Fitria Hersiana Afifa
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kajian Kandungan Logam Berat kadmium Pada Air, Sedimen, dan Ikan Bawal (Pampus argenteus) di Tempat Pelelangan Ikan Branta Kabupaten Pamekasan Susi Dwi Widyaningsih; Indah Wahyuni Abida; Febi Ayu Pramithasari; Fitria Hersiana Afifa
Juvenil Vol 3, No 4 (2022)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v3i4.17564

Abstract

ABSTRAKKadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat pencemar di suatu badan perairan yang dapat bersumber dari limbah bahan bakar dan kegiatan industri. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang didalamnya terdapat berbagai aktivitas masyarakat dan juga lalu lalang kapal nelayan berperan menyumbang masukan logam berat Cd ke perairan dan biota. Penelitian dilakukan pada Februari-Maret 2022 untuk mengetahui hubungan kualitas air dengan kelarutan logam Cd; kadar logam Cd pada air, sedimen, dan ikan bawal (P. argenteus) di sekitar TPI Branta, Kabupaten Pamekasan. Kajian secara deskriptif menunjukkan adanya hubungan yang berbanding lurus antara suhu dan tingkat kecerahan perairan dengan tingkat kelarutan logam berat Cd. Sedangkan hubungan pH serta salinitas menunjukkan hasil berbanding terbalik terhadap tingkat kelarutan Cd. Kadar Cd pada air laut sebesar 0,0023 mg/L; sedimen berkisar antara 0,0138-0,0179 mg/L; dan pada ikan bawal (P. argenteus) berkisar 0,0015-0,0019 mg/L. Meninjau baku mutu air laut dan batas logam berat pada pangan, kadar Cd air laut, sedimen dan ikan bawal masih memenuhi baku mutu dengan nilai BAF dan BSAF sebesar 0,7435 dan 0,1084. Batas maksimum konsumsi ikan bawal (P. argenteus) pada orang dewasa sebesar 4631,3 kg/minggu, sedangkan pada anak-anak sebesar 27546,4 kg/minggu.Kata Kunci: logam berat kadmium, Pampus argenteus, batas maksimum konsumsiABSTRACTCadmium (Cd) is a type of heavy metal pollutant in a body of water which can be sourced from fuel waste and industrial activities. The Fish Auction (TPI), in which there are various community activities and also the passing of fishing boats, plays a role in inputting the heavy metal Cd into the waters and biota. The research was conducted in February-March 2022 to determine the relationship between water quality and Cd metal solubility; levels of Cd metal in water, sediment, and pomfret (P. argenteus) around TPI Branta, Pamekasan Regency. Descriptive studies show that there is a directly proportional relationship between temperature and the brightness level of the waters with the solubility level of the heavy metal Cd. Meanwhile, the relationship between pH and salinity shows an inverse relationship with the solubility level of Cd. Cd content in seawater is 0.0023 mg/L; sediment ranged from 0.0138-0.0179 mg/L; and in pomfret (P. argenteus) it ranges from 0.0015 to 0.0019 mg/L. Looking at seawater quality standards and heavy metal limits in food, Cd levels of seawater, sediment and pomfret still meet quality standards with BAF and BSAF values of 0.7435 and 0.1084. The maximum consumption limit for pomfret (P. argenteus) for adults is 4631.3 kg/week, while for children it is 27546.4 kg/week.Keywords: heavy metal cadmium, pomfret, maximum consumption limit
Tingkat Kerentanan Ekosistem Mangrove di Bangkalan Terhadap Variabel Oseanografi Fitria Hersiana Afifa; Farah Gustiana Jana; M. Latif
Juvenil Vol 5, No 3: Agustus (2024)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v5i3.27267

Abstract

ABSTRAKWilayah pesisir memiliki tingkat pemanfaatan yang tinggi, namun di sisi lain wilayah ini sangat mudah mengalami perubahan sehingga dapat dikatakan wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis. Dinamis yang dimaksud yaitu sangat rentan terpengaruh oleh berbagai aktivitas yang terjadi. Apabila mendapat masukan material dari sungai, maka daerah tersebut akan mengalami penambahan luas wilayah atau disebut dengan akresi. Fenomena tersebut dapat terjadi karena ketidak seimbangan pergerakan sedimen dan menyebabkan kerentanan pada ekosistem. Kondisi pesisir di Kabupaten Bangkalan merupakan wilayah yang menjadi aktivitas manusia. Wilayah pesisir yang terdapat hutan mangrove juga terdapat kapal-kapal nelayan yang beraktivitas salah satunya ada di Kecamatan Socah. Penelitian dilakukan di pesisir Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Lokasi titik pengambilan data dilakukan di wilayah pesisir sehingga menjadi 4 (empat) stasiun pengamatan. Dasar penentuan dua stasiun di bagian timur yaitu dengan melihat daerah pesisir yang masih ditemukan vegetasi mangrove. Jenis Mangrove yaitu Stasiun pertama dan kedua ditemukan mangrove dengan jenis Rhizophora mucronata dan Avicennia alba, sedangkan pada stasiun ketiga dan stasiun keempat ditemukan mangrove dengan jenis Rhizophora mucronata, Avicennia alba dan Avicennia marina. Selain jenis mangrove, terdapat pengukuran lainnya seperti tekstur sedimen, laju sedimentasi, salinitas sedimen, nitrat dan fosfat sedimen. Metode yang digunakan dalam pengukuran indeks kerentanan mangrove yaitu menggunakan metode MVI (Mangrove Vulnerability Index) . Hasil yang diperoleh dari analisis indeks kerentanan yaitu berkisar antara peringkat 3.1 sampai dengan 3.4, hal ini menunjukan bahwa tingkat kerentanan pada ekosistem mangrove di Kecamatan Socah masuk dalam ketegori tinggi.Kata Kunci: Mangrove, Kerentanan, Pesisir, SocahABSTRACTCoastal areas have a high level of utilization, but on the other hand, this area is very easily subject to change, so it can be said that coastal areas are very dynamic areas. The dynamic is that it is very susceptible to being influenced by various activities that occur. If you receive material input from rivers, the area will experience an increase in area or what is called accretion. This phenomenon can occur due to imbalance in sediment movement and cause vulnerability to the ecosystem. Coastal conditions in Bangkalan Regency are areas subject to human activity. Coastal areas containing mangrove forests also have fishing boats active, one of which is in Socah District. The research was conducted on the coast of Socah District, Bangkalan Regency. The location of data collection points was carried out in coastal areas, resulting in 4 (four) observation stations. The basis for determining the two stations in the east is to look at coastal areas where mangrove vegetation is still found. Mangrove types, namely at the first and second stations, mangroves were found with the types Rhizophora mucronata and Avicennia alba, while at the third and fourth stations mangroves were found with the types Rhizophora mucronata, Avicennia alba and Avicennia marina. Apart from the type of mangrove, there are other measurements such as sediment texture, sedimentation rate, sediment salinity, sediment nitrate and phosphate. The  method  used  to  measure  the  mangrove  vulnerability  index  is the MVI (Mangrove Vulnerability Index) method. The results obtained from the vulnerability index analysis ranged from 3.1 to 3.4, this shows that the level of vulnerability in the mangrove ecosystem in Socah District is in the high category.Key words: Mangrove, Vulnerability, Coastal, Socah