Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT Santosa, Leo; Putra, Agus Ika; ., Mufriadi
Jurnal Transportasi Vol 5, No 1 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.497 KB)

Abstract

Abstrak Campuran beraspal umumnya terdiri atas agregat, bahan pengisi (filler), dan aspal sebagai bahan pengikat.  Material yang umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen, pasir, kapur dan abu batu, yang persediaannya terbatas, relatif mahal, dan merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui. Alternatif lain adalah penggunaan abu sawit, yang merupakan limbah industri pengolahan kelapa sawit dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Campuran Laston yang baik adalah campuran yang memiliki stabilitas, fleksibilitas, skid resistance, kedap air, dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dan durabilitas Laston dengan bahan pengisi abu sawit, dilakukan pengujian terhadap campuran tersebut dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik standar Marshall dan durabilitas dengan metode perendaman modifikasi Marshall. Sebagai pembanding digunakan bahan pengisi semen portland dengan proporsi 100% abu sawit, 50% abu sawit – 50% semen, dan 100% semen. Pengujian berat jenis terhadap bahan pengisi menunjukkan bahwa berat jenis abu sawit (2,270) lebih kecil daripada berat jenis semen (3,027). Pengujian Marshall standar menghasilkan kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% abu sawit (8,20%) lebih tinggi daripada kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 50% abu sawit - 50% semen (7,55%), serta kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% semen (6,25%). Stabilitas tertinggi berada pada komposisi bahan pengisi 100% semen, yaitu 1265,359 kg dan terendah berada pada bahan pengisi 100% abu sawit, yaitu 976,920 kg. Nilai kelelehan plastis (flow) pada kadar aspal optimum untuk variasi komposisi bahan pengisi 100% semen adalah 3,4 mm, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 2,8 mm, sedangkan untuk bahan pengisi 100% abu sawit sebesar 3,267 mm. Nilai VIM pada kadar aspal optimum pada komposisi bahan pengisi yaitu untuk bahan pengisi  100% semen sebesar 4,675%, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 4,082%, dan untuk bahan pengisi 100% abu sawit adalah 3,595%. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sawit sebagai bahan pengisi pada campuran laston memberikan nilai-nilai parameter Marshall yang memenuhi nilai-nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi yang dikeluarkan oleh Bina Marga (1989). Indeks keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan Craus dkk. Pengujian laboratorium pada campuran laston dengan bahan pengisi abu sawit memberikan nilai IRS sebesar 88,31% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan Pertama Craus dkk (r) sebesar  6,44%  serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 20 %. Jika dibandingkan dengan syarat nilai IRS minimal untuk laston menurut Bina Marga, yaitu 75%, maka nilai IRS laston dengan bahan pengisi abu sawit memenuhi syarat.Kata-kata kunci: Bahan pengisi, abu sawit, laston, parameter Marshall
KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT Santosa, Leo; Putra, Agus Ika; ., Mufriadi
Jurnal Transportasi Vol 5, No 1 (2005)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.497 KB) | DOI: 10.26593/jt.v5i1.1782.%p

