Penelitian ini membahas tentang Manuskrip Bugis Kutika Appammulang Esso yang menjelaskan tentang kualitas waktu yang baik dan waktu yang buruk dalam satu hari, yang dilihat berdasarkan simbol-simbol yang tertera dalam teks Kutika Appammulang Esso. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk teks naskah Kutika Appammulang Esso, eksistensi Kutika Appammulang Esso dari tahun 1990 sampai tahun 2010 dan dampak Kutika Appammulang Esso. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan yaitu: heuristic (pengumpulan data atau sumber), kritik sumber yang terdiri dari kritik intern dan ekstern, interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi yaitu penulisan sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teks Kutika Appammulang Esso mengandung makna yang menentukan kualitas waktu itu baik atau tidak baik untuk dimulainya suatu aktivitas yang dilihat dalam satu hari. Kutika Appammulang Esso dari tahun 1990 sampai pada tahun 2010 mengalami perubahan terhadap keberadan yang dulunya di jadikan sebagai pedoman oleh seluruh masyarakat sekarang ini tidak lagi, bahkan ada orang yang membuangya. Diantara makna yang menjadi pedoman atau pedoman yaitu mallise yang bermakna berisi, makna yang paling baik diantara kelima makna yang lain dalam memulai aktivitas. Uju yang bermakna mayat yang ketika memulai aktiviatas simbol ini dihindari karena simbol ini dapat membawa musibah. Polebola yang bermkana pulang pokok, simbol ini dapat dipilih dan juga tidak karena tidak mendatangkan musibah dan tidak pula mendatangkan keberuntungan.