Ni Komang Sri Wahyuni ., Ni Komang Sri Wahyuni
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Bentuk Dan Proses Penciptaan Tari Padang Kasna Sebagai Tolak Ukur Kemampuan Penggarap Desy Rupaniawati, Desak Ayu; Sri Wahyuni, Ni Komang; Sueka, I Gusti Ngurah
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 1 (2018): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.89 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i1.452

Abstract

Tari kreasi Padang Kasna merupakan sebuah karya tari yang mengangkat keindahan dan kesucian tanaman padang kasna. Termasuk tanaman langka, padang kasna tumbuh di Kabupaten Karangasem tepatnya di Temukus, Desa Besakih atau di kaki Gunung Agung. Mengangkat tanaman padang kasna karena penggarap ingin mengenalkan tanaman tersebut kepada masyarakat luas. Gerak-gerak yang dituangkan dalam karya tari ini merupakan imajinasi dari penggarap akan tanaman padang kasna, tetapi tetap berpijak pada gerak tari tradisi Bali. Tari ini diciptakan oleh Desak Ayu Desy Rupaniawati dengan penata musik yaitu I Dewa Putu Ari Artha. Dalam pertunjukannya tari ini terdiri dari 4 bagian sesuai dengan ide maupun konsep yang diangkat. Untuk menyempurnakan karya ini tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur pendukung seperti, tata rias dan busana, panggung dan lighting, serta musik iringan.Padang Kasna creations dance is a creation of dance that lifts the beauty and sanctity of padang kasna plants. Including scarce plants, padang kasna grow in Karangasem regency precisely in Temukus, Besakih Village or at the foot of Mount Agung. Lifting the padang kasna plants because the creator wants to introduce the plant to the wide community. The movements that are poured in this creation dance is the imagination from creator of the padang kasna plants, but still based on the Balinese tradition dance movement. This dance was created by Desak Ayu Desy Rupaniawati with the music creator by I Dewa Putu Ari Artha. In the show the dance consists of 4 parts in accordance raised with the idea and concept. To perfect this creation certainly can not be separated from the supporting elements such as, makeup and fashion, stage and lighting, and music accompaniment.
Konsep Karya Hiliran (Budaya Dan Masa Kini) Ni Komang Sri Wahyuni
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 22 No 1 (2008): Januari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.542 KB) | DOI: 10.31091/mudra.v22i1.1541

Abstract

Through various exploration and the research show in rural, in coast, non in stsge by using special settlement, as everyday refleksi life of society of Tejakula Village, what more signalizing of natural element and natural. This matter is with the Fistula meaning underside, representing Pate; Upstream antonym (upper). Settlement naturally in areal staging in the form of black sand with its cobblestones, grove become green in coastal periphery, free sea and small river stream, made by as very supporting shares of masterpiece perfection. left and Right backside of staging place attached by penjor and twenty umbul-umbul. Rear instrument of gambelan of Gong Kebyar to accompany the appearance of Krama Negak village, Krama Cendek and training dance the Kebyar Tarunajaya. In sea front, in bamboo tide to drape the net, what is being improve; repaired by all fisherman. In starboard, attached by place of grilling of haul fish of all fisherman.
Bagaimana Seniman Bali Berkreatifitas Pada Ajang PKB 2021 Dalam Situasi Covid ? Ni Komang Sri Wahyuni; I Kt. Suteja
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 1 (2021): Terbitan Pertama Bulan Juni
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.36 KB)

