Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Coastal Ulama Ijtihād and Destructive Fishing Prevention in Indonesia Thohir Luth; Siti Rohmah; Nur Chanifah; Moh. Anas Kholish; Ranitya Ganindha
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v22i2.28077

Abstract

Indonesia has large fisheries and marine resources. However, most of Indonesia's marine ecosystems are still under threat. One of them is the coast of Lamongan. The damage is caused by destructive fishing using destructive gears such as tiger trawls, cantrang (a modified Danish seine), explosives, and others. Government  regulations  to  prevent  those  activities  have  not  been  effective. Therefore, alternative approaches are needed. One approach to be chosen is the Islamic law approach. Because the Lamongan coastal community has a strong Islamic  culture,  the  Islamic  view  of  destructive  fishing  is  expected  to  offer  a better alternative solution. Therefore, this article examines the ecological ijtihād of Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah ulama in Lamongan. This is empirical legal research, with data from focused-group discussions and in-depth interviews.  The  study  finds  that  the  NU  Ulama  had  issued  a  fatwa  through Bahtsul Masail, stating that preserving marine ecology is the obligation of every Muslim  and  destructive  fishing  is  prohibited.  Meanwhile,  Muhammadiyah ulama have not issued fatwas institutionally. Nonetheless, the fatwa of the two communities has become a reinforcement for government policies in preventing marine ecosystems damage through eco-fishing.Keywords: destructive fishing; ecological ijtihād; NU; Muhammadiyah AbstrakIndonesia memiliki sumber daya perikanan dan kelautan yang besar. Namun, sebagian besar ekosistem laut Indonesia masih terancam di antaranya di  pesisir  Lamongan.  Kerusakan  ini  disebabkan  oleh  penangkapan  ikan  yang merusak dengan menggunakan alat tangkap yang merusak seperti pukat harimau,  cantrang,  bahan  peledak  dan  lainya.  Pencegahan  aktivitas  tersebut dengan peraturan pemerintah tidak berjalan efektif. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan alternatif yang lebih efektif. Salah satu pendekatan yang dapat dipilih adalah pendekatan hukum Islam karena masyarakat pesisir Lamongan mempunyai kultur keislaman yang kuat. Artikel ini mengkaji ijtihād ekologis ulama pesisir Lamongan yang berafiliasi NU dan Muhammadiyah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis-empiris, dengan data didapatkan dari diskusi kelompok dan wawancara mendalam. Penelitian ini menemukan bahwa Ulama NU di Paciran Lamongan telah mengeluarkan fatwa melalui Bahtsul Masail yang menyatakan bahwa  menjaga  kelestarian  ekologi  laut  adalah  kewajiban  setiap  umat  Islam sehingga  destructive  fishing  dilarang.  Sementara  ulama  Muhammadiyah  belum mengeluarkan  fatwa  secara  kelembagaan,  namun  mayoritas  secara  pribadi menyatakan bahwa kegiatan tersebut juga dilarang. Meskipun demikian, fatwa kedua  komunitas  tersebut  menjadi  penguat  bagi  kebijakan  pemerintah  dalam mencegah kerusakan ekosistem laut melalui eco-fishing.Kata Kunci: destructive fishing; ijtihād ekologi; NU; Muhammadiya