Asep Jatnika
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TRANSFORMASI KETUK TILU DARI BENTUK RITUAL KE BENTUK PERTUNJUKAN Hesti Hesti; Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 2, No 2 (2015): "Wayang Bayang-bayang Kehidupan"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v2i2.2461

Abstract

Ketuk tilu mapag hujan di desa Tanjungsiang merupakan tradisi yang sejak enam tahun kebelakang tidak dilaksanakan lagi, karena cara berfikir masyarakat penyangganya yang sudah mulai berubah. Mengingat nilai-nilai tradisi yang terkandung dalam kesenian tersebut, Balai Pengelolaan Taman Budaya pada tahun 2012 menyelenggarakan kegiatan revitalisasi. Kegiatan revitalisasi ini menarik perhatian penulis untuk dikaji dengan mengangkat permasalahan seputar bentuk karena diduga telah terjadi perubahan atau pengembangan dari bentuk asalnya. Penelitian ini bertujuan untuk sejauh mana perubahan yang terjadi pada sisi aspek dan susunan pertunjukannya. peneitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang oleh sebab itu menggunakan metode deskriftif-analisis. Pengumpulan data dilakukan melalui studi/pustaka rekaman audio visual, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada semua aspeknya yang meliputi pelaku, koreografi, musik, perlengkapan dan tempat pertunjukkan. Begitu pula perubahan terjadi pada susunan pertunjukannya meliputi bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Kata Kunci: Ketuk Tilu Mapag Hujan, Taman Budaya, Revitalisasi, Perubahan/Transformasi.
REVITALISASI IBING TAYUB BALANDONGAN KHAS KASUMEDANGAN Jatnika, Asep; Rasidin, Dindin
Jurnal Seni Makalangan Vol 10, No 2 (2023): "Tari Dalam Genggaman Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v10i2.3400

Abstract

ABSTRAK Tayub Balandongan merupakan ibing kalangenan yang menjadi ikon daerah Sumedang Jawa Barat. Kata Balandongan diambil dari tempat atau arena pertunjukan tayuban yang dilaksanakan di panggung Balandongan (outdoor). Adapun target dari penelitian ini yaitu merevitalisasi Tayub Balandongan dengan membuat model ibing tayub gaya baru, juga bertujuan melestarikan kembali ibing tayub dalam penafsiran baru, sehingga dapat hidup kembali di tengah masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dengan masuknya pengaruh modernisme. Metode yang diterapkan, menggunakan metode Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesinambungan, karena memuat siklus partisipasi, riset, dan aksi. Target luaran yang ingin dicapai menghadirkan kembali ibing tayub dalam bentuk lain secara tekstual dan kontekstual sehingga dapat berkembang di masyarakat. Kata Kunci: Ibing Tayub, Balandongan, Ronggeng. ABSTRACT REVITALIZATION OF IBING TAYUB BALANDONGAN THE CHARACTERISTIC OF KASUMEDANGAN, DECEMBER 2023. Tayub Balandongan is an ibing kalangenan which has become an icon of the Sumedang area, West Java. The word Balandongan is taken from the place or arena of tayuban performances which are held on the Balandongan (outdoor) stage. The target of this research is to revitalize Tayub Balandongan by creating a new style of ibing tayub, and also aims to preserve ibing tayub in a new interpretation, so that it stays exist in a society which is experiencing a transition process with the influence of modernism. The method applied in this research is the Participation Action Research (PAR) method. This method has continuity, because it contains a cycle of participation, research and action. The output target to be achieved is bringing back ibing tayub in another form both textually and contextually so that it may develop in society. Keywords: Ibing Tayub, Balandongan, Ronggeng.
IBING TAYUB KHAS KASUMEDANGAN SEBAGAI INSPIRASI GARAP TARI RINGKANG MENAK Jatnika, Asep; Oktriyadi, Riky
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2384

