Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PEMBENTUKAN BINTILAKAR PADA CEMARA UDANG Atmanto, Winastuti Dwi; Sumardi, Sumardi; Kabirun, Siti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTNitrogen fixation not only occurs in the symbiosis between legumes and Rhizobium bacteria, but also between non- legume plants and other type of microorganisms, for example symbiosis between Casuarina equisetifolia and Frankia. The morphological characteristics of C. equisefolia is not widely known yet, especially its nodule formation and its capacity to fix nitrogen. This research was aimed to 1) investigate the characteristics of Frankia root nodules of C. equsetifolia at pot and field experiment, 2) acquire the Frankia isolates which are fastest formed on C. equsetifolia. Observation of  the rate of root nodules formation carried out in pots with zeolite planting medium. Isolates used as treatments were derived from the selection of the different morphological characteristics of isolates from some coastal areas, namely: Madura (M1, M3, M4, M5, M6, M7, M8, M10, M11), Tepus (T1, T2, T3, T4), Samas (S1) and without inoculation (Kt) as control. Each of isolate was inoculated into 4 seedlings. The formation, development and amount of root nodules were observed every 2 weeks. The results found similar forms of  root nodules in the pot and field experiment. The outer part of root nodules performed soft colour but getting darker and harder inside the nodules. Root nodulation was observed at all isolates 4 weeks after inoculation, with mean number of nodules is 2.55 (34.86%). This study concluded that the isolates of M5 and M6 are best to use as a source of inoculum for the production of C. equisetifolia seedlings, because of its ability to form root nodule concurrently within 2 weeks.ABSTRAKMekanisme penambatan nitrogen tidak hanya terjadi pada simbiosis antara jenis Legum dengan Rhizobium, tetapi juga antara jenis non-legum dengan jenis mikroorganisma yang lain. Contohnya adalah antara jenis cemara udang dengan Frankia. Karakter morfologi jenis ini belum banyak diketahui terutama pada kemampuan pembentukan bintil akar dan kapasitasnya dalam menambat nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tentang karakteristik bintil akar jenis cemara udang pada percobaan pot dan lapangan, 2) mendapatkan isolat Frankia dari bintil akar yang paling cepat membentuk bintil akar pada tanaman cemara udang. Pengamatan terhadap kecepatan pembentukan bintil akar dilakukan di dalam pot dengan media tanam zeolit. Isolat yang digunakan sebagai perlakuan diperoleh dari seleksi terhadap karakteristik morfologi isolat yang berbeda dari tanaman asal Madura (M1, M3, M4, M5, M6, M7, M8, M10, M11), Tepus (T1, T2, T3, T4), Samas (S1) dan tanpa inokulasi (Kt). Masing- masing isolat diinokulasikan pada 4 (empat) semai cemara udang. Pengamatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali, diamati perkembangan, pembentukan dan jumlah bintil akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesamaan ragam bentuk bintil akar cemara udang dalam percobaan pot dan lapangan. Bagian permukaan bintil akar dalam pertumbuhannya selalu berwarna lebih muda, makin ke arah dalam semakin gelap dan keras. Semua isolat yang diuji pada semai cemara udang mampu membentuk bintil akar setelah 4 (empat) minggu diinokulasi dengan rata-rata jumlah bintil akar yang terbentuk 2,55 buah (34,86%). Isolat M5 dan M6 paling baik digunakan sebagai sumber inokulum untuk pembuatan semai cemara udang, karena dalam waktu 2 (dua) minggu semua bibit serempak membentuk bintil akar.
Pertumbuhan Cabang Kayu Cemara pada Jarak Tanam yang Berbeda Atmanto, Winastuti Dwi; Winarni, Widaryanti Wahyu; Primardiyatni, Bayu; Danarto, Sri
Life Science Vol 8 No 2 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/lifesci.v8i2.37100

Abstract

Casuarina equisetifolia is one type of tree that produces firewood with very good quality, flammable even in green conditions. Plant spacing is one part of the application of silvicultural techniques that are very important in the management of plantations. The use of different plant spacing will have different growth effects on trees. This study seeks to analyze the growth of evergreen stems and branches planted in various spacing. Retrieval of data using a sampling technique with three samples for each treatment. Sources of variation studied were 3 spacing (3x3m, 3x2m, 3x1m), at each spacing that was planted with udang and Belitung evergreen. Thus there is a combination of 6 sources of variation with a total of 18 sample trees. The observed characters are the height and diameter of the tree, the length, and a number of the order of branches, the wet weight of the fir. Environmental data and other supporting data are described qualitatively. The results showed the fir species planted with a spacing of 3x2m produced the highest number of orders, the highest wet weight. Belitung Casuarina equisetifolia planted with a spacing of 3x2m produces the highest average number of order lengths. Keywords: Casuarina equisetifolia, plantations, cemara, jarak tanam, pertumbuhan cabang. Pohon cemara adalah salah satu jenis pohon yang menghasilkan kayu bakar dengan kualitas yang sangat baik, mudah terbakar meskipun dalam kondisi hijau. Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu bagian aplikasi teknik silvikultur yang sangat penting dalam pengelolaan hutan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang berbeda akan memberikan dampak pertumbuhan yang berbeda pada pohon. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis pertumbuhan batang dan cabang cemara yang ditanam dalam berbagai jarak tanam. Pengambilan data menggunakan teknik sampling dengan tiga sampel untuk setiap perlakuan. Sumber variasi yang diteliti adalah 3 jarak tanam (3x3m, 3x2m, 3x1m), pada setiap jarak tanam itu telah ditanam cemara udang dan belitung secara random. Dengan demikian terdapat kombinasi 6 sumber variasi dengan total 18 pohon sampel. Karakter yang diamati adalah tinggi dan diameter pohon, panjang dan jumlah orde cabang, berat basah cemara. Data lingkungan dan data pendukung lainya didiskripsikan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan cemara jenis udang yang ditanam dengan jarak tanam 3x2m menghasilkan rerata jumlah orde, berat basah paling tinggi. Cemara jenis belitung yang ditanam dengan jarak tanam 3x2m menghasilkan rerata jumlah panjang orde paling tinggi. Kata kunci: Casuarina equisetifolia, plantations, cemara, jarak tanam, pertumbuhan cabang
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PEMBENTUKAN BINTILAKAR PADA CEMARA UDANG Winastuti Dwi Atmanto; Sumardi Sumardi; Dja'far Shiddieq; Siti Kabirun
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.3.155-163