Abstract

Abstrak Campuran beraspal umumnya terdiri atas agregat, bahan pengisi (filler), dan aspal sebagai bahan pengikat.  Material yang umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen, pasir, kapur dan abu batu, yang persediaannya terbatas, relatif mahal, dan merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui. Alternatif lain adalah penggunaan abu sawit, yang merupakan limbah industri pengolahan kelapa sawit dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Campuran Laston yang baik adalah campuran yang memiliki stabilitas, fleksibilitas, skid resistance, kedap air, dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dan durabilitas Laston dengan bahan pengisi abu sawit, dilakukan pengujian terhadap campuran tersebut dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik standar Marshall dan durabilitas dengan metode perendaman modifikasi Marshall. Sebagai pembanding digunakan bahan pengisi semen portland dengan proporsi 100% abu sawit, 50% abu sawit – 50% semen, dan 100% semen. Pengujian berat jenis terhadap bahan pengisi menunjukkan bahwa berat jenis abu sawit (2,270) lebih kecil daripada berat jenis semen (3,027). Pengujian Marshall standar menghasilkan kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% abu sawit (8,20%) lebih tinggi daripada kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 50% abu sawit - 50% semen (7,55%), serta kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% semen (6,25%). Stabilitas tertinggi berada pada komposisi bahan pengisi 100% semen, yaitu 1265,359 kg dan terendah berada pada bahan pengisi 100% abu sawit, yaitu 976,920 kg. Nilai kelelehan plastis (flow) pada kadar aspal optimum untuk variasi komposisi bahan pengisi 100% semen adalah 3,4 mm, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 2,8 mm, sedangkan untuk bahan pengisi 100% abu sawit sebesar 3,267 mm. Nilai VIM pada kadar aspal optimum pada komposisi bahan pengisi yaitu untuk bahan pengisi  100% semen sebesar 4,675%, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 4,082%, dan untuk bahan pengisi 100% abu sawit adalah 3,595%. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sawit sebagai bahan pengisi pada campuran laston memberikan nilai-nilai parameter Marshall yang memenuhi nilai-nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi yang dikeluarkan oleh Bina Marga (1989). Indeks keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan Craus dkk. Pengujian laboratorium pada campuran laston dengan bahan pengisi abu sawit memberikan nilai IRS sebesar 88,31% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan Pertama Craus dkk (r) sebesar  6,44%  serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 20 %. Jika dibandingkan dengan syarat nilai IRS minimal untuk laston menurut Bina Marga, yaitu 75%, maka nilai IRS laston dengan bahan pengisi abu sawit memenuhi syarat.Kata-kata kunci: Bahan pengisi, abu sawit, laston, parameter Marshall
Analisis Potensi Likuifaksi Berdasarkan Data Cone Penetration Test Dengan Metode Shibata Dan Teparaksa (Studi Kasus: Sekolah Al-Azhar Pekanbaru) Herawati, Fitri; Yusa, Muhamad; Putra, Agus Ika
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains Vol 7 (2020): Edisi 2 Juli s/d Desember 2020
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Liquefaction is a condition where the ground loses the shear strength because increased pore water effect from cyclic loads (earthquake loads) very quickly and in a moment. The influence of soil characteristics, Cyclic Stress Ratio (CSR), Cyclic Resistance Ratio (CRR), Factor of Safety (FS), Liquefaction Potential Index (LPI), and settlement soil are crucial to determine the potential liquefaction.The liquefaction analysis using Cone Penetration Test (CPT) data has developed, namely from a mechanical sondir (CPTm) developed into an electrical sondir (CPTe). The calculation method used is the Shibata and Teparaksa Method (1988). The purpose of this research to compare the potential liquefaction based on the results of CPTm and CPTm which was converted to CPTe. This research data is secondary data for the results of CPTm testing taken from the results of soil testing at the time of the construction of the AlAzhar Pekanbaru School Jl. Swakarya, Pekanbaru City. According to the analysis, it can be conclude a higher liquefaction potential is obtained when using CPTm data that has been converted (CPTe). As a results it shows that the Liquefaction Potential Index (LPI) calculated based on converted CPTm data (CPTe) is dominantly greater than the LPI value based on CPTm data with a LPIm / LPIe ratio <1. Keywords: Keywords : Liquefaction, LPI, Shibata and Teparaksa (1988), Electrical Sondir,Mechanical Sondir.
Kuat Tarik Tak Langsung Campuran Aspal Beton Dengan Menggunakan Bahan Tambah Serat Karung Goni Leo Sentosa; Agus Ika Putra; T. Gina Vinola
Jurnal Teknik Sipil Vol 3, No 2 (2012): Oktober
Publisher : Universitas Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36448/jts.v3i2.280

