Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP SUHU PERMUKAAN Ramli Umar; Muhammad Rais Abidin; Rahmi Nur; Andi Arham Atjo; Ahyani Mirah Liani
Teknosains Vol 16 No 3 (2022): September-Desember
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v16i3.31693

Abstract

Keberadaan kampus sebagai tempat melakukan proses belajar mengajar haruslah memiliki kondisi yang nyaman agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan efektif dan efisien. Salah satu hal yang bisa menjadi kunci kampus yang nyaman adalah memiliki kondisi lingkungan baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh keberadaan kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap suhu permukaan di areal kampus. Lokasi penelitian berada di Kampus II UNM Parangtambung. Metode penelitian menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weighted) dalam memvisualisasikan data sebaran suhu permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kampus II UNM Parangtambung memiliki kawasan RTH sebesar 44,15 % sedangkan non RTH sebesar 55,85 % dengan suhu permukaan rata-rata minimal 23,70C dan suhu maksimal 31,50C. Temuan lain menunjukkan bahwa suhu permukaan di areal kampus yang cenderung lebih panas di wilayah yang tidak memiliki vegetasi dan lebih sejuk di areal bervegetasi.
Identifikasi Kawasan Perairan Dengan Metode Automated Water Extraction Index (AWEI) Ramli Umar; Muhammad Rais Abidin; Muhammad Rizal Darwis
Seminar Nasional LP2M UNM SEMINAR NASIONAL 2021 : PROSIDING EDISI 2
Publisher : Seminar Nasional LP2M UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.333 KB)

Abstract

Abstrak. Perubahan tutupan lahan saat ini menjadi salah satu masalah yang hampir semua negera atau kota besar hadapi terutama terkait perubahan tutup lahan kawasan perairan perkotaan. Kawasan perairan perkotaan memiliki peranan yang sangat penting diantaranya adalah sebagai pencegah peningkatan suhu permukaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan perairan perkotaan dengan metode Automated Water Extraction Index (AWEI) menggunakan citra Landsat 8 OLI TRS dan Sentinel 2A serta membandingkan kedua citra tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil ekstraksi kawasan perairan dengan citra Landsat 8 OLI TRS dengan luas 4076 ha, sedangkan Sentinel 2A memiliki luas 4386. Perbedaan hasil ekstraksi ini disebabkan adanya perbedaan resolusi spasial pada band - band yang digunakan sehingga berpengaruh terhadap hasil analisis dimana pada citra Sentinel 2A band-band yang digunakan adalah band 3, 4, 7, dan 8 dimana band tersebut memiliki resolusi spasial 10 meter, sedangkan citra Landsat 8 OLI TRS semua bandnya memiliki resolusi spasial 30 meter sehingga hasil ektraksi menggunakan citra Sentinel 2A memiliki hasil yang lebih baik. Kata Kunci: Kawasan Perairan, Landsat 8, Sentinel 2A
Estimating and Monitoring the Land Surface Temperature (LST) Using Landsat OLI 8 TIRS Muhammad Rais Abidin; Rahmi Nur; Erikha Maurizka Mayzarah; Ramli Umar
International Journal of Environment, Engineering and Education Vol 3 No 1 (2021)
Publisher : Three E Science Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55151/ijeedu.v3i1.43

Abstract

Land Surface Temperature (LST) is average temperature of an element of the exact surface of the Earth calculated from measured radiance which depends on the albedo, the vegetation cover, and the soil moisture. Land Surface Temperature can affect human discomfort, health problem, higher energy bill and further reduce the habitability of urban and sub urban area as Makassar city has been recently undergoing massive urban development. This study tries to monitor and estimate Land Surface Temperature by using Landsat 8 TIRS and the data analyzed by vegetation index, and temperature index in order to derive Land Surface Temperature value. The result shows that the vegetation area declined around 3470 hectares in the last four years while the urban area increased approximately 1509 hectare. In addition, 2015, Makassar, South Sulawesi, Indonesia are experienced the highest temperature at 32 degree Celsius while 2019 shown that the maximum heat reached 29 degree celsius. However, the moderate and high temperature (26 – 29 degree Celsius) in 2019 expand and cover wider area than in 2015 as the area of vegetation declined and built-up area increased significantly
Identifikasi Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Kampus dalam Menyerap Emisi Karbon Dioksida (CO2) Muhammad Rais Abidin; Ramli Umar; Ahyani Mirah Liani; Rahmi Nur; Andi Arham Atjo; Muhammad Fikruddin Buraerah; Ahmad Ashar; Amal Amal; Jeddah Yanti
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 12, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/sainsmat122509602023

