Rika Yustikarini
Universitas Pendidikan Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Merdeka Curriculum implementation at Wonoayu 1 Junior High School as Sekolah Penggerak Varary Mechwafanitiara Cantika; Lathifah Khaerunnisa; Rika Yustikarini
Curricula: Journal of Curriculum Development Vol 1, No 2 (2022): Curricula: Journal of Curriculum Development, December 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/curricula.v1i2.53568

Abstract

The concept of Ki Hadjar Dewantara's education was adopted in Indonesia's current curriculum, known as Kurikulum Merdeka. The Kurikulum Merdeka Curriculum is implemented with the support of all stakeholders and policymakers, following the school's readiness. Wonoayu 1 Junior High School is one of the schools that has become “Sekolah Penggerak” and because of its readiness, the school implements Kurikulum Merdeka. This study aims to describe the implementation of the Merdeka curriculum at Wonoayu 1 Junior High School, Sidoarjo Regency, as “Sekolah Penggerak”. The method used in this research is a descriptive method with a qualitative approach. Data collection techniques using interviews and observation. The results showed that implementing Kurikulum Merdeka at Wonoayu 1 Junior High School followed the standards and curriculum guidelines for implementing Kurikulum Merdeka for “Sekolah Penggerak”. These aspects are viewed from three main aspects: the learning planning aspect, the learning implementation aspect, and the learning assessment aspect. Some obstacles require more attention and further handling in implementing Kurikulum Merdeka at Wonoayu 1 Junior High School.
The Relevance of the Project-Based Learning (PjBL) Learning Model with “Kurikulum Merdeka Belajar” Amsal Alhayat; Mukhidin Mukhidin; Tuti Utami; Rika Yustikarini
DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik Vol 7, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jdc.v7i1.69363

Abstract

Tuntutan pembelajaran abad 21 mengenai pemenuhan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kompeten adalah hal yang mendasari bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, dalam implementasinya masih terdapat kebingungan dalam penyampaian metode pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni melalui penerapan kurikulum merdeka belajar yang menekankan pada pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan relevansi dari salah satu model pembelajaran abad 21, yaitu Project-Based Learning (PjBL) dengan Konsep Kurikulum Merdeka Belajar. Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan atau Library Research. Hasil penelitian didapati bahwa relevansi kurikulum merdeka belajar dengan model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) dituangkan melalui Profil Pelajar Pancasila dan variasi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat berkolaborasi dan memiliki kemampuan merencanakan hingga memberikan solusi terkait suatu permasalahan. Agar kompetensi siswa sesuai tuntutan abad 21, diperlukan peningkatan kemampuan dan kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kemampuan dan kompetensi tersebut diantaranya adalah kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
Curriculum design to improve adolescent social-emotional skills Rika Yustikarini
Inovasi Kurikulum Vol 21, No 1 (2024): Inovasi Kurikulum, February 2024
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v21i1.63495

Abstract

Strawberry generation, internet addiction disorder, consumerism, identity diffusion, and promiscuity are phenomena that affect adolescents today. One of the triggers of these things is the maturity of the amygdala first as the center of emotion control compared to the prefrontal cortex as the logical mind controller. Efforts are needed so that adolescents are not trapped in acts of delinquency or juvenile crime. Adult guidance in training social-emotional skills can be one of the efforts. Social-emotional skills are a process to hone the competence to recognize self-identity, recognize and manage emotions, be responsible in making decisions, be assertive, and apply effectively to various social demands. The curriculum design in this study was developed by adapting backward design with the stages of setting goals in the form of competencies expected to be attached to students, then determining activities or evidence to test the achievement of goals, and lastly, designing learning experiences. This research uses literature studies to find the theoretical basis of the phenomena that occur and design solutions to these phenomena. Social-emotional skills have a high level of urgency to be implemented because they can prevent delinquency and crime in adolescents and improve student academic achievement. AbstrakGenerasi strawberry, gangguan kecanduan internet, konsumerisme, difusi identitas, dan pergaulan bebas adalah fenomena yang terjadi di remaja saat ini. Salah satu pemicu dari hal-hal tersebut adalah matangnya amigdala terlebih dahulu sebagai pusat pengendali emosi dibandingkan korteks prefrontal sebagai pengendali pikiran logis. Diperlukan upaya agar remaja tidak terjebak dalam tindakan kenakalan atau kejahatan remaja. Bimbingan orang dewasa dalam melatih keterampilan sosial-emosional dapat menjadi salah satu upaya. Keterampilan sosial-emosional merupakan suatu proses untuk mengasah kompetensi mengenali identitas diri, mengenali dan mengelola emosi, bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, bersikap asertif, dan berlaku efektif terhadap berbagai tuntutan sosial. Desain kurikulum dalam penelitian ini dikembangkan dengan mengadaptasi backward design dengan tahapan menetapkan tujuan berupa kompetensi yang diharapkan melekat pada diri siswa, kemudian menentukan kegiatan atau bukti untuk menguji ketercapaian tujuan, dan yang terakhir adalah mendesain pengalaman belajar. Penelitian ini menggunakan studi literatur untuk mencari landasan teori dari fenomena yang terjadi dan merancang solusi untuk fenomena tersebut. Keterampilan sosial emosional memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk diimplementasikan karena tidak hanya dapat mencegah kenakalan dan kriminalitas pada remaja, tetapi juga dapat meningkatkan prestasi akademik siswa.Kata Kunci: Desain backward; desain kurikulum; keterampilan sosial emosional