Abstract

The increasing of oil raw price, the quality of asphalt as cementitious materials is getting lower while the traffic loads always increase preferring to the need of transportation. To increase the quality qJbituminous mixture could be conducted by adding additive to asphalt mixture, such as cellulose and polymer materials such as Arbocel, Cellulose Fibres CF-31500, Roadcel, etc. This research was conducted to use local raw materials such as fracegonifiher that was accepted to be new fiber of cellulose to increase biturninOUS mixture ability.This researched was conducted on the mixture ofLASTON of Bina "Varga type III by using asphalt pen 60170 and additive, such as trace goni fiber; it was obtained from Cik Puan market, Pekanharu. The adding offibre contains as 0%, 0,03%, 0,05% and 0, 07% of total weight of mixture. The length offiber were 0,25cm, 0,5 cm and 1 cm.The addition of fiber content on the same fiber length, will increase the value of the optimum asphalt content. Whereas the addition offiber length will decrease the value of the optimum asphalt content. Test of indirect tensile strength of asphalt concrete without goni fiber is amounted 1.404 kg/cm2. The highest value of indirect tensile strength is amounted 1,876k-,-Iciii2i,vhichi,vasohiaiiiedbyaddiiig0.03Y, coiitentgoiiijihei-ivithfihei-leiigthojI cm. This value is 34% higher than the value of indirect tensile strength for asphalt mixture without fiber additive- The lowest of indirect tensile strength is amounted 1, 628 kg/cm2, which was obtained by adding 0.05% content goni fiber with fiber length of 0. 25 cm. This value is 16Y, higher than the value of indirect tensile strength for asphalt mixture without fiber additive.Meningkatnya fiarga minyak mentah mengakibatkan kualitas aspal sebagai bahan perkerasan semakin rendah sedangkan beban lalu limas selalu meningkat sejalan dengan kebutuhan transportasi. Usalia untuk meningkatkan kualitas campuran beraspal dapat dilakukan dengan menambahkan aditif pada campuran aspal, seperti selulosa dan bahan polimer seperti Arbocel, Selulosa Serat CF-3 1500, Roadcel, dan lainnya. Penelitian ini dilakukan menggunakan bahan baku lokal berupa serat karung goni yang diharapkan menjadi serat selulosa baruuntuk meningkatkan kemampuan campuran aspal.Penambahan kadar scratpadapanjatig scratyang sama, akan meningkatkan nilai kadar aspal optimum. Sedangkan penambahan panjang serat akan mengurangi nilai kadar aspal optirniu-n. Uji kuat tarik tidak langsung beton aspal tanpa serat goni adalah sebesar 1.404 kg/cm2. Nilai tertinggi dari kekuatan tarik tidak langsung sebesar 1.876 kg/cm2 yang diperolch dengan tuctrarnbahkan 0,03% scrat goni dengan panj ang scrat dari 1 cm. Nilai ini adalah 34% lebih tinggi dari nilai kuat tarik tak langsung untuk campuran aspal tanpa sera[. Yang terendah dari kekuatan tarik tidak langsung sebesar 1.628 kg/cm2, yang diperoleh dengan menambahkan 0,05% sera[ goni dengan panjang sera[ dari 0,25 cm. Nilai ini adalah 16% lebih tinggi dari nilai kuat tarik tak langsung untuk campuran aspal tanpa serat.
KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT Leo Santosa; Agus Ika Putra; Mufriadi .
Jurnal Transportasi Vol. 5 No. 1 (2005)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.497 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v5i1.1782.%p

Abstract

Abstrak Campuran beraspal umumnya terdiri atas agregat, bahan pengisi (filler), dan aspal sebagai bahan pengikat.  Material yang umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen, pasir, kapur dan abu batu, yang persediaannya terbatas, relatif mahal, dan merupakan bahan yang tidak dapat diperbaharui. Alternatif lain adalah penggunaan abu sawit, yang merupakan limbah industri pengolahan kelapa sawit dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Campuran Laston yang baik adalah campuran yang memiliki stabilitas, fleksibilitas, skid resistance, kedap air, dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui karakteristik Marshall dan durabilitas Laston dengan bahan pengisi abu sawit, dilakukan pengujian terhadap campuran tersebut dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian karakteristik standar Marshall dan durabilitas dengan metode perendaman modifikasi Marshall. Sebagai pembanding digunakan bahan pengisi semen portland dengan proporsi 100% abu sawit, 50% abu sawit – 50% semen, dan 100% semen. Pengujian berat jenis terhadap bahan pengisi menunjukkan bahwa berat jenis abu sawit (2,270) lebih kecil daripada berat jenis semen (3,027). Pengujian Marshall standar menghasilkan kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% abu sawit (8,20%) lebih tinggi daripada kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 50% abu sawit - 50% semen (7,55%), serta kadar aspal optimum laston dengan bahan pengisi 100% semen (6,25%). Stabilitas tertinggi berada pada komposisi bahan pengisi 100% semen, yaitu 1265,359 kg dan terendah berada pada bahan pengisi 100% abu sawit, yaitu 976,920 kg. Nilai kelelehan plastis (flow) pada kadar aspal optimum untuk variasi komposisi bahan pengisi 100% semen adalah 3,4 mm, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 2,8 mm, sedangkan untuk bahan pengisi 100% abu sawit sebesar 3,267 mm. Nilai VIM pada kadar aspal optimum pada komposisi bahan pengisi yaitu untuk bahan pengisi  100% semen sebesar 4,675%, untuk bahan pengisi 50% semen – 50% abu sawit adalah 4,082%, dan untuk bahan pengisi 100% abu sawit adalah 3,595%. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan abu sawit sebagai bahan pengisi pada campuran laston memberikan nilai-nilai parameter Marshall yang memenuhi nilai-nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi yang dikeluarkan oleh Bina Marga (1989). Indeks keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan Craus dkk. Pengujian laboratorium pada campuran laston dengan bahan pengisi abu sawit memberikan nilai IRS sebesar 88,31% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan Pertama Craus dkk (r) sebesar  6,44%  serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 20 %. Jika dibandingkan dengan syarat nilai IRS minimal untuk laston menurut Bina Marga, yaitu 75%, maka nilai IRS laston dengan bahan pengisi abu sawit memenuhi syarat.Kata-kata kunci: Bahan pengisi, abu sawit, laston, parameter Marshall
KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS) Soewignjo Agus Nugroho; Agus Ika Putra; Rugun Ermina
Jurnal Sains dan Teknologi Vol 11, No 1 (2012): Jurnal Sains dan Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.129 KB) | DOI: 10.31258/jst.v11.n1.p%p