Abstract

Fungsi kawasan perkotaan salah satunya adalah sebagai pusat pendidikan. Kota Makassar merupakan salah satu kota dengan jumlah kampus terbanyak di Indonesia. Aktifitas pendidikan secara langsung turut berkontribusi terhadap peningkatan emisi yang berasal dari mobilitas mahasiswa, dosen dan pegawai. Emisi yang dihasilkan menjadi salah satu penyebab pemanasan global sehingga untuk mengurangi laju emisi yang dihasilkan maka diperlukan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan tanaman dalam menyerap emisi Karbon Dioksida di areal kampus. Analisis data yang digunakan adalah melakukan perbandingan jumlah beban emisi Karbon Dioksida yang dihasilkan dengan kemampuan daya serap ruang terbuka hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting Universitas Negeri Makassar kampus Parangtambung dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari semua jenis kendaraan baik kendaraan roda dua (motor) maupun kendaraan roda empat (mobil) di semua zona akses masuk dapat di serap secara keseluruhan oleh vegetasi dimana total emisi CO2 yang dihasilkan adalah 47.822.4 g/jam sedangkan jumlah emisi CO2 yang dapat diserap oleh tanaman adalah 652.855.1 g/jam yang berarti masih terdapat 605.032.7 g/jam emisi CO2 yang mampu diserap sehingga kajian selanjutnya adalah prediksi jumlah emisi yang dihasilkan di tahun mendatang agar rekomendasi pengelolaan dapat dilakukan agar daya serap tanaman tetap mencukupi. 
Identifikasi Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Kampus dalam Menyerap Emisi Karbon Dioksida (CO2) Muhammad Rais Abidin; Ramli Umar; Ahyani Mirah Liani; Rahmi Nur; Andi Arham Atjo; Muhammad Fikruddin Buraerah; Ahmad Ashar; Amal Amal; Jeddah Yanti
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 12, No 2 (2023): September
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/sainsmat122509602023

Abstract

Fungsi kawasan perkotaan salah satunya adalah sebagai pusat pendidikan. Kota Makassar merupakan salah satu kota dengan jumlah kampus terbanyak di Indonesia. Aktifitas pendidikan secara langsung turut berkontribusi terhadap peningkatan emisi yang berasal dari mobilitas mahasiswa, dosen dan pegawai. Emisi yang dihasilkan menjadi salah satu penyebab pemanasan global sehingga untuk mengurangi laju emisi yang dihasilkan maka diperlukan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan tanaman dalam menyerap emisi Karbon Dioksida di areal kampus. Analisis data yang digunakan adalah melakukan perbandingan jumlah beban emisi Karbon Dioksida yang dihasilkan dengan kemampuan daya serap ruang terbuka hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting Universitas Negeri Makassar kampus Parangtambung dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari semua jenis kendaraan baik kendaraan roda dua (motor) maupun kendaraan roda empat (mobil) di semua zona akses masuk dapat di serap secara keseluruhan oleh vegetasi dimana total emisi CO2 yang dihasilkan adalah 47.822.4 g/jam sedangkan jumlah emisi CO2 yang dapat diserap oleh tanaman adalah 652.855.1 g/jam yang berarti masih terdapat 605.032.7 g/jam emisi CO2 yang mampu diserap sehingga kajian selanjutnya adalah prediksi jumlah emisi yang dihasilkan di tahun mendatang agar rekomendasi pengelolaan dapat dilakukan agar daya serap tanaman tetap mencukupi.