Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

REKONSTRUKSI PEMIKIRAN HUKUM ISLAM MELALUI INTEGRASI METODE KLASIK DENGAN METODE SAINTIFIK MODERN Mahsun Mahsun
Al-Ahkam Volume 25, Nomor 1, April 2015
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.437 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2015.1.25.191

Abstract

This article discusses methodological thinking about integration deals between classical methods with modern scientific methods in a project of reconstruction of Islamic legal thought. The idea of this paper is motivated by the need for the development of Islamic thought, especially in Islamic law. Philosophically, the real emergence manhaji-eclectic method as a result of integration between the classical methods and modern scientific methods is possible. Implementation of the integration must meet the main prerequisites: first, making al-maṣlaḥah al-'āmmah (public decency) or maqāṣid alsharī’ah as a decisive consideration in seeking a legal aid in three main domains, namely ḍarūriyyah (urgent needs) ḥājiyyah (normal needs), and taḥsīniyyah (complementary needs). The second prerequisite, is the emergence of human consciousness that the classical method will not capable to answer the challenges that change dynamically. While the third, is the willingness of people to change to something new and better, as the implementation of al-muḥāfaẓah ‘alā al-qadīm al-ṣāliḥ wa al-akhdh bi ‘l-jadīd l-aṣlaḥ
Al-Ḥīlah al-Shar'iyyah as a Method in Responding to Prayer Problems in Space Siti Marhamah; Mahsun Mahsun
Al-Ahkam Vol 31, No 2 (2021): October
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.002 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2021.31.2.9004

Abstract

This paper describes the prayer problem for Muslim astronauts in space and provides solutions using the al-ḥīlah al-shar'iyyah method. This paper is qualitative with descriptive-analytic research methods with data sourced from the literature. This paper finds that with the al-ḥīlah al-shar'iyyah method, Muslim astronauts can still carry out their obligations as a mukallaf. They get rukhṣah (dispensation), both related to the direction of the qibla and the determination of prayer times. Rukhṣah, as a result of the al-ḥīlah al-shar'iyyah method, helps Muslim astronauts in two conditions at once, first, in their position as scientists who carry out scientific missions. Second, in his position as a Muslim with his obligations to carry out the sharī'ah.
PERGESERAN MAKNA DALAM KESENIAN NDOLALAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT DI PURWOREJO M Mahsun
At-Taqaddum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Quality Assurance Institute (LPM) State Islamic University Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/at.v9i1.1786

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh asumsi adanya pergeseran makna dalam seni tari ndolalak. Awalnya ketika seni tari tersebut dikreasi mengandung pesan-pesan dakwah yang tersirat dalam lirik lagunya. Namun kenyataannya sekarang telah terjadi perubahan. Perubahan itu adalah antara lain; lirik lagu tidak lagi bernuansa dakwah,  dahulu penarinya laki-laki, sekarang perempuan.Ada tiga masalah yang dikaji yaitu: Pertama, mengapa terjadi pergeseran nilai dalam seni tari ndolalak? Kedua, faktor apa yang memengaruhi pergeseran nilai tersebut? Ketiga, apa implikasinya dalam kehidupan sosial-keagamaan masyarakat di Purworejo?.Metode pengumpulan data terdiri dari intervew dan dokumentasi. Sedangkan analisisnya menggunakan metode induktif dengan menggunakan dua pendekatan yakni  antropologi dan sosiologi. Dalam analisisnya, menggunakan teori Clifford Geertz yakni teori simbol/pergeseran nilai, untuk menganalisa pergeseran nilai dan faktor yang mempengaruhi;  dengan memposisikan tari ndolalak sebagia sebuah simbol yang di dalamnya tersimpan nilai-nilai. Sementara analisis implikasi sosialnya menggunakan teori dialektika sosialnya Peter L. Berger.Temuannya adalah pertama, terjadi pergeseran nilai dalam seni tari ndolalak karena adanya tarik menarik antara etika/norma dan estetika dalam memahami seni. Kedua, ada 2 faktor yang memengaruhi pergeseran nilai tersebut yaitu faktor intrinsik terdiri dari SDM, keindahan (beauty), gerakan dan lirik lagu. Dan faktor ekstrinsik meliputi ekonomi, dinamika sosial, paham keagamaan, intervensi pemerintah, maraknya musik orgen tunggal dan dangdut. Ketiga, Implikasi sosialnya adalah terjadi pro dan kontra terhadap eksistensi seni tersebut terutama setelah muncul fatwa haram dari MUI Purworejo tahun 1985.
MENINGKATKAN KUALITAS SDM MENUJU TERWUJUDNYA BUDAYA AKADEMIK YANG UNGGUL Mahsun Mr
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 12, No 1 (2011): Wahana Akademika
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v12i1.2257

