Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

MAKELAR KASUS (MARKUS) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (SEBUAH UPAYA PENCEGAHAN MAKELAR KASUS) Chanifah, Nur
Jurnal Interaktif Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.62 KB)

Abstract

Cases middleman is one of corruption types. In islamic law it is recognized as  ”risywah”, in which according to the law is forbidden to be conducted (haram). The law also has been stated in Qur’an and Hadist. One of the media in conducting this forbidden practice is using the service of cases middleman. The existence of cases middleman makes the practice of corruption higher along the time. Meanwhile, it is generally known that in Indonesia, most of the population aremoslem. Moslem should be able to obey the rule of Islam. Therefore, Islam must give huge contributions to prevent the act of cases middleman, in order to reduce and eliminate corruption. The preventive action can be in the effort of making good salary system, good leader model, society supervision, strong faith, etc. Key words: Islamic law and cases middleman
Seeking Intersection of Religions: An Alternative Solution to Prevent the Problem of Religious Intolerance in Indonesia Nur Chanifah; Arif Mustapa
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.24.2.1088

Abstract

Indonesia consisted of multiculture, ethnic and religion. There are six legal religions in Indonesia. Religious plurality is part of Indonesian life. In Religion, adherents always tried to compare between their own religion with other religions that can cause a truth claim of superiority of their religion. This caused any conflict like the case of GKI Yasmin in Bogor, three massive bomb blasts of Bali, and conflict of Ambon.  This is a library reseach applying sociological approach. To analyze the problem, author used the conflict theory of Gillin and Gillin saying that conflict can be caused by deferences. Therefore, it is necessary to understand how the intersection of religions in order to prevent the conflict, included religious intolerence.  This research find that the intersection of religion can be found in values of humanity or the horizontal aspect (ḥabl  min al-nās). While the vertical aspect (ḥabl  min Allāh), they are different. By understanding the intersection of religions and nature of these differences, it is expected that religious harmony can be reinforced.
FORMULATION OF PROPHETIC CHARACTERS AS THE BASE FOR ANTI-CORRUPTION EDUCATION IN UNIVERSITY Nur Chanifah
Waskita: Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter Vol 5, No 2 (2021): WASKITA: JURNAL PENDIDIKAN NILAI DAN PEMBANGUNAN KARAKTER
Publisher : PUSAT MPK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.waskita.2021.005.02.2

Abstract

Formulation of Prophetic Characters as the Base for Anti-Corruption Education in University. This study aimed to formulate a prophetic character as a base for anti-corruption education so that it could provide some solutions in the development of anti-corruption education in university. Considering the effort to eradicate corruption through education is an inevitability in the midst of rampant corruption by a number of political elites. The method used was a literature review with data processing techniques including editing, classifying, and concluding. While the data analysis used content analysis with descriptive-qualitative data presentation type. The results showed that in relation to anti-corruption education in university, prophetic characters include four characteristics of the Prophet (Rasulullah), namely honest (shiddiq), trustworthy (amanah), communicative (tabligh), and intelligent (fathanah). These four characters are reflected in figures who always guide their conscience and truth, maintain professionalism and commitment, master communication skills with various groups and levels, and have the ability  solve any problem. 
Revitalisasi Pembelajaran Kitab Kuning di Era Revolusi Industri 4.0 bagi Mahasiswa di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an “Oemah Al-Qur’an” Merjosari Lowokwaru Malang Nur Chanifah
Jurnal Abdidas Vol. 2 No. 3 (2021): Pages 459-724
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v2i3.329

Abstract

Tantangan pesantren di era revolusi industri 4.0 adalah menghadapi kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang menimbulkan berbagai macam perubahan aspek kehidupan. Pesantren tidak bisa lagi bersikukuh mengunakan metode konvensional, seperti ceramah (sorogan dan bandongan). Akan tetapi, media pembelajaran yang dilaksanakan oleh pesantren tersebut masih minim, mengingat fasilitas dan dana yang terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya solusi dan pendampingan dalam rangka revitalisasi media pembelajaran kitab kuning di pesantren tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan sosialisasi tentang pentingnya revitalisasi media pembelajaran kitab kuning ke pesantren, kemudian dilanjutkan dengan pendampingan penerapan media pembelajaran kitab kuning berbasis teknologi. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk revitalisasi media pembelajaran kitab kuning di pesantren, maka perlu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) mengubah mindset kyai atau ustadz tentang perlunya media pembelajaran berbasis teknologi, 2) penggunaaan media berbasis teknologi harus diimbangi dengan pengetahuan agama yang mendalam agar tidak disalahgunakan, 3) Pengguna media berbasis teknologi harus tetap mengontrol kegiatan pembelajaran secara langsung sebagai upaya untuk mengantisipasi pengaruh negatif dari teknologi.
STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nur Chanifah
Sebatik Vol 23 No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : STMIK Widya Cipta Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.497 KB)

