Arina Fathiyyah Arifin
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbandingan Efek Diazepam 5 MG P.O dan Alprazolam 0,5 MG P.O Sebagai Premedikasi Pra Bedah Pada Pasien Operasi Ca Mammae Faisal Sommeng; Rachmat Faisal Syamsu; Fendy Dwimartyono; Arina Fathiyyah Arifin; Reghita Avrilya
Journals of Ners Community Vol 13 No 5 (2022): Jurnal of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i5.2130

Abstract

Carcinoma Mammae (kanker payudara) merupakan penyakitkeganasan yang paling banyak terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian wanita kedua di Amerika Serikat. Pada tahun 2014 terdapat 232.000 kasus baru kanker payudara pada wanita di Amerika Serikat dan angka kematian sebanyak 40.000 kasus. Menurut Brunner dan Suddarth tidak ada satupunpenyebab spesifik dari Ca Mammae, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, steroid endogen apabila mengalami perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi Ca mammae. Mengetahui bagaimana efek pemberian diazepam 5 mg p.o dan alprazolam0,5 mg p.o terhadap premedikasi pra bedah pada pasien operasi Ca Mammae di RSIbnu Sina Makassar. Penelitian ini menggunakan metode clinical trial dengan pendekatan Cross- Sectional, dengan menggunakan jenis data primer berupa kuisioner penelitiandengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale(HARS) dan kuisioner efek samping obat. Terdapat perbedaan bermakna antara perbandingan efek tingkat kecemasanyang dihasilkan dari kedua kelompok penelitian, Alprazolam lebih baik dalammenghasilkan level kecemasan dibanding diazepam dengan nilai p = 0,003, kelompok premedikasi menggunakan alprazolam juga memiliki efek samping lebih sedikit dibanding dengan kelompok diazepam dengan perbandingan sebesar 1:3. Kesimpulan penelitian ini, Pemberian Premedikasi Alprazolam 0,5 mg p.o lebih baik dalam menghasilkan level kecemasan dibanding Diazepam 5 mg p.o.
Hubungan Kadar Leukosit pada Pasien Stroke Iskemik Zarah Asvirah Bakrie; Arina Fathiyyah Arifin; Achmad Harun Muchsin; Irna Diyana Kartika Kamaluddin; Irmayanti
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 6 (2024): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i6.391

Abstract

Stroke adalah suatu kondisi ketika sebagian besar gejala klinis muncul tiba-tiba, merusak fungsi otak, bertahan lebih dari 24 jam, dan berakibat fatal. Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah ke beberapa bagian otak tidak mencukupi karena adanya oklusi pembuluh darah arteri otak sehingga terjadi iskemia dan oksigen yang dibutuhkan oleh sel otak menjadi sedikit atau bahkan tidak ada. Leukosit atau sel darah putih diproduksi oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah, berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit, Saat tubuh terserang penyakit, kadar leukosit akan meningkat sebagai respon terhadap penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui adakah hubungan leukosit pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar ditahun 2021-2022. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar berusia 46-65 tahun (61,8%) dan berjenis kelamin perempuan (50,4%). Selain itu sebanyak 53,4% pasien stroke iskemik tidak memiliki pekerjaan. Secara statistik, ada hubungan jumlah kadar leukosit 11.064 sel/mikroliter serta ada hubungan komorbid pada DM dan hipertensi dengan jenis stroke iskemik. Pada stroke iskemik, ada korelasi antara kadar leukosit, DM dan hipertensi.
Karakteristik Penderita Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik Aulyra Familah; Arina Fathiyyah Arifin; Achmad Harun Muchsin; Mochammad Erwin Rachman; Dahliah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 4 No. 6 (2024): Juni
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v4i6.468

Abstract

Stroke merupakan gambaran klinis dari disfungsi otak yang terlokalisir dan meluas, yang mengakibatkan kematian tanpa teridentifikasinya kondisi medis yang mendasari selain kelainan vaskular. Ada dua jenis stroke: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik dan iskemik adalah dua bentuk stroke yang berbeda. Yang pertama disebabkan oleh penyumbatan arteri serebral, yang mengakibatkan aliran darah ke daerah otak tertentu tidak mencukupi, iskemia, dan tidak ada atau sangat sedikit oksigen yang mencapai sel-sel otak. Di sisi lain, stroke hemoragik terjadi ketika terjadi pendarahan saat arteri otak pecah, sehingga merusak otak dan mengganggu fungsi saraf. Penelitian deskriptif menggunakan desain cross-sectional. Total sampling digunakan untuk membuat populasi penelitian, yang secara keseluruhan terdiri dari 189 orang—149 pasien stroke iskemik dan 40 pasien stroke hemoragik di RS Ibnu Sina Makassar Tahun 2020-2022. Jenis stroke hemoragik berusia antara 46 dan 55 tahun (38%) sedangkan pasien stroke iskemik sebagian besar berusia di atas 66 tahun (19%); wanita lebih mungkin menderita stroke hemoragik dibandingkan pria. Hipertensi stadium 2 menyumbang 44% kasus stroke iskemik dan 43% stroke hemoragik; pembacaan kolesterol total untuk kedua jenis stroke berada dalam kisaran yang dapat diterima pada 78% kasus dan 70% kasus stroke hemoragik. Diabetes mellitus mencegah sebagian besar orang terkena stroke iskemik (62%) dan hemoragik (80%). Dengan demikian, hipertensi stadium 2 dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik dan hemoragik.