Abstract

Parameter kuat geser tanah diperlukan pada analisis daya dukung tanah, stabilitas lereng dan tekanan aktif pada dinding penahan tanah. Nilai parameter kuat geser tanah diperoleh dari uji geser di laboratorium, seperti Unconfined Compression Strength (UCS), Vane Shear, Direct Shear dan Triaxial. Setiap pengujian dapat menghasilkan nilai yang berbeda walaupun sampel uji pada kondisi yang sama. Pengujian triaksial sangat dianjurkan untuk menentukan parameter kuat geser tanah karena dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tetapi pelaksanaan pengujian triaksial membutuhkan ketelitian dan waktu yang lebih lama dibandingkan pengujian geser lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan suatu hubungan atau korelasi antara parameter kuat geser tanah yang dihasilkan dari pengujian triaksial dengan hasil pengujian UCS. Pada penelitian ini digunakan metode eksperimental dan model. Benda uji berupa campuran lempung/pasir yang dibentuk kembali, diberi pembebanan awal sehingga kondisi tidak terganggu. Untuk pengujian triaksial dan UCS digunakan benda uji dengan ukuran dan kondisi yang sama. Hasil pengujian dianalisis dengan regresi linier berganda antara dua hasil pengujian triaksial dan hasil pengujian UCS dengan dan indeks propertis tanah campuran. Hasil pengujian dan analisis menunjukkan ada korelasi kuat antara sudut gesek internal hasil pengujian triaksial dengan kohesi hasil pengujian UCS dan indeks propertis tanah. Korelasi hubungan kohesi hasil uji triaksial dan hasil uji UCS dan indeks propertis sangat kuat dengan nilai kohesi yang diperoleh dari pengujian UCS sekitar 15% selalu lebih kecil dari pengujian triaksial.Kata kunci: kuat geser tanah, Unconfined Compression Strength, Triaksial, korelasi
Potensi Likuifaksi Pada Tanah Pasir Di Atas Tanah Gambut Dengan Variasi Kuari Melalui Uji Model Laboratorium Ridho Ilahi; Agus Ika Putra; Muhamad Yusa
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains Vol 5 (2018): Edisi 1 Januari s/d Juni 2018
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia is a country that surrounded by three continental plate. The wave dispersion of this tectonic plate caused the bearing capacity of soil decreased until liquefaction is emerged. Some of area in Sumatera, like Aceh, Padang, Bengkulu and also Pekanbaru is nearby with the boundary fault, which is very risk to get the geotechnical problems caused by liquefaction. This research are using shaking table models have function to determine how big is the effect of sand from varies area and vibration acceleration for liquefaction potential. The vibration acceleration varies is using 0,25 g and 0,32 g. The sand from varies area are came from Danau Bingkuang, Garuda Sakti and Sungai Tonang that has different percentage of fine course, medium course and rough course. According to test results, conclusions that can be determined are that Danau Bingkuang has mostly fine course as 54,27% is get the maximum increasing pore water pressure and maximum soil settlement, and include as the one of most potentially to liquefied.Keywords: Liquefaction, Shaking Table, Quarry, ru Rasio, Embankment.
Potensi Likuifaksi Pada Tanah Timbunan Pasir Di Atas Tanah Gambut Dengan Variasi Berat Beban Melalui Uji Model Laboratorium Oki Chandra; Agus Ika Putra; Muhamad Yusa
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains Vol 5 (2018): Edisi 1 Januari s/d Juni 2018
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Five major earthquakes with magnitudes of more than 8 have affected Sumatra island 250 years ago (Natawidjaja, 2007). Riau province in the middle of Sumatra island is quite prone to get the impact of earthquake. The propagation of these earthquake waves causes geotechnical problems such as liquefaction. Liquefaction research has been done but the liquefaction potential in sand embankment on peat soil has never been done. The peatland in Riau Province is 3.9 million hectares out of 8.7 million hectares of Riau. So that many buildings in the Riau Province is above the peat land bankfilled with sand. This study uses a