Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Uji Keganasan Bakteri Vibrio pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Desrina Desrina; Arief Taslihan; Ambariyanto Ambariyanto; Suryaningrum Susiani
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 11, No 3 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.702 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.11.3.119-125

Abstract

Tiga belas isolat bakteri Vibrio yang terdiri atas 6 spesies diuji keganasannya pada ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) sehat yang berukuran panjang 9 – 13 cm dan berat 20 – 30 g. Ke enam spesiesbakteri Vibrio yang diuji adalah Vibrio alginolyticus (6 isolat), V. vulnificus (2 isolat), V. ordalii (2 isolat) V. fluvialis, V. anguillarum dan V. mectnikovii masing masing 1 isolat. Bakteri Vibrio ini berasal dari ikan Kerapu sakit dan air tambak dari berbagai tempat di Indonesia. Uji keganasan dilakukan dengan menyuntikkan suspensi bakteri sebanyak 0,5 ml x 109 CFU/ml secara intramuskular di bagian dorsolateral. Jumlah ikan yang disuntik adalah 5 ekor/isolat. Ikan kontrol (5 ekor) disuntik dengan 0,5 ml PBS steril. Ikan dipelihara selama 2 minggu didalam akuarium (vol air 40 L) yang dilengkapi dengan aerator. Jumlah ikan yang mati, waktu kematian serta gejala klinis yang terlihat dicatat. Untuk memastikan sebab kematian dan mengkonfirmasikan keberadaanbakteri vibrio yang disuntikkan, ikan yang mati dibedah dan bakteri diisolasi dari ginjal dan luka pada tubuh. Pada akhir penelitian semua ikan yang masih hidup dibunuh dan bakteri diisolasi dari ginjal. Bakteri hasil uji keganasan diidentifikasi dengan metoda biokimia. Semua isolat menyebabkan kematian pada ikan uji kecuali V.metchinovkii dan tidak ada ikan kontrol yang mati. Kultur murni isolat yang disuntikkan direisolasi dari semua ikan yang mati. Berdasarkan jumlah ikan uji yang mati dan waktu kematian isolat terdapat 4 isolat yang ganas yaitu V.anguillarum, V. ordalii (S) dan V. fluvialis (S) dan V. alginolyticus 8 (J). Gejala klinis ikan yang sakit sama yaitu nafsu makan berkurang, berenang miring dan lemah, ginjal pucat warna tubuh gelap. Beberapaisolat menyebabkan luka di punggung yang berkembang jadi borok.Kata kunci: keganasan, Vibrio, Kerapu, ikan, penyakit.Thirteen isolates of Vibrio which consists of 6 spesies were tested its virulency on healthy fishes, Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) with size 9 – 13 cm (tota length) and 20 – 30 g (weight). Those sixspecies of Vibrio were Vibrio alginolyticus (6 isolate), V. vulnificus (2 isolate), V. ordalii (2 isolate) V. fluvialis (1 isolate), V. anguillarum (1 isolate) and V. mectnikovii (1 isolate). These Vibrio were isolated from sick Kerapu and water pond from various places in Indonesia. The test was done by intramuscular injection of bacteria suspension i.e. 0,5 ml x 109 CFU/ml on the dorsolateral of the fish. The number of injected fish were 5 fish/isolate, while control fishes were injected with 0,5 ml of sterile PBS. The fishes were grown for 2 weeks on 40 L aerated aquariums. Mortality of the fish, time as well as clinical simptoms were recorded. The occurence of injected bacteria was confirmed by isolating the bacteria from the kidney and wound of the dead fishes At the end of the experiment all the live fishes were killed and bacteria on its kidney were isolated. All thebacteria were identified by using biochemical method. The results showed that all isolates have caused mortality on the fish except V. metchinovkii as well as control fishes. Four other isolates were found to be virulence. Clinical simptoms of sick fishes were the same i.e. lack of feeding activity, abnormal swimming activity and weak, pale kidney, and dark colouration of the skin. Several isolates have caused wound on the back of the fish as well.Key words: virulency, Vibrio, Kerapu, fish, diseases.
SELEKTIF BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN KEMATIAN IKAN NILA (Oreochromus niloticus) DI KABUPATEN MAGELANG (Bacterial Selective Associated with Tilapia (Oreochromus niloticus) Mortality in Magelang Regency ) Sarjito Sarjito; Monica Nanda; Sulisyaningrum Sulisyaningrum; Alfabetian Harjuno Condro Haditomo; Desrina Desrina; Slamet Budi Prayitno
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 17, No 1 (2021): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.17.1.%p

