the proper harmonization of law by enforcing Islamic law that is in line with the social and cultural context of Indonesian society. It is hoped that the results of this research can become input for legislators and the public in formulating legal policies that are fair and in accordance with Islamic teachings and the social context in Indonesia.
PENGARUH ZAKAT DIGITAL TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI ERA DIGITAL
Diana Farid;
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Iffah Fathiah;
Hendriana Hendriana
JSE: Jurnal Sharia Economica Vol. 2 No. 2 (2023): Juli
Publisher : LPPM STAI Muhammadiyah Probolinggo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46773/jse.v2i2.679
This study aims to investigate the effect of digital zakat on poverty alleviation in the digital era. In the context of growing digitalization, digital zakat becomes an attractive alternative in the collection and distribution of zakat to help those in need. The research method involves searching and analyzing published literature, including scholarly articles, research reports, and books related to digital zakat and poverty alleviation. The data collected will be analyzed qualitatively by identifying key themes that emerge in the relevant literature. These themes will be used to compile research findings that will provide in-depth insights into the influence of digital zakat in alleviating poverty in the digital era. The results of this study show that digital zakat has significant potential in alleviating poverty in the digital era. One of the main advantages of digital zakat is the ease of access and transparency in the collection and distribution of zakat. Through digital platforms, individuals can easily collect and transfer their zakat directly to needy recipients. This reduces the cost and time involved in the traditional process of zakat collection and distribution. In addition, digital zakat also enables a more inclusive approach in alleviating poverty, with more individuals able to participate in giving zakat. This research contributes to the understanding of the effect of digital zakat on poverty alleviation in the digital era. The findings and recommendations from this research can serve as a guideline for zakat institutions, government, and other related organizations in designing and implementing effective digital zakat. It is hoped that this research can encourage further development and wider application of digital zakat for poverty alleviation in the future.
Persepsi Masyarakat terhadap Pernikahan Beda Agama: Studi tentang Stereotip, Prasangka, dan Dukungan Sosial dalam Konteks Multireligius
Muhammad Husni Abdulah Pakarti;
Diana Farid;
Iffah Fathiah;
Hendriana
el-Bait: Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol 2 No 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Syariah Program studi Hukum Keluarga Islam IAI Al- Qodiri
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Persepsi masyarakat terhadap pernikahan beda agama merupakan isu kompleks dalam konteks multireligius. Studi ini bertujuan untuk menyelidiki stereotip, prasangka, dan dukungan sosial yang dialami oleh individu dalam pernikahan beda agama melalui pendekatan kualitatif. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan sekelompok individu yang berpengalaman dalam pernikahan beda agama. Analisis data menunjukkan adanya stereotip yang kuat terhadap pernikahan beda agama, seperti persepsi bahwa pernikahan semacam itu tidak stabil atau konflik agama yang tak terhindarkan. Prasangka juga terungkap, dengan individu menghadapi diskriminasi sosial dan penolakan dari keluarga dan masyarakat luas. Meskipun demikian, temuan juga mengungkapkan adanya dukungan sosial yang signifikan dari individu atau kelompok yang memahami dan menerima pernikahan beda agama. Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya pendidikan dan pemahaman yang lebih baik tentang pernikahan beda agama dalam masyarakat multireligius. Dukungan sosial yang kuat juga penting dalam mengatasi stereotip dan prasangka yang ada. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang pengalaman individu dalam pernikahan beda agama dan implikasinya terhadap masyarakat multireligius.