Abstract

The Bali Arts festival ini 2021 is starting to rise again in a different form, the 43rd PKB as a forum for artists’ creativity was held virtually, due to the fluctuating covid-19 pandemic in Bali. The creativity produced by the artists is focused and contextual in translating the PKB theme “Purna Jiwa, Prananing Wana Kerthi” or “Plenary Soul, the breath of life. Staging is done virtually and only a few are done offline with the implementation of health protocols. The phenomenon of covid-19 is very motivating for innovation and the spirit of Balinese artists, this can be seen from the appearance of the works which on averageare very interesting. There are 2 (two) interesting works to discuss, namely, the Kreasi Kekebyaran Mimba neem creation dance from the Denpasar city ambassador and the Classical Arja Perfomance from the Singapadu Suara Kanti, Gianyar. The method used in this research is to use qualitative research methods which emphasize more on the quality side of the entity under study. Using qualitative research methods to make it easier to criticize things that exist in the Kreasi Kekebyaran Mimba neem dance performance and gthe Classical Arja Performance both in terms of technique, form, uniqueness and taste, as well as interpreting the values contained in the work. The Kreasi Kekebyaran Mimba neem dance depicts the balance of masculine and feminine symbols in one dancer’s character, this concept is inspired by the Intaran leaf and the Ardhanareswari concept. Classical Arja performance from the Suara Kanti Studio with the title “Taru Urip” which tells the story of matchmaking through the Urip dance given by Galuh Daha which was later won by Prabhu Jenggala, Raden Dharma Sentana. Keywords: PKB, Covid, Kreatifitas, Seniman
Tari Cakrângga, Mengkaitkan Bentuk Chakrasana Dengan Cakra Manggilingan Ke Tari Kontemporer Ni Komang Sri Wahyuni; Dyah Kustiyanti; Ni Wayan Suartini
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.535 KB)

Abstract

Karya Tari Cakrângga merupakan karya tari kontemporer dengan tipe tari studi gerak dan berawal dari pengalaman pribadi pencipta pada tahun 2018. Karya tari ini memfokuskan pada bentuk dari Chakrasana dengan istilah lain disebut dengan kayang, bentuk lengkungan tersebut dikembangkan oleh pencipta dengan kreativitas dan imajinasinya. Terbentuknya karya tari ini dalam kurikulum baru yakni MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka) yang bekerja sama dengan Mitra Bumi Bajra Sandhi. Proses penciptaan karya tari menggunakan metode konstruksi Jacqueline Smith, yang terdiri dari lima metode konstruksi yaitu metode konstruksi I sampai dengan metode konstruksi V, berbentuk karya kelompok berjumlah lima orang penari, yaitu tiga penari pria dan dua penari wanita dengan durasi karya kurang lebih 11 menit. Bentuk gerak pada chakrasana yang merupakan bahan yang dijadikan konsep pada karya tari ini, difokuskan pada bentuk dari lengkungan yang dihasilkan oleh pencipta, merupakan tantangan dalam bereksperimen mengunakan tubuh manusia sebagai medianya. Fleksibelitas, ketuntasan dalam bergerak menjadi basic pada karya ini, sehingga terbentuk suatu karya tari yang bernuansa kebaharuan. Harapan dari pencipta melalui karya ini agar dapat dijadikan inspirasi dan panutan bagi generasi muda di dalam berkesenian. Kata Kunci : kontemporer, lengkung, pengalaman
Tari Bebotoh Dari Karakter Seorang Pejudi Sabung Ayam Dalam Bentuk Tari Rakyat Putu Widia Widnyana; Tjok Istri Putra Padmini; Ni Komang Sriwahyuni
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.567 KB)

Abstract

Tari Bebotoh adalah karya tari kerakyatan yang mengambil tema kehidupan sosial yang terinspirasi dari karakter seorang pejudi sabung ayam, dengan karakter tegas dan selalu ingin kemenangan. Penata tertarik untuk mengangkat karakter bebotoh. Karya tari ini ditarikan oleh tujuh orang penari putra dengan postur tubuh yang tidak sama. Tujuan penciptaan karya tari ini adalah untuk mengingatkan semua orang agar tidak menjadi seorang bebotoh yang dikenal sebagai penjudi sabung ayam. Metode penciptaan yang digunakan dalam penciptaan karya ini menggunakan metode Alma M. Hawkins yang mencakup penjajagan, percobaan, pembentukan, karena metode tersebut lebih mudah penata pahami untuk digunakan sebagai metode dalam penciptaan karya seni. Karya tari ini menggunakan tata rias wajah dan busana berupa celana hitam, baju hitam, kamen prada, sabuk pinggang, udeng prada yang ditata sesederhana mungkin. Diharapkan karya tari ini menjadi sebuah karya seni pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari semua golongan dan mampu memberikan pesan di dalam sebuah perjudian itu tidak baik. Kata kunci : Bebotoh, kerakyatan, karya tari, tradisi
Bagaimana Seniman Bali Berkreatifitas Pada Ajang PKB 2021 Dalam Situasi Covid ? Ni Komang Sri Wahyuni; I Kt. Suteja
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 1 (2021): Terbitan Pertama Bulan Juni
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v1i1.833