Abstract

Mekanisme penambatan nitrogen tidak hanya terjadi pada simbiosis antara jenis Legum dengan Rhizobium, tetapi juga antara jenis non legum dengan jenis mikroorganisma yang lain. Contohnya adalah antara jenis cemara udang dengan Frankia. Karakter morfologi jenis ini belum banyak diketahui terutama pada kemampuan pembentukan bintil akar dan kapasitasnya dalam menambat nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tentang karakteristik bintil akar jenis cemara udang pada percobaan pot dan lapangan, 2) mendapatkan isolat Frankia dari bintil akar yang paling cepat membentuk bintil akar pada tanaman cemara udang. Pengamatan terhadap kecepatan pembentukan bintil akar dilakukan di dalam pot dengan media tanam zeolit. Isolat yang digunakan sebagai perlakuan diperoleh dari seleksi terhadap karakteristik morfologi isolat yang berbeda dari tanaman asal Madura (M1, M3, M4, M5, M6, M7, M8, M10, M11), Tepus (T1, T2, T3, T4), Samas (S1) dan tanpa inokulasi (Kt). Masing- masing isolat diinokulasikan pada 4 (empat) semai cemara udang. Pengamatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali, diamati perkembangan, pembentukan dan jumlah bintil akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesamaan ragam bentuk bintil akar cemara udang dalam percobaan pot dan lapangan. Bagian permukaan bintil akar dalam pertumbuhannya selalu berwarna lebih muda, makin ke arah dalam semakin gelap dan keras. Semua isolat yang diuji pada semai cemara udang mampu membentuk bintil akar setelah 4 (empat) minggu diinokulasi dengan rata-rata jumlah bintil akar yang terbentuk 2,55 buah (34,86%). Isolat M5 dan M6 paling baik digunakan sebagai sumber inokulum untuk pembuatan semai cemara udang, karena dalam waktu 2 (dua) minggu semua bibit serempak membentuk bintil akar.
Perbaikan Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Lahan Muara Sungai Progo pasca Rehabilitasi melalui Penanaman Bogem (Sonneratia sp) Eny Faridah; Daryono Prehaten; Cahyono Agus Dwi Koranto; Winastuti Dwi Atmanto; Haryono Supriyo; Handojo Hadi Nurjanto
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 15 No 2 (2021): September
Publisher : Faculty of Forestry Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2234.104 KB) | DOI: 10.22146/jik.v15i2.1802

Abstract

Mangrove planting in Progo River Esturaine in Kulon Progo was hindered by its marginal conditions, where the land was dominated by very dynamic sandy substrat. This condition has caused the growth of various planted mangrove seedlings by Forestry UGM team (2015-2016) was very low. Nevertheless, it was found that Sonneratia can grow well in the location. It was expected that Sonneratia can improve site condition so it became suitable for the growth of other mangrove species. This research aimed to assess soil properties of Progo River estuarine after rehabilitation using Sonneratia. Characterisation of soil physical (texture) and chemical (salinity, pH, and soil organic matter) properties were conducted in the Laboratory of Tree Physiology and Forest Soil, Faculty of Forestry UGM. Soil samples were collected from Sonneratia plant area in various growing conditions. The results showed that growth of Sonneratia affected soil physical properties particularly increasing the proportion of clay and silt, but not soil texture class. In general, more proportion of clay and sand were detected in the bigger Sonneratia plants and in the outer section of root system. The growth of Sonneratia also affected soil chemical properties particularly soil organic matter but not soil pH and salinity.
Optimalisasi Penggunaan Lahan dengan Sistem Agroforestri di Desa Ngancar, Ngawi: Land Use Optimization using Agroforestry System in Ngancar Village, Ngawi Winastuti Dwi Atmanto; Priyono Suryanto; Adriana Adriana; Ananto Triyogo; Eny Faridah; Daryono Prehaten; Budiadi Budiadi
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2023): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v8i2.3938

Abstract

Most of the people live in Ngancar village, Pitu sub-district, Ngawi  district, East Java  are farmers. They cultivate crops not only on their privately-owned land but also on Perhutani’s forest land which is dominated by old teak stands. One of the problem in cultivating agricultural crops under old teak stands is the crown cover. It will significantly reduce the light intensity received by crops, and consequently decreasing the yield potential. Knowledge about the shade tolerant species and various silvicultural techniques should be understood and practiced by farmers, so that they can optimize the land use and achieve the high yield. Community service activities by Team of Silviculture Department, Faculty of Forestry UGM are carried out by establishing demonstration plot, maintenance, evaluation of plant growth and health, as well as problem identification and evaluation of successful cultivation under agroforestry system. Observation, focus group discussion, interview, questionnaire and counselling are implemented in order to collect related data and information. This community service activity uses descriptive qualitative approach. Outcome from this community service activity is recommendation of several shade tolerant species which can be cultivated under the old stands such as longan, avocado, and ginger. In addition, silvicultural treatment such as embroidery, weeding, and pest and disease control should be intensively managed  in agroforestry practice in order to achieve optimal yield productivity.