laboratory model of shaking table with speeds of 0.25 g and 0.32 g. A 0.5x1.0 meter acrylic box is installed on a shaking table and filled with 10 cm thick peat soil, then banckfilled it with 15 cm thick of sand. The peat soil and sand embankment are saturated, then the load is evenly distributed with variations of 40 kg/m2, 80 kg/m2, and 120 kg/m2. Evaluation of liquefaction potential is based on observation of the increment of pore water pressure measured by installing two vertically bankfilled pipe with a depth of 7.5 cm. On the sides of the acrylic box is also installed two rulers to observe the soil settlement. The results of this study indicate that as the given load increased, soil settlement and increase of pore water also increased. The weight of the load is also directly proportional with soil vertical pressure and pore water pressure ratio value.Keywords: liquefaction,sand, peat soil, pore water pressure, shaking table
Pemetaan Kapasitas Daya Dukung Tanah Untuk Fondasi Dalam Berdasarkan Data Sondir Di Kota Pekanbaru Irvan Arisma; Agus Ika Putra; Gunawan Wibisono
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains Vol 8 (2021): Edisi 2 Juli s/d Desember 2021
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The bearing capacity of the soil can be defined as the ability of the soil to support the load on the foundation of the structure above it. In determining the bearing capacity of the foundation, soil investigation data that is commonly used is based on the Cone Penetrometer Test (CPT) or Sondir Test in the form of end resistance (qc) and frictional resistance (qs). The purpose of thisstudy is to obtain a map that describes the bearing capacity of the soil at a certain depth and type of foundation. 41 CPT test data spread over the area of Pekanbaru city were used to determine the bearing capacity of the soil using the Aoki & De Alencar method and the Meyerhoff method. The type of foundation that is taken in calculating the bearing capacity is a concrete pile foundation with a diameter of 60cm. Based on the calculation results, the averagebearing capacity value for single pile foundations using the Aoki & De Alancer method at a depth of 6 meters, 12 meters, and 18 meters are 45,293 tons, 47,564 tons, and 56,168 tons, respectively. Meanwhile, if using the Meyerhoff method, the average bearing capacity values forsingle pile foundations at the same three depths were obtained respectively 137,952 tons, 233,861 tons, and 300,889 tons. Then the test sites that have adjacent bearing capacity values are connected and plotted in different maps for each method and depth.Keyword: bearing capacity, deep foundation, mapping, sondir test
Analisis Potensi Likuifaksi Berdasarkan Data Cone Penetration Test Dengan Metode Olsen (Studi Kasus: Gedung Kejaksaan Tinggi Riau) Annisa Soraya Hasibuan; Muhamad Yusa; Agus Ika Putra
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains Vol 7 (2020): Edisi 2 Juli s/d Desember 2020
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Liquefation is an occurrence triggered by the earthquake that can cause fatal damage. When the earthquake occurs, the soil on location changes in nature from solid to liquid due to massive cyclic load. One of the liquefaction analysis methods is based on the results of the Cone Penetration Test (CPT). In general the analysis is based on the results of electrical CPT (CPTe), however, in Indonesia, it is preferent by using mechanical CPT data (CPTm). This study aims to compare the results of liquefaction analysis namely the Liquefaction Potential Index (LPI) using the Olsen method based on the value of mechanical CPT and converted mechanical CPT. This study is located on the Kejaksaaan Tinggi Riau Building. Based on the results study, that research site has a higher liquefaction potential if analyzed using CPTm data that has been corrected to CPTe. The range of LPIm value compared to LPIe is 0,373 – 0,638 with the category of liquefaction potential “Moderate” to “Very High”. Keywords: Liquefaction, Olsen Method, mechanical sondir, electrical sondir.