Abstract

Sebagai lembaga pendidikan Islam tertinggi di Indonesia, PTAI (PTAIN PTAIS) menjadi satu harapan terbaik bagi masyarakat yang ingin mendalami kajian keislaman, bahkan bisa dikatakan sebagai the best offer you can get. Oleh karenanya, dala bidang keilmuan, PTAI diharapkan menjadi tempat bermuaranya berbagai pandangan, pemikiran, dan pendekatan studi Islam. Sedangkan dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, diharapkan Perguruan Tinggi dapat mewujudkan peran sosialnya kepada masayarakat luas. Bidang ini dimaksudkan agar Perguruan Tinggi tidak menjadi tempat bermuaranya para elit terpelajar, tetapi menjadi lembaga pencari dan pembersi solusi atau way out terhadap problem-problem sosial (social problem solver). Dengan demikian mahasiswa sebagai salah satu asetnya diharapkan menjadi generasi intelektual, agen perubahan (agen of change), dan mempunyai kepedulian sosial (sense of social crisys)
Enkulturasi Hukum: Pemberian Mahar Hewan Kerbau dalam Perkawinan Mustla Sofyan Tasfiq; Ali Maskur; Mahsun Mahsun; Mashudi Mashudi; Khoirotin Nisa
Iqtisad: Reconstruction of Justice and Welfare for Indonesia Vol 9, No 2 (2022): Jurnal Iqtisad
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/iq.v9i2.7270

Abstract

Mahar is not a necessary component of marriage, but its presence is required. Marriage Law No. 1 of 1974, KHI, and Islamic Law do not address mahar in detail. Community customs are frequently used as a benchmark in determining mahar, as long as they do not conflict with national or Islamic law. In Kudus area, the provision of mahar in valuables form and as a source of initial livelihood is manifested in the form of buffalo. Throughout its history, this mahar's gift has ranged from no provision to a buffalo of unknown origin. This qualitative-empirical study in Kudus area will investigate the philosophical significance of choosing a buffalo as a marriage mahar as well as the process of law enculturation in society. The philosophical basis for selecting a buffalo is that it represents a powerful animal at work and can be used as livestock to sustain life. Because of changing times, animals are no longer able to fulfill people's desires as working animals and sources of income; the shift in changing the marriage mahar from animals to motorbikes is a new alternative form and an unavoidable choice in responding to the challenges of changing times. Keywords: Legal Enculturation; Mahar; Animal; Motorcycle; Marriage Mahar bukan rukun perkawinan tetapi keberadaannya wajib ada. Undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974, KHI dan Hukum Islam tidak mengatur secara detail tentang mahar. Adat kebiasaan yang ada dimasyarakat seringkali dijadikan patokan dalam penentuan mahar selama tidak bertentang dengan hukum nasional dan hukum Islam. Ketentuan mahar berupa barang berharga dan sebagai bentuk nafkah awal diwujudkan dalam bentuk hewan kerbau di daerah Kudus. Dalam sejarahnya pemberian mahar ini berubah dari tidak tidak ada ketentuan menjadi kerbau tidak diketahui asal usulnya. Penelitian kualitatif-empiris didaerah Kudus ini akan melihat makna filosofis dipilihnya hewan kerbau sebagai mahar perkawinan dan proses enkulturasi hukum di masyarakat. Dasar filosofis dipilihnya hewan kerbau adalah sebagai simbol hewan yang kuat dalam bekerja dan dapat dijadikan hewan ternak untuk menopang kehidupan. Perubahan zaman menjadikan hewan tidak lagi mampu memenuhi keinginan masyarakat sebagai hewan pekerja dan menopang penghasilan, pergeseran merubah mahar perkawinan hewan ke motor merupakan bentuk alternatif baru dan pilihan yang tidak bisa dielakkan dalam menjawab tantangan perubahan. Kata kunci: Enkulturasi Hukum; Mahar; Hewan; Motor; Perkawinan
Optimalisasi Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Lembaga Pendidikan Islam Khusnul Khotimah; Mahsun Mahsun
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 2: Februari 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i2.8105

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesiapan menghadapi perkembangan zaman. Peranan sumber daya manusia sangat penting sehingga menjadi penentu bagi maju mundurnya lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis optimalisasi manajemen sumber daya manusia dalam meningkatkan kinerja dan kompetensi di lembaga pendidikan Islam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada lembaga pendidikan melibatkan semua unsur yang terlibat didalam keorgasnisasiannya. Proses pengembangan sumber daya manusia di lembaga pendidikan berdasarkan analisis kebutuhan dan perencanaan yang matang sehingga dapat mendukung proses ketercapaian tujuan lembaga pendidikan. Proses yang baik dan cermat akan menghasilkan sumber daya manusia yaitu tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualita serta Proses ini dimulai dari perencanaan yang komprehensif dilanjutkan dengan menyediakan pelatihan berkelanjutan dan selalu menerapkan evaluasi berkala guna memastikan pengembangan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan. Budaya kerja Islami diterapkan melalui kedisiplinan, amanah, dan kerja sama yang baik menrapkan prinsip pendidikan bermanfaat bagi umat. Manajer pendidikan juga aktif mengatasi hambatan dan menyediakan dukungan yang memadai agar SDM dapat berkembang secara optimal dan mampu bersaing di era globalisasi.