Abstract

Ada dua bentuk Ibing Tayub yang terdapat di daerah Sumedang yaitu tayub menak dan tayub somah. Tayub menak penarinya merupakan para menak karena menari dalam peristiwa tayuban merupakan sebagai identitas sosial, salah satu syarat seorang bangsawan yaitu terampil ibing tayub. Sedangkan tayub somah pelakunya merupakan masyarakat biasa yang meniru kebiasaan menak, karena anggapan masyarakat bahwa bangsawan atau menak merupakan panutan. Peran ronggeng dalam tayub sangat signifikan karena merupakan roh dalam pertunjukan dan ronggeng merupakan magnet nya pertujukan tayuban. Penelitian karya seni untuk membuat alternatif karya tari inovatif yang beripijak pada ibing tayub khas kasumedangan, juga bertujuan melestarikan kembali ibing tayub dalam penafsiran lain, sehingga dapat hidup kembali di tengah masyarakat yang sedang mengalami proses transisi masuknya pengaruh modernisme. Metode yang diterapkan, menggunakan metode Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesi-nambungan, karena memuat siklus partisipasi, riset, dan aksi. Target luaran yang ingin dicapai menghadirkan kembali ibing tayub dalam bentuk kemasan baru secara tekstual dan kontekstual sehingga diharapkan dapat hidup di masyarakat. Kata Kunci: Ibing Tayub, Ronggeng, Kasumedangan. ABSTRACT IBING TAYUB SPECIAL KASUMEDANGAN AS AN INSPIRATION FOR WORKING ON THE MENAK RINGKANG DANCE. December 2022. Two forms Ibing Tayub that found in Sumedang, there are the tayub menak and tayub somah. The dancer of tayub menak is a nobleman because dance in tayuban is part of social identity since the condition of the nobleman is to be skilled in ibing tayub. While the dancer of tayub somah is the commoner that imitates the tradition of the nobleman, it is based on the belief that the nobleman is the role model. The appearance of ronggeng is very significant because it is the soul of the show and not only that ronggeng is also a magnet of the tayuban show. The study of this artwork is to make an alternative of innovative ibing work that stands on ibing tayub, also to maintain the ibing tayub in other perception, in purpose to regenerate it in the middle of society who go through the modern transition. The method used is the Participation Action Research (PAR). This method has a continuity because consists of the cycle of participation, research, and action. the output target to achieve is to reintroduce ibing tayub in other forms of textual or contextual until it can develop in the middle of society. Keywords: Ibing Tayub, Ronggeng, Kasumedangan.
IBING KALANGENAN DI KALANGAN KAUM SOMAH DALAM TAYUB BALANDONGAN Jatnika, Asep; Hadi, Sopian
Jurnal Seni Makalangan Vol 11, No 1 (2024): "Menggali Akar, Mencipta Ragam Rupa Kinestetika"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v11i1.3410