Abstract

Pendidikan tinggi telah memiliki payung hukum dalam pelaksanaan pendidikan Karakter. Sebagai upaya konkrit ke arah solusi, telah ditetapkan suatu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Untuk itu, Universitas Brawijaya, melalui Pusat Matakuliah Pengembangan Kepribadian (PMPK) telah merancang model pendidikan karakter. Masalahnya adalah bagaimana fakultas mengimplementasikan model tersebut. Untuk itu, kajian ini difokuskan pada implementasi model pendidikan karakter di Fakultas Hukum. Penelitian ini tergolong dalam studi kasus. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisisnya berprinsip on going analysis dengan tahapan analisis selama pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pendidikan karakter di Universitas Brawijaya terintegrasi dalam terintegrasi dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu kegiatan pendidikan yang meliputi kegiatan kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler, penelitian , dan pengabdian masyarakat. Karakter yang dikembangkan adalah karakter kreatif, entrepreneur, religius, dan nasionalis. Sedangkan strategi implementasinya di fakultas hukum diintegrasikan ke dalam beberapa kegiatan, yaitu kegiatan kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler. Kegiatan kurikuler mencakup pengembangan RPS, materi, metode, dan evaluasi pembelajaran. Untuk kegiatan ko kurikuler diimplementasikan dalam kegiatan bimbingan membaca al-Quran di Masjid Raden Patah, tutorial, pelatihan shalat khusyu’ dan pelatihan perawatan jenazah. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler diintegrasikan dalam PKM, UKM FORSA, dan kajian di masjid Raden Patah.
INNOVATION OF INTEGRATIVE-INTERCONNECTIVE ISLAMIC EDUCATION BASED ON DIRECT EXPERIENCE IN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Nur Chanifah
International Journal of Educational Management and Innovation Vol. 1 No. 3 (2020)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/ijemi.v1i3.2593

Abstract

Currently, the implementation of religious education is faced with various problems both internally such as its learning methodology, and externals such as the strengthening of the culture of materialism, consumerism, and hedonism, which has led to changes in people's lifestyle. In this context, it is very important for Islamic education innovations to improve the quality of Islamic education learning, to answer the challenges of globalization today. This study aims to find Islamic education learning innovations that are integrative-interconnective based on direct experience in Brawijaya University. Therefore, this research included case study research with data collection techniques using interviews, observation, and documentation. Data analysis uses descriptive-qualitative analysis. The results of the study show that Islamic education innovation in Brawijaya University covers several things, namely the paradigm, approach, strategy, method, and learning evaluation system. The learning paradigm is changed from dichotomous to integrative-interconnective, the learning approach is oriented towards student-centered with focus, namely problem, spiritual-scientific, and philosophical-normative. Learning strategies cover direct instruction, contextual teaching and learning, problem-based learning, and meaningful learning. Learning methods are oriented to direct experience. While the evaluation does not only lead to cognitive aspects but affective and psychomotor aspects by using observation and self-assessment techniques. The implications for understanding students are getting better. It can be seen in the result of student grades.
Coastal Ulama Ijtihād and Destructive Fishing Prevention in Indonesia Thohir Luth; Siti Rohmah; Nur Chanifah; Moh. Anas Kholish; Ranitya Ganindha
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol 22, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v22i2.28077