Abstract

The Bali Arts festival ini 2021 is starting to rise again in a different form, the 43rd PKB as a forum for artists’ creativity was held virtually, due to the fluctuating covid-19 pandemic in Bali. The creativity produced by the artists is focused and contextual in translating the PKB theme “Purna Jiwa, Prananing Wana Kerthi” or “Plenary Soul, the breath of life. Staging is done virtually and only a few are done offline with the implementation of health protocols. The phenomenon of covid-19 is very motivating for innovation and the spirit of Balinese artists, this can be seen from the appearance of the works which on averageare very interesting. There are 2 (two) interesting works to discuss, namely, the Kreasi Kekebyaran Mimba neem creation dance from the Denpasar city ambassador and the Classical Arja Perfomance from the Singapadu Suara Kanti, Gianyar. The method used in this research is to use qualitative research methods which emphasize more on the quality side of the entity under study. Using qualitative research methods to make it easier to criticize things that exist in the Kreasi Kekebyaran Mimba neem dance performance and gthe Classical Arja Performance both in terms of technique, form, uniqueness and taste, as well as interpreting the values contained in the work. The Kreasi Kekebyaran Mimba neem dance depicts the balance of masculine and feminine symbols in one dancer’s character, this concept is inspired by the Intaran leaf and the Ardhanareswari concept. Classical Arja performance from the Suara Kanti Studio with the title “Taru Urip” which tells the story of matchmaking through the Urip dance given by Galuh Daha which was later won by Prabhu Jenggala, Raden Dharma Sentana. Keywords: PKB, Covid, Kreatifitas, Seniman
Tari Cakrângga, Mengkaitkan Bentuk Chakrasana Dengan Cakra Manggilingan Ke Tari Kontemporer Ni Komang Sri Wahyuni; Dyah Kustiyanti; Ni Wayan Suartini
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i2.1880

Abstract

Karya Tari Cakrângga merupakan karya tari kontemporer dengan tipe tari studi gerak dan berawal dari pengalaman pribadi pencipta pada tahun 2018. Karya tari ini memfokuskan pada bentuk dari Chakrasana dengan istilah lain disebut dengan kayang, bentuk lengkungan tersebut dikembangkan oleh pencipta dengan kreativitas dan imajinasinya. Terbentuknya karya tari ini dalam kurikulum baru yakni MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka) yang bekerja sama dengan Mitra Bumi Bajra Sandhi. Proses penciptaan karya tari menggunakan metode konstruksi Jacqueline Smith, yang terdiri dari lima metode konstruksi yaitu metode konstruksi I sampai dengan metode konstruksi V, berbentuk karya kelompok berjumlah lima orang penari, yaitu tiga penari pria dan dua penari wanita dengan durasi karya kurang lebih 11 menit. Bentuk gerak pada chakrasana yang merupakan bahan yang dijadikan konsep pada karya tari ini, difokuskan pada bentuk dari lengkungan yang dihasilkan oleh pencipta, merupakan tantangan dalam bereksperimen mengunakan tubuh manusia sebagai medianya. Fleksibelitas, ketuntasan dalam bergerak menjadi basic pada karya ini, sehingga terbentuk suatu karya tari yang bernuansa kebaharuan. Harapan dari pencipta melalui karya ini agar dapat dijadikan inspirasi dan panutan bagi generasi muda di dalam berkesenian.    
Tari Bebotoh Dari Karakter Seorang Pejudi Sabung Ayam Dalam Bentuk Tari Rakyat Putu Widia Widnyana; Tjok Istri Putra Padmini; Ni Komang Sri Wahyuni
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i2.1882

