Syamsu Budiyanti, Syamsu
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS DESKRIPTIF AKTIVITAS DAN POTENSI KOMUNITAS DESA ‘ENCLAVE’ RANU PANE PADA ZONA PEMANFAATAN TRADISIONAL, KECAMATAN SENDURO, KAB. LUMAJANG, WILAYAH TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU (TNBTS) Budiyanti, Syamsu
DIMENSI Vol 8, No 2 (2015): Oktober
Publisher : DIMENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfatan potensi hasil hutan non-kayu oleh masyarakat di zona tradisional TNBTS selama ini masih berupa pemanfatan kayu bakar dan pakan ternak (seperti rumput dan hijauan lainnya), pemanfaatan buah hutan (seperti kemlandingan gunung), pemanfaatan jamur hutan (jamur grigit, jamur pasang, jamur siung, jamur kuping dan jamur landak),  pemanfaatan tumbuhan obat (ampet, tepung otot, purwaceng, pronojiwo, dsb), pemanfaatan bamboo, dan lainnya sebagainya. Dan dalam hal regulasi, kegiatan pemanfaatan atau pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat, belum terdapat pengaturan sedemikian rupa sehingga akan dikhawatirkan menjadi tidak terkendali, yang pada akhirnya dapat mengancam kelestarian potensi kehati dan ekosistem TNBTS. Untuk itu, ke depan sangat perlu dikembangkan mekanisme/pola  pengaturan dan pemanfatan hutan secara terkendali dengan memperhatikan azas kelestarian potensi demi keberlanjutan pemanfatan oleh masyarakat.    Dalam konteks inilah, gambaran kasus Desa ‘Enclave’ Ranu Pane yang berada dalam area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), sangat diperlukan langkah-langkah strategis untuk melakukan pendayagunaan optimal pada zona pemanfaatan tradisional, khususnya agar semakin memberikan ‘nilai tambah’ yang besar baik kepada masyarakat Desa Ranu Pane dan sekitarnya, serta terutama untuk memperbesar ‘daya dukung’ alam bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan, dengan menegaskan kembali tentang konsep bahwa keadilan bukan hanya hak milik manusia, namun juga semua makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, baik tumbuhan, binatang dan seluruh alam.
ANALISIS PEMETAAN SOSIAL, EKONOMI DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT Studi Kasus: Sistem Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) pada Masyarakat Kepulauan Seribu Utara, Provinsi DKI Jakarta Budiyanti, Syamsu
DIMENSI Vol 7, No 1 (2015): Juni
Publisher : DIMENSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi pemetaan sosial dan kebutuhan masyarakat dilakukan di 3 (tiga) kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Wilayah studi adalah Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Harapan dan Kelurahan Pulau Kelapa. Wilayah studi termasuk kedalam zona pemukiman Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKps). Pusat Kecamatan terdapat diantara Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, sementara itu pusat pemerintahan kabupaten terdapat di Pulau Pramuka yang termasuk ke wilayah Kelurahan Pulau Panggang. Hasil pemetaan profil kondisi wilayah dan sosial ekonomi menunjukan bahwa wilayah studi masih memiliki ketergantungan sumber pendapatan pada sumberdaya alam pesisir terutama perikanan dan pariwisata. Kondisi wilayah penangkapan ikan tidak cukup baik karena wilayah studi merupakan tujuan wilayah penangkapan nelayan lokal dan nelayan dari luar seperti Jakarta dan Tanggerang. Kompetisi penangkapan ikan di wilayah <4 mil tinggi. Pada saat survey dilakukan masih terdapat nelayan dari Pulau Panggang dan Pulau Harapan yang menggunakan alat tangkap yang dilarang secara hukum yaitu jaring muroami. Selain kegiatan perikanan tangkap, diwilayah studi juga berkembang kegiatan budidaya laut yaitu Keramba Jaring Apung (KJA) yang dikelola oleh secara individu, kelompok maupun oleh perusahaan. Profil kebutuhan menggambarkan kebutuhan masyarakat di desa-desa studi terutama yang terkait dengan ketersediaan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang perlu mendapatkan perhatian yaitu kebutuhan terhadap pendidikan formal, sampah, kepadatan penduduk, kebutuhan nelayan dan sarana publik tambahan. Fasilitas pendidikan tersedia cukup memadai, namun yang menjadi kendala adalah jika ingin melanjutkan pendidikan pada tingkat SLTA siswa harus tinggal di Pulau Pramuka hal ini tentu saja menimbulkan biaya tambahan. Fasilitas kesehatan di wilayah studi sudah tersedia dari tingkat poskes, pukesmas sampai rumah sakit.
Social communication relation of Madurese people in Max Weber rationality perspective Budiyanti, Syamsu; Siahaan, Hotman M.; Nugroho, Kris
Jurnal Studi Komunikasi Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Communications Science, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/jsk.v4i2.2447

Abstract

Obedience has become an ethnic identity for Madurese, expressed in the communicative expression ‘Bhuppa’-Bhâbbu’-Ghuru-Rato.’ Thus, the meaning of hierarchical obedience has been structured firmly into daily communication routines and behaviour as a form of self-development. The pattern of patron-client communication is a strong stimulant in the tradition of obedience that forms hegemonic power through patron-client-dominating authority. Interestingly, in Madurese society, such a relationship can actually be classified as exploitative-mutualistic. The study of rationality perspective on the meaning of communication and obedience relations shows that not all Madurese actions follow rational rules in Weber’s perspective. Indeed, there has been a reconstruction of the meaning of obedience in Madurese so that the rationality of needs becomes a justification for irrational actions and the relatively long-standing patron-client communication bond in Madurese culture. The phenomenological approach was considered most suitable for this research because it could reveal the natural meaning of Madurese specific obedience behaviour through explanation of phenomena and causes.
Social communication relation of Madurese people in Max Weber rationality perspective Budiyanti, Syamsu; Siahaan, Hotman M.; Nugroho, Kris
Jurnal Studi Komunikasi Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : Faculty of Communications Science, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/jsk.v4i2.2447

Abstract

Obedience has become an ethnic identity for Madurese, expressed in the communicative expression ‘Bhuppa’-Bhâbbu’-Ghuru-Rato.’ Thus, the meaning of hierarchical obedience has been structured firmly into daily communication routines and behaviour as a form of self-development. The pattern of patron-client communication is a strong stimulant in the tradition of obedience that forms hegemonic power through patron-client-dominating authority. Interestingly, in Madurese society, such a relationship can actually be classified as exploitative-mutualistic. The study of rationality perspective on the meaning of communication and obedience relations shows that not all Madurese actions follow rational rules in Weber’s perspective. Indeed, there has been a reconstruction of the meaning of obedience in Madurese so that the rationality of needs becomes a justification for irrational actions and the relatively long-standing patron-client communication bond in Madurese culture. The phenomenological approach was considered most suitable for this research because it could reveal the natural meaning of Madurese specific obedience behaviour through explanation of phenomena and causes.