Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT Santosa, Leo; Putra, Agus Ika; ., Mufriadi
Jurnal Transportasi Vol 5, No 1 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.497 KB)

Abstract

Abstrak Campuran beraspal umumnya terdiri atas agregat, bahan pengisi (filler), dan aspal sebagai bahan pengikat.  Material yang umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen, pasir, kapur dan abu batu, yang persediaannya terbatas, relatif mahal, dan merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui. Alternatif lain adalah penggunaan abu sawit, yang merupakan limbah industri pengolahan kelapa sawit dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Campuran Laston yang baik adalah campuran yang memiliki stabilitas, fleksibilitas, skid resistance, kedap air, dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dan durabilitas Laston dengan bahan pengisi abu sawit, dilakukan pengujian terhadap campuran tersebut dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik standar Marshall dan durabilitas dengan metode perendaman modifikasi Marshall. Sebagai pembanding digunakan bahan pengisi semen portland dengan proporsi 100% abu sawit, 50% abu sawit – 50% semen, dan 100% semen. Pengujian berat jenis terhadap bahan pengisi menunjukkan bahwa berat jenis abu sawit (2,270) lebih kecil daripada berat jenis semen (3,027). Pengujian Marshall standar menghasilkan kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% abu sawit (8,20%) lebih tinggi daripada kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 50% abu sawit - 50% semen (7,55%), serta kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% semen (6,25%). Stabilitas tertinggi berada pada komposisi bahan pengisi 100% semen, yaitu 1265,359 kg dan terendah berada pada bahan pengisi 100% abu sawit, yaitu 976,920 kg. Nilai kelelehan plastis (flow) pada kadar aspal optimum untuk variasi komposisi bahan pengisi 100% semen adalah 3,4 mm, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 2,8 mm, sedangkan untuk bahan pengisi 100% abu sawit sebesar 3,267 mm. Nilai VIM pada kadar aspal optimum pada komposisi bahan pengisi yaitu untuk bahan pengisi  100% semen sebesar 4,675%, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 4,082%, dan untuk bahan pengisi 100% abu sawit adalah 3,595%. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sawit sebagai bahan pengisi pada campuran laston memberikan nilai-nilai parameter Marshall yang memenuhi nilai-nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi yang dikeluarkan oleh Bina Marga (1989). Indeks keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan Craus dkk. Pengujian laboratorium pada campuran laston dengan bahan pengisi abu sawit memberikan nilai IRS sebesar 88,31% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan Pertama Craus dkk (r) sebesar  6,44%  serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 20 %. Jika dibandingkan dengan syarat nilai IRS minimal untuk laston menurut Bina Marga, yaitu 75%, maka nilai IRS laston dengan bahan pengisi abu sawit memenuhi syarat.Kata-kata kunci: Bahan pengisi, abu sawit, laston, parameter Marshall
KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT Santosa, Leo; Putra, Agus Ika; ., Mufriadi
Jurnal Transportasi Vol 5, No 1 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.497 KB) | DOI: 10.26593/jt.v5i1.1782.%p

Abstract

Abstrak Campuran beraspal umumnya terdiri atas agregat, bahan pengisi (filler), dan aspal sebagai bahan pengikat.  Material yang umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen, pasir, kapur dan abu batu, yang persediaannya terbatas, relatif mahal, dan merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui. Alternatif lain adalah penggunaan abu sawit, yang merupakan limbah industri pengolahan kelapa sawit dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Campuran Laston yang baik adalah campuran yang memiliki stabilitas, fleksibilitas, skid resistance, kedap air, dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dan durabilitas Laston dengan bahan pengisi abu sawit, dilakukan pengujian terhadap campuran tersebut dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik standar Marshall dan durabilitas dengan metode perendaman modifikasi Marshall. Sebagai pembanding digunakan bahan pengisi semen portland dengan proporsi 100% abu sawit, 50% abu sawit – 50% semen, dan 100% semen. Pengujian berat jenis terhadap bahan pengisi menunjukkan bahwa berat jenis abu sawit (2,270) lebih kecil daripada berat jenis semen (3,027). Pengujian Marshall standar menghasilkan kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% abu sawit (8,20%) lebih tinggi daripada kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 50% abu sawit - 50% semen (7,55%), serta kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% semen (6,25%). Stabilitas tertinggi berada pada komposisi bahan pengisi 100% semen, yaitu 1265,359 kg dan terendah berada pada bahan pengisi 100% abu sawit, yaitu 976,920 kg. Nilai kelelehan plastis (flow) pada kadar aspal optimum untuk variasi komposisi bahan pengisi 100% semen adalah 3,4 mm, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 2,8 mm, sedangkan untuk bahan pengisi 100% abu sawit sebesar 3,267 mm. Nilai VIM pada kadar aspal optimum pada komposisi bahan pengisi yaitu untuk bahan pengisi  100% semen sebesar 4,675%, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 4,082%, dan untuk bahan pengisi 100% abu sawit adalah 3,595%. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sawit sebagai bahan pengisi pada campuran laston memberikan nilai-nilai parameter Marshall yang memenuhi nilai-nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi yang dikeluarkan oleh Bina Marga (1989). Indeks keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan Craus dkk. Pengujian laboratorium pada campuran laston dengan bahan pengisi abu sawit memberikan nilai IRS sebesar 88,31% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan Pertama Craus dkk (r) sebesar  6,44%  serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 20 %. Jika dibandingkan dengan syarat nilai IRS minimal untuk laston menurut Bina Marga, yaitu 75%, maka nilai IRS laston dengan bahan pengisi abu sawit memenuhi syarat.Kata-kata kunci: Bahan pengisi, abu sawit, laston, parameter Marshall
Kajian Penggunaan Serat Selulosa Alami Dari Daun Nanas (Serat Nanas) Sebagai Bahan Stabilizer Campuran Beraspal SMA Putri, Yuliana; Santosa, Leo; Adiman, Edi Yusuf
Journal of Infrastructure and Construction Technology Vol. 1 No. 1 (2023): January 2023
Publisher : Dept. of Civil Engineering Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56208/Jictech.1.1.1-9

Abstract

SMA asphalt mixture is an asphalt mixture with gap graded, so this type of pavement requires a high asphalt content. High asphalt content in the mixture has positive and negative impacts. The advantage is that it can make the mixture resistant easily oxidization and can make increase the durability of the road pavement layer. The disadvantage is prone to drain down (a condition where the binder (asphalt) will flow or separate from the mix) in the form of cellulose fibers or polymer fibers. This results in a mixture of SMA which is more resistant to deformation, deflection, and cracking and is stable to withstand the load of the vehicle's wheels. The additives commonly used are synthetic cellulose fibers, called Arbocell and Viatop66. This product is manufactured in Rosenberg-Germany. The use of this product causes problems, namely the high price and depends on the dollar price, and requires additional procurement costs in the form of import costs. Therefore, it is necessary to find an alternative to replace the cellulose fiber with natural fibers that have characteristics that are close to synthetic fibers. Based on the literature review, several natural cellulose fibers that have been successfully used as additives for SMA mixtures are rice bran fiber, palm fiber, coconut fiber, and pineapple leaf fiber, coconut fiber, kapok fiber, corn cobs. With cellulose content ranging from 14 – 64%, it shows good performance. Therefore, pineapple leaf fiber with a higher cellulose content of 69.5%-71.5% has the potential to be used as an additive because it has a cellulose content that is close to synthetic fiber.