Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Al-Quran Di SDN Pangkatrejo ahdah, siti aisyah; Sholihah, Khotimatus; Shoimah, Retno Nuzilatus
Jurnal Murid Vol 1 No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Agama Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reading and Writing Al-Qur'an (BTQ) is an initial stage that must be taken to deepen the religion of Islam. Learning to read and write the Qur'an should be taught to every Muslim student at all levels of education, both formal and non-formal education. The purpose of writing this article is (1) to find out the implementation of learning to read and write the Koran to improve the ability to read and write the Koran at SDN Pangkatrejo. (2) to find out the supporting and inhibiting factors of learning to read and write the Koran. The design used in this research is field research. Data collection tools using interviews, observation and documentation. The data analysis technique uses qualitative data analysis techniques based on Miles and Hubermean theory which consists of three stages, namely data reduction, data display and conclusion/verification. The design used in this research is field research. Data collection tools using interviews, observation and documentation. The data analysis technique uses qualitative data analysis techniques based on Miles and Hubermean theory which consists of three stages, namely data reduction, data display and conclusion/verification. Learning to Read and Write the Al-Quran at SDN Pangkatrejo is carried out in the form of learning tajwid rules, practicing the pronunciation of hijaiyyah letters fluently, and reading the Al-Quran and An Nahdliyah Book which consists of 6 volumes directly in front of the teacher. Supporting and inhibiting factors that occur in learning to read and write the Koran are teachers, students and the surrounding environment. The conclusion from the discussion is that learning to read and write the Koran is a lesson that learns to read and write the Koran so that students are smarter in learning to read and write the Koran. Supporting and inhibiting factors that occur in learning to read and write the Koran are teachers, students and the surrounding environment.
Pengarusutamaan Rencana Program Mitigasi Perubahan Iklim dengan Pendekatan Kelembagaan di Kementerian Perhubungan Triastuti, Umiyatun Hayati; Sholihah, Khotimatus; Nugraha, Brian Nararya; Nugroho, Dio Agro
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 34 No. 1 (2022): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v34i1.2094

Abstract

Sebagai upaya pengendalian dampak perubahan iklim, pemerintah Indonesia mendukung berbagai upaya mitigasi dampak perubahan iklim melalui komitmen nasional dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Sektor transportasi yang merupakan bagian dari subsektor energi berkontribusi penting dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sehingga menjadi bagian utama dari program mitigasi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi pengarusutamaan komitmen dan program perubahan iklim pada sektor transportasi berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan penerapan prinsip Whole of Government (WOG) dengan studi kasus pada sektor transportasi udara. Penelitian ini menggunakan data primer hasil Focus Grup Discussion (FGD) dan data sekunder dari berbagai dokumen yang relevan. Metode analisis menggunakan pendekatan analisis kesenjangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan sistem pengukuran, pelaporan, dan verifikasi yang akuntabel. Perencanaan dan koordinasi yang komprehensif antarpemangku kepentingan dan sumber daya manusia yang mampu menjalankan program secara optimal diperlukan sehingga dapat menjamin akurasi laporan penurunan emisi untuk menghindari perhitungan ganda. Di masa mendatang, keberhasilan pengarusutamaan program perubahan iklim di subsektor transportasi udara dapat menjadi patokan pembanding (benchmark) bagi subsektor transportasi lainnya.
Analisis peran perwira kapal saat kondisi darurat di perairan sempit Widiyantoro, Muhamad; Sholihah, Khotimatus
Journal Marine Inside Vol. 7 No. 1 (2025)
Publisher : Politeknik Pelayaran Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62391/ejmi.v7i1.111

Abstract

Insiden blackout pada MV Dali saat melintas di perairan sempit di bawah Jembatan Francis Scott Key, Baltimore, menegaskan tingginya risiko pelayaran di alur terbatas—situasi yang juga kerap ditemui pada kapal-kapal yang melayari sungai besar di Indonesia. Dalam konteks ini, kecakapan pelaut (ordinary seamanship) dan kesiapsiagaan perwira anjungan dalam menghadapi keadaan darurat menjadi prasyarat mutlak. Pelatihan berulang dan terstruktur diperlukan untuk memastikan respons yang cepat, tepat, dan terkoordinasi. Penelitian ini bertujuan merumuskan kebijakan peningkatan kompetensi pelaut dan keselamatan pelayaran di perairan sempit melalui penguatan kemampuan teknis dan prosedural awak, standarisasi latihan keadaan darurat, serta penyiapan sistem dukung operasional yang berkesinambungan. Temuan diharapkan menjadi dasar bagi penyusunan program pelatihan, pembaruan prosedur darurat, dan peningkatan tata kelola keselamatan di alur pelayaran sempit.   The blackout incident on MV Dali while transiting the confined waters beneath the Francis Scott Key Bridge in Baltimore highlights the high risks of navigation in restricted channels—conditions also frequently encountered by vessels operating on Indonesia’s major rivers. In this context, seafarers’ proficiency in ordinary seamanship and bridge officers’ readiness to handle emergencies are essential. Recurrent, structured training is required to ensure responses that are rapid, accurate, and well-coordinated. This study aims to formulate policy recommendations to enhance seafarers’ competence and navigational safety in confined waters through strengthening technical and procedural capabilities, standardizing emergency drills, and establishing continuous operational support systems. The findings are expected to inform training programs, updates to emergency procedures, and improvements in safety governance for narrow-channel navigation.
Pengarusutamaan Rencana Program Mitigasi Perubahan Iklim dengan Pendekatan Kelembagaan di Kementerian Perhubungan Triastuti, Umiyatun Hayati; Sholihah, Khotimatus; Nugraha, Brian Nararya; Nugroho, Dio Agro
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 34 No. 1 (2022): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v34i1.2094

Abstract

Sebagai upaya pengendalian dampak perubahan iklim, pemerintah Indonesia mendukung berbagai upaya mitigasi dampak perubahan iklim melalui komitmen nasional dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Sektor transportasi yang merupakan bagian dari subsektor energi berkontribusi penting dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sehingga menjadi bagian utama dari program mitigasi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi pengarusutamaan komitmen dan program perubahan iklim pada sektor transportasi berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan penerapan prinsip Whole of Government (WOG) dengan studi kasus pada sektor transportasi udara. Penelitian ini menggunakan data primer hasil Focus Grup Discussion (FGD) dan data sekunder dari berbagai dokumen yang relevan. Metode analisis menggunakan pendekatan analisis kesenjangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan sistem pengukuran, pelaporan, dan verifikasi yang akuntabel. Perencanaan dan koordinasi yang komprehensif antarpemangku kepentingan dan sumber daya manusia yang mampu menjalankan program secara optimal diperlukan sehingga dapat menjamin akurasi laporan penurunan emisi untuk menghindari perhitungan ganda. Di masa mendatang, keberhasilan pengarusutamaan program perubahan iklim di subsektor transportasi udara dapat menjadi patokan pembanding (benchmark) bagi subsektor transportasi lainnya.