Abstract

ABSTRAK Tayub balandongan sebagai ibing kalangenan yang menjadi ikon daerah Situraja Sumedang Jawa Barat. Ada dua jenis ibing tayub, diantaranya tayub menak dikenal dengan istilah tayub pendopo dan tayub somah atau tayub liar dengan istilah tayub balandongan. Tayub menak penarinya merupakan para bangsawan karena ada suatu keharusan sebagai salah satu syarat untuk menjadi seorang bangsawan yaitu terampil ibing tayub, karena tampil menari dalam peristiwa tayuban sebagai identitas sosial bagi menak. Sedangkan tayub balandongan pelakunya merupakan masyarakat biasa yang dikenal kaum somah yang meniru kebiasaan menak. Mereka memiliki anggapan bahwa bangsawan atau menak merupakan panutan bagi masyarakat sehingga pola perilaku dan kebiasannya harus ditiru, salah satunya yaitu ngibing dengan ronggeng di Balandongan. Balandongan merupakan arena pertunjukan tayuban yang letaknya di luar gedung (out door), dan peran ronggeng dalam peristiwa tayuban mempunyai daya pikat yang luar biasa sebagai roh dalam pertunjukan ibing tayub balandongan. Kata Kunci: Ibing Tayub Balandongan, Kalangenan, Ronggeng. ABSTRACT IBING KALANGENAN IN THE SOMAH IN TAYUB BALANDONGAN, JUNE 2024. Tayub Balandongan as Ibing Kalangenan which becomes the icon of Situraja Sumedang West Java. There are two types of Ibing Tayub, namely Tayub Menak known as Tayub Pendopo and Tayub Somah or Tayub Liar called as Tayub Balandongan. The dancers of Tayub Menak are noblemen because there is a necessity as one of the requirements to become noblemen, they must be skilled at Ibing Tayub, because it appeared that dancing in the Tayuban event as a social identity for Menak. Whereas in Tayub Balandongan the performers are ordinary people known as the Somah who imitate the habits of the Menak. They have assumption that nobles or Menak are role models for the community so their pattern of behavior and habits must be imitated, one of which is ngibing with ronggeng in Balandongan. Balandongan is a Tayuban performance arena which is located outside the building (out door), and the role of ronggeng in Tayuban event has an extraordinary allure as a spirit in the performance of Ibing Tayub Balandongan. Keywords: Ibing Tayub Balandongan, Kalangenan, Ronggeng.
REVITALISASI IBING TAYUB BALANDONGAN KHAS KASUMEDANGAN Jatnika, Asep; Rasidin, Dindin
Jurnal Seni Makalangan Vol. 10 No. 2 (2023): "Tari Dalam Genggaman Tradisi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v10i2.3400

Abstract

ABSTRAK Tayub Balandongan merupakan ibing kalangenan yang menjadi ikon daerah Sumedang Jawa Barat. Kata Balandongan diambil dari tempat atau arena pertunjukan tayuban yang dilaksanakan di panggung Balandongan (outdoor). Adapun target dari penelitian ini yaitu merevitalisasi Tayub Balandongan dengan membuat model ibing tayub gaya baru, juga bertujuan melestarikan kembali ibing tayub dalam penafsiran baru, sehingga dapat hidup kembali di tengah masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dengan masuknya pengaruh modernisme. Metode yang diterapkan, menggunakan metode Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesinambungan, karena memuat siklus partisipasi, riset, dan aksi. Target luaran yang ingin dicapai menghadirkan kembali ibing tayub dalam bentuk lain secara tekstual dan kontekstual sehingga dapat berkembang di masyarakat. Kata Kunci: Ibing Tayub, Balandongan, Ronggeng. ABSTRACT REVITALIZATION OF IBING TAYUB BALANDONGAN THE CHARACTERISTIC OF KASUMEDANGAN, DECEMBER 2023. Tayub Balandongan is an ibing kalangenan which has become an icon of the Sumedang area, West Java. The word Balandongan is taken from the place or arena of tayuban performances which are held on the Balandongan (outdoor) stage. The target of this research is to revitalize Tayub Balandongan by creating a new style of ibing tayub, and also aims to preserve ibing tayub in a new interpretation, so that it stays exist in a society which is experiencing a transition process with the influence of modernism. The method applied in this research is the Participation Action Research (PAR) method. This method has continuity, because it contains a cycle of participation, research and action. The output target to be achieved is bringing back ibing tayub in another form both textually and contextually so that it may develop in society. Keywords: Ibing Tayub, Balandongan, Ronggeng.
IBING KALANGENAN DI KALANGAN KAUM SOMAH DALAM TAYUB BALANDONGAN Jatnika, Asep; Hadi, Sopian
Jurnal Seni Makalangan Vol. 11 No. 1 (2024): "Menggali Akar, Mencipta Ragam Rupa Kinestetika"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v11i1.3410