Abstract

Indonesia has large fisheries and marine resources. However, most of Indonesia's marine ecosystems are still under threat. One of them is the coast of Lamongan. The damage is caused by destructive fishing using destructive gears such as tiger trawls, cantrang (a modified Danish seine), explosives, and others. Government  regulations  to  prevent  those  activities  have  not  been  effective. Therefore, alternative approaches are needed. One approach to be chosen is the Islamic law approach. Because the Lamongan coastal community has a strong Islamic  culture,  the  Islamic  view  of  destructive  fishing  is  expected  to  offer  a better alternative solution. Therefore, this article examines the ecological ijtihād of Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah ulama in Lamongan. This is empirical legal research, with data from focused-group discussions and in-depth interviews.  The  study  finds  that  the  NU  Ulama  had  issued  a  fatwa  through Bahtsul Masail, stating that preserving marine ecology is the obligation of every Muslim  and  destructive  fishing  is  prohibited.  Meanwhile,  Muhammadiyah ulama have not issued fatwas institutionally. Nonetheless, the fatwa of the two communities has become a reinforcement for government policies in preventing marine ecosystems damage through eco-fishing.Keywords: destructive fishing; ecological ijtihād; NU; Muhammadiyah AbstrakIndonesia memiliki sumber daya perikanan dan kelautan yang besar. Namun, sebagian besar ekosistem laut Indonesia masih terancam di antaranya di  pesisir  Lamongan.  Kerusakan  ini  disebabkan  oleh  penangkapan  ikan  yang merusak dengan menggunakan alat tangkap yang merusak seperti pukat harimau,  cantrang,  bahan  peledak  dan  lainya.  Pencegahan  aktivitas  tersebut dengan peraturan pemerintah tidak berjalan efektif. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan alternatif yang lebih efektif. Salah satu pendekatan yang dapat dipilih adalah pendekatan hukum Islam karena masyarakat pesisir Lamongan mempunyai kultur keislaman yang kuat. Artikel ini mengkaji ijtihād ekologis ulama pesisir Lamongan yang berafiliasi NU dan Muhammadiyah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis-empiris, dengan data didapatkan dari diskusi kelompok dan wawancara mendalam. Penelitian ini menemukan bahwa Ulama NU di Paciran Lamongan telah mengeluarkan fatwa melalui Bahtsul Masail yang menyatakan bahwa  menjaga  kelestarian  ekologi  laut  adalah  kewajiban  setiap  umat  Islam sehingga  destructive  fishing  dilarang.  Sementara  ulama  Muhammadiyah  belum mengeluarkan  fatwa  secara  kelembagaan,  namun  mayoritas  secara  pribadi menyatakan bahwa kegiatan tersebut juga dilarang. Meskipun demikian, fatwa kedua  komunitas  tersebut  menjadi  penguat  bagi  kebijakan  pemerintah  dalam mencegah kerusakan ekosistem laut melalui eco-fishing.Kata Kunci: destructive fishing; ijtihād ekologi; NU; Muhammadiya
FORMULASI ETIKA BISNIS HALAL THAYYIB DALAM PERSPEKTIF MAQASHID SYARIAH KONTEMPORER JASSER AUDA Nur Chanifah
Arena Hukum Vol. 14 No. 3 (2021)
Publisher : Arena Hukum

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.arenahukum.2021.01403.10

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan formulasi etika bisnis halal thayyib dalam perspektif maqashid syariah kontemporer. Dalam prakteknya di Indonesia banyak ditemukan investasi bodong yang berkedok syari’ah. Padahal, bisnis syari’ah berprinsip pada bisnis  yang halal thayyib yang mengutamakan kebaikan atau kemaslahatan manusia sebagai wujud pelaksanaan maqashid al-syariah. Oleh karena itu, maka penting diadakan kajian tersebut agar etika bisnis bisa lebih konstektual dengan kondisi saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan pendekatan konseptual (conceptual approach). Metode pengumpulan bahannya dengan telaah kepustakaan. Sedangkan analisis bahan penelitian menggunakan deskriptif-kualitatif. Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa: pertama, formulasi bisnis halal thayyib dalam perspektif maqashid syari’ah kontemporer Jasser Auda merupakan penjabaran dari salah satu maqashid syariah, yaitu untuk menjaga dan memenuhi hajat dan maslahat akan harta (hifdzul mal). Konsep tersebut bisa ditinjau dari segi bagaimana mendapatkannya atau dari segi memelihara harta yang sudah dimiliki. Kedua, etika bisnis halal thayyib meliputi adanya larangan mengandung unsur riba, gharar, maisir, ihtikar, dan bai’ najasy’. Sedangkan Maqashidsyariahnya adalah untuk menghindari terjadinya praktek kezaliman terhadap pelaku bisnis, menghindari praktek gharar pada transaksi jual beli sehingga bebas dari kemudaratan, kerugiaan, ketidak adilan dan kezaliman dalam transaksi bisnis, menjauhkan dari sifat malas bekerja karena hanya tergantung pada angan-angan dan spekulasi saja, dan untuk menghindari terjadinya permintaan palsu yang dapat menyebabkan kerugian atau kezaliman.
INSURANCE COMPANY CONTROLLER RESPONSIBILITIES IN CASE OF INSURANCE POLICY FAILURE Soca Daru Indraswari; Nur Chanifah; Endang Sri Kawuryan
SIBATIK JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, dan Pendidikan Vol. 2 No. 8 (2023): July
Publisher : Lafadz Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/sibatik.v2i8.1267

Abstract

The ambiguity of norms in Article 15 of Insurance Law Number 40 of 2014 has led to multiple interpretations in practice, especially concerning the scope of responsibility for insurance company controllers when there is a policyholder's default, experienced by insurance policyholders at PT Asuransi Jiwasraya in case 676/PDT/2021/PT DKI. This study aims to analyze and determine the scope of responsibility limits for insurance company controllers regarding policyholders' default. This research is a normative study with a legal approach, conceptual and case approaches, and analyzed using grammatical interpretation and systematic interpretation.