Abstract

Tari Bebotoh adalah karya tari kerakyatan yang mengambil tema kehidupan sosial yang terinspirasi dari karakter seorang pejudi sabung ayam, dengan karakter tegas dan selalu ingin kemenangan. Penata tertarik untuk mengangkat karakter bebotoh. Karya tari ini ditarikan oleh tujuh orang penari putra dengan postur tubuh yang tidak sama. Tujuan penciptaan karya tari ini adalah untuk mengingatkan semua orang agar tidak menjadi seorang bebotoh yang dikenal sebagai penjudi sabung ayam. Metode penciptaan yang digunakan dalam penciptaan karya ini menggunakan metode Alma M. Hawkins yang mencakup penjajagan, percobaan, pembentukan, karena metode tersebut lebih mudah penata pahami untuk digunakan sebagai metode dalam penciptaan karya seni. Karya tari ini menggunakan tata rias wajah dan busana berupa celana hitam, baju hitam, kamen prada, sabuk pinggang, udeng prada yang ditata sesederhana mungkin. Diharapkan karya tari ini menjadi sebuah karya seni pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari semua golongan dan mampu memberikan pesan di dalam sebuah perjudian itu tidak baik.   Kata kunci : Bebotoh, kerakyatan, karya tari, tradisi
TARI JELAH ESENSI GERAK BARIS CINA DALAM BENTUK KONTEMPORER I Gede Coki Indrajaya; I Gede Oka Surya Negara; Ni Komang Sri Wahyuni
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 1 (2023): Terbitan Kesatu Bulan Juni tahun 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v3i1.2372

Abstract

Through the Independent Learning–Independent Campus policy, which was implemented by the Minister of Education and Culture (Mendikbud), students chose to work with Geoks partners in Singapadu Village, Gianyar Regency. In this paper, the focus is on the Independent Study learning method where this writing leads to the activities of students who have a passion for realizing great works that will be displayed, and of course works that come from innovative ideas. The Renon tradition has a sacred dance, namely the Chinese Baris Dance. This sacred dance is also an intangible world cultural heritage. This Chinese Baris Dance consists of two groups of dancers, one group wearing black clothes, one group wearing white clothes, which symbolizes the battles of the I Renggan and I Renggin groups with different beliefs (good and evil). Each of these groups consists of 9 dancers where each group has a leader who is often referred to as a pengater. The process of creating this dance work, using the method of Hawkins (2003) in his book entitled Creating through the Dance, reveals the process of creating a dance in 3 stages, namely: Exploration, improvisation and Forming. This JELAH dance is a contemporary dance that depicts the symbol of the readiness of soldiers who want to fight in war.   Keywords: chinese line dance, spiritual, contemporary
AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS MADE BY THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP AYODHYA PURA SELAT IN WRITING DESCRIPTIVE TEXTS, IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 ., Komang Sri Wahyuni; ., Drs. I Wayan Suarnajaya,MA., Ph.D.; ., I Putu Ngurah Wage M, S.Pd.
Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha Vol. 4 No. 2 (2016): November
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpbi.v4i2.8651

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan secara tata bahasa yang dibuat oleh siswa-siswa kelas 8 SMP Ayodhya Pura Selat dalan menulis teks deskriptif (2) menemukan dan mendeskripsikan alas an kenapa siswa-siswa kelas 8 SMP Ayodhya Pura Selat membuat kesalahan dalam menulis teks deskrptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Alat untuk mengumpulkan data adalah tes menulis. Data yang telah didapat kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan teori error analysis dari Selinker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) total kesalahan yang dibuat oleh siswa-siswa kelas 8 SMP Ayodhya Pura Selat adalah 196 kesalahan. Kesalahan yang ditemukan pada penelitian ini adalah misformation dengan 122 kesalahan (62.2%), omission dengan 46 kesalahan (23.4%), addition dengan 16 kesalahan (8.1%) dan misordering dengan 12 kesalahan (6.1%). Misformation adalah jenis kesalahan yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini. (2) Sumber kesalahan mereka adalah carelessness, first language interference dan translation.Kata Kunci : kesalahan tata bahasa, teks deskriptif, menulis This research aimed at (1) describing the types of grammatical errors made by the eighth grade students of SMP Ayodhya Pura Selat in writing descriptive texts and (2) finding out and describing the reasons why the eighth grade students of SMP Ayodhya Pura Selat made errors in writing descriptive texts. This research used descriptive qualitative study. The tool of collecting data was written tasks. The data obtained were analyzed qualitatively by using Selinker’s theory of error analysis. The result of this study showed that: (1) the total of errors made by the eighth grade students of SMP Ayodhya Pura Selat was 196 errors. The errors found in this study were misformation with 122 errors (62.2 %), omission with 46 errors (23.4 %), addition with 16 errors (8.1 %) and misordering with 12 errors (6.1 %). Misformation was the most frequent error in this study. (2) The sources of their errors were carelessness of the students, first language interference and translation.keyword : grammatical errors, descriptive texts, writing