Abstract

ABSTRAK Tayub balandongan sebagai ibing kalangenan yang menjadi ikon daerah Situraja Sumedang Jawa Barat. Ada dua jenis ibing tayub, diantaranya tayub menak dikenal dengan istilah tayub pendopo dan tayub somah atau tayub liar dengan istilah tayub balandongan. Tayub menak penarinya merupakan para bangsawan karena ada suatu keharusan sebagai salah satu syarat untuk menjadi seorang bangsawan yaitu terampil ibing tayub, karena tampil menari dalam peristiwa tayuban sebagai identitas sosial bagi menak. Sedangkan tayub balandongan pelakunya merupakan masyarakat biasa yang dikenal kaum somah yang meniru kebiasaan menak. Mereka memiliki anggapan bahwa bangsawan atau menak merupakan panutan bagi masyarakat sehingga pola perilaku dan kebiasannya harus ditiru, salah satunya yaitu ngibing dengan ronggeng di Balandongan. Balandongan merupakan arena pertunjukan tayuban yang letaknya di luar gedung (out door), dan peran ronggeng dalam peristiwa tayuban mempunyai daya pikat yang luar biasa sebagai roh dalam pertunjukan ibing tayub balandongan. Kata Kunci: Ibing Tayub Balandongan, Kalangenan, Ronggeng. ABSTRACT IBING KALANGENAN IN THE SOMAH IN TAYUB BALANDONGAN, JUNE 2024. Tayub Balandongan as Ibing Kalangenan which becomes the icon of Situraja Sumedang West Java. There are two types of Ibing Tayub, namely Tayub Menak known as Tayub Pendopo and Tayub Somah or Tayub Liar called as Tayub Balandongan. The dancers of Tayub Menak are noblemen because there is a necessity as one of the requirements to become noblemen, they must be skilled at Ibing Tayub, because it appeared that dancing in the Tayuban event as a social identity for Menak. Whereas in Tayub Balandongan the performers are ordinary people known as the Somah who imitate the habits of the Menak. They have assumption that nobles or Menak are role models for the community so their pattern of behavior and habits must be imitated, one of which is ngibing with ronggeng in Balandongan. Balandongan is a Tayuban performance arena which is located outside the building (out door), and the role of ronggeng in Tayuban event has an extraordinary allure as a spirit in the performance of Ibing Tayub Balandongan. Keywords: Ibing Tayub Balandongan, Kalangenan, Ronggeng.
Revitalisasi Tari Tradisi di Situasi Pandemi Sumiati, Lilis; Jatnika, Asep
PANGGUNG Vol 31 No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1786

Abstract

Tari Wayang merupakan salah satu tari tradisi yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Salah satunya berkembang di Sumedang yang diciptakan oleh Raden Ono Lesmana Kartadikusumah sejak tahun 1930-an. Setelah menapaki sekitar 90 tahun, tari Yudawiyata mengalami kepunahan. Oleh karena itu, menggiring pembentukan motivasi untuk melakukan revitalisasi. Dasar pemikiran ini dilandasi bahwa tari tersebut menjadi satu-satunya bentuk karya tari perang wayang berpasangan gaya Sumedang. Tarian ini diwujudkan pada tahun 1957, yang menggambarkan tentang dua orang satria sedang berlatih perang sebelum memasuki medan laga. Upaya revitalisasi ini ditempuh dengan dua tahap yakni rekonstruksi dan implementasi. Tahap rekonstruksi menggunakan pendekatan interpretasi yang memuat (to ekspress), (to explain), dan (to translate) sedangkan kreativitas diarahkan pada ranah gubahan. Metode yang dianggap relevan dalam ranah revitalisasi yakni Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesinambungan, karena memuat siklus partisipasi, riset, dan aksi. Partisipasi merupakan bentuk sikap kepedulian untuk menghidupkan kembali tari Yudawiyata yang sudah punah, melalui rekonstruksi. Bentuk kepedulian tersebut dilatarbelakangi dengan adanya riset yang dilakukan sebelumnya. Kemudian aksi merupakan bentuk aktivitas dalam melakukan rekonstruksi dan implementasi tari Yudawiyata. Tahap implementasi dilakukan melalui pelatihan secara hybrid antara luring dan daring di Padepokan Sekar Pusaka Kata kunci: tari yudawiyata, rekonstruksi, kreativitas, implementasi