Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PETISI DARING SEBAGAI BENTUK PARTISIPASI WARGA NEGARA DI ERA DIGITAL Addiputra, Ahmad Faadhila; Rahman, Faiz Aulia; Madelin, Monique; Mumpuni, Putri Ramadini; Saepudin, Epin
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 29, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v29i2.29801

Abstract

Saat ini, segala aspek kehidupan manusia tidak lepas dari teknologi. Teknologi telah ikut serta dalam mewujudkan hak-hak manusia sebagai warga negara untuk menyampaikan aspirasinya. Penelitian ini menganalisis bagaimana partisipasi digital masyarakat Indonesia melalui petisi dalam jaringan. Subjek yang dituju pada penelitian ini adalah mahasiswa sarjana Institut Teknologi Bandung (ITB). Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, studi kasus, dan penyebaran kuesioner. Studi kasus dilakukan dengan menganalisis berbagai petisi online, salah satunya adalah petisi online mengenai Omnibus Law. Survei disebar melalui Google form yang disebarkan di kalangan mahasiswa ITB. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa ITB rata-rata memahami petisi daring dan rata-rata pernah mengisinya sebanyak 5 hingga 7 kali. Petisi daring bersifat cukup efektif namun harus dibarengi dengan advokasi lanjutan. Kami menyarankan pembaca untuk lebih mencari tahu lagi bagaimana advokasi lanjutan dari petisi daring, dan pemerintah seharusnya membuat peraturan perundang-undangan mengenai petisi daring.
Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Civic Philanthropy untuk Pemenuhan Hak Politik Penyandang Disabilitas Nanggala, Agil; Suryadi, Karim; Darmawan, Cecep; Saepudin, Epin; Avila, Roel V.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 9, No 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um019v9i2p101-111

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis relevansi dan konstruksi pendidikan kewarganegaraan berbasis civic philanthropy terhadap pemenuhan hak politik penyandang disabilitas. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode literature review. Pendidikan kewarganegaraan berbasis civic philanthropy relevan terhadap pemenuhan hak politik penyandang disabilitas. Pendidikan kewarganegaraan berbasis civic philanthropy dapat ditinjau berdasarkan civic education dan citizenship education. Pendidikan kewarganegaraan berbasis civic philanthropy dalam paradigma civic education mengarah pada pembelajaran tentang konsep kesetaraan, sedangkan dalam paradigma citizenship education mengarah pada penguatan sikap toleransi dalam masyarakat. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis civic philanthropy untuk memenuhi hak politik penyandang disabilitas dilaksanakan melalui pendekatan service learning dengan kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, komunitas, swasta, dan media.
Transformative Citizenship Education: Strengthening Civic Engagement to Empower People with Disabilities Nanggala, Agil; Suryadi, Karim; Darmawan, Cecep; Saepudin, Epin
JISPO Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 15 No. 1 (2025): JISPO Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Publisher : Faculty of SociaI and Political Sciences (FISIP), Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jispo.v15i1.45598

Abstract

Disability in Indonesia and globally remains closely associated with systemic discrimination, as legal protections alone have not been sufficient to dismantle stigma rooted in ableism, isolation, and exclusion. Citizenship education, when integrated with disability studies, offers a constructive framework for promoting inclusivity and civic participation in line with the social model of disability, which challenges the medical and charity models that perpetuate marginalization. This study aims to analyse how disability studies can be integrated into non-formal citizenship education to strengthen civic engagement that empowers people with disabilities and reflects transformative citizenship and civic empowerment. This research used a qualitative descriptive method with purposive and snowball sampling. Data were collected through interviews and observations with people with disabilities and their families, philanthropic communities, election officials, disability service units in higher education, and experts in citizenship education, health, public policy, and Pancasila studies. The findings show that empowerment initiatives—such as philanthropic programs, service learning, and inclusive election practices—are present but remain fragmented, ceremonial, and constrained by weak inter-sectoral collaboration. Nonetheless, the integration of service learning and pentahelix collaboration strengthens civic competence, youth leadership, and inclusive participation in communities. This study concludes that Indonesia’s Pancasila citizenship model provides a strong normative foundation for embedding disability empowerment in citizenship education. Its contribution lies in expanding citizenship education theory through disability perspectives while offering practical strategies for cross-sectoral collaboration. The implication is the need for sustainable policies and civic practices to transform legal guarantees into inclusive social justice.  Disabilitas di Indonesia maupun global masih terkait dengan diskriminasi sistemik, karena perlindungan hukum belum cukup untuk menghapus stigma yang berakar pada ableisme, isolasi, dan eksklusi. Pendidikan kewarganegaraan yang terintegrasi dengan kajian disabilitas menawarkan kerangka untuk memperkuat inklusivitas dan partisipasi kewargaan sesuai model sosial disabilitas, yang menolak model medis dan amal yang sering melanggengkan marginalisasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana kajian disabilitas dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan kewarganegaraan non-formal untuk memperkuat keterlibatan kewargaan yang memberdayakan penyandang disabilitas serta merefleksikan kewargaan transformatif. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik purposive dan snowball sampling. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap penyandang disabilitas dan keluarga, komunitas filantropi, penyelenggara pemilu, unit layanan disabilitas di perguruan tinggi, serta para ahli pendidikan kewarganegaraan, kesehatan, kebijakan publik, dan Pancasila. Hasil menunjukkan bahwa inisiatif pemberdayaan—seperti program filantropi, service learning, dan praktik pemilu inklusif—sudah ada, namun masih terfragmentasi, seremonial, dan terkendala lemahnya kolaborasi lintas sektor. Meski demikian, integrasi service learning dan kolaborasi pentahelix terbukti memperkuat kompetensi kewargaan, kepemimpinan pemuda, dan partisipasi inklusif di masyarakat. Kesimpulannya, model kewarganegaraan Pancasila memberi dasar normatif kuat untuk mengintegrasikan pemberdayaan disabilitas dalam pendidikan kewarganegaraan. Kontribusi penelitian ini adalah memperluas teori pendidikan kewarganegaraan melalui perspektif disabilitas serta menawarkan strategi praktis kolaborasi lintas sektor. Implikasinya, diperlukan kebijakan berkelanjutan dan praktik kewargaan kolaboratif untuk mewujudkan keadilan sosial yang inklusif.