Abstract

Kematian ikan nila  yang terjadi karena wabah penyakit  di Kabupaten Magelang mencapai kisaran 40 - 75 % pada bulan Juni – September 2019, mengakibatkan kerugian ekonomi bagi pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gejala klinis, dan bakteri yang berasosiasi dengan kematian ikan nila tersebut.  Metode studi kasus konfirmatori dengan purposive sampling diaplikasikan. Duapuluh tiga ikan nila sakit panjang 8,87 ± 0,61cm diperoleh dari kolam pembesaran di Desa Keji, Kecamatan Muntilan dan Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, sebagai sampel.  Isolasi bakteri dilakukan dengan metode gores pada media TSA dan GSP. Hasil isolasi dari keduapuluh tiga ikan sampel diperoleh 43 isolat bakteri murni. Berdasarkan karakter morfologi, media isolasi, bentuk dan warna dan karakter serta asal koloni, dari 44 isolat bakteri tersebut terseleksi 6 isolat (SN03, SN26,  SN48, SN51 , SN66 dan SN77)  untuk dilakukan uji selanjutnya yaitu uji postulat Koch dan karakterisasi secara biokimia dengan API KIT Vitek 2 Compact.  Gejala klinis yang terdeteksi pada ikan sampel dan ikan uji adalah pergerakan ikan pasif dan berenang di permukaan air, sirip geripis, luka pada tubuh, insang pucat, bercak merah pada tubuh, exopthalmia dan produksi lendir berlebih serta organ dalam yang memucat. Uji postulat Koch diperoleh bahwa keenam isolat bakteri menyebabkan ikan uji sakit dengan mortalitas berkisar antara 46,6 - 96,6%.  Hasil karakterisasi diperoleh bahwa keenam selektif bakteri yang berasosiasi dengan kematian ikan nila di kabupaten Magelang adalah Aeromonas hydrophila (SN 03), Streptococcus agalactiae (SN 26), Aeromonas sobria (SN 48), Pseudomonas putida (SN 51), Pseudomonas aeruginosa (SN 66) dan Aeromonas caviae (SN 77). Mortality of Tilapia (Oreochromis niloticus) due to disease outbreaks in Magelang Regency reached 40 - 75% from June - November 2019, resulting in economic losses of farmer. This study aims were to determine the clinical symptoms and bacteria associated with tilapia mortality.  A confirmatory case study method with purposive sampling was applied. Twenty-three sick tilapia fish with a length of 8.87 ± 0.61 cm were obtained from grow out  pond in Keji Village, Muntilan District and Pabelan Village, Mungkid District, Magelang District, as samples. Bacteria isolation was carried out by scratch method on TSA and GSP media. The isolation from twenty-three fish samples resulted on 43 bacterial isolates.  Based on morphological characters, isolation media, shape and color as well as sources and character colony of 44 isolates, they were selected into 6 isolates (SN03, SN26, SN48, SN51, SN66 and SN77) for further testing, i.e: the Koch postulate test and biochemical characterization using Vitek 2 Compact. API KIT.  The clinical symptoms detected in the samples and test fish were fish that moved passively and swam on the surface of the water, wrinkled fins, wounds on the body, pale gills, red spots on the body, exopthalmia and excess mucus production and pale internal organs.  The Koch postulate test result showed that the six selected bacterial caused the test fish to be sick with a mortality ranging from 46.6-96.6%. The characterization of the selective bacteria associated with tilapia mortality in Magelang Regency, namely:  SN03, SN26, SN48, SN51, SN66 and SN77 were Aeromonas hydrophila (97%); Streptococcus agalactiae (98%), Aeromonas sobria (96%) Pseudomonas putida (96%); Pseudomonas aeruginosa (96%) and Aeromonas caviae (98%) respectively. 
POTENSI EPIBIOTIK CAMPURAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia) DAN TEMULAWAK (Curcuma zanthorrhiza) PADA PAKAN UNTUK MENGATASI INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE (Clarias gariepinus) Sarjito - Sarjito; Slamet Budi Prayitno; Nida Qolbi Salma Rochani; Alfabetian Harjuno Condro Haditomo; Rosa Amalia; Desrina Desrina
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 1 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.814 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.16.1.51-58

Abstract

Salah satu permasalahan pada budidaya ikan lele adalah Aeromonasis yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila. Berbagai upaya pencegahan dan pengobatan telah dilakukan dengan menggunakan bahan kimia maupun herbal. Bahan herbal, berupa epibiotik (tunggal maupun campuran) digunakan oleh pembudidaya untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ini, karena mudah diperoleh, murah dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan campuran epibiotik, ekstrak daun binahong dan temulawak pada pakan terhadap profil darah dan kelulushidupan ikan lele yang diinfeksi A. hydrophila. Metoda yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (6 perlakuan dan 3 ulangan). Seratus delapan puluh ikan lele uji dengan panjang 7-9 cm yang dipelihara pada akuarium berisi air 10 L.  Dosis campuran epibiotik, esktrak daun binahong dan temulawak menggunakan perbandingan untuk perlakuan A (0%:0%), B (100%:0%), C (75%:25%), D (50%:50%), E (25%:75%) dan F (0%:100%) dengan dosis dasar 2500 ppm untuk ekstrak daun binahong dan 900 ppm untuk temulawak. Campuran epibiotik tersebut ditambahkan pada pakan komersil sebagai pakan uji dengan metode spray. Pakan uji diberikan selama 14 hari, kemudian pada hari kelimabelas ikan uji diinjeksi A. hydrophila secara intramuscular dengan konsentrasi 106 CFU/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala klinis ikan lele yang terinfeksi A. hydrophila adalah nafsu makan rendah, bercak merah, luka, haemorhagi serta warna tubuh memucat.  Penambahan campuran epiobiotik ekstrak daun binahong dan temulawak berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap profil darah dan kelulushidupan ikan uji pasca perlakuan dan pasca infeksi. Campuran epibiotik D mampu melawan infeksi A.hydrophilla pada C. gariepinus dengan tingkat kelulushidupan tertinggi (90±17%). One of the problems in catfish culture was aeromonasis that was caused by Aeromonas hydrophila. The prevention and threatment of this disease have been carried out with using chemichal substance and an epibiotics from eco-friendly herbal plant extracts. Epibiotics, such as binahong leaves and curcuma extracts had been applicated by farmers to threat this disease because of it’s cheap and easy to get it. The aims of this study was to evaluate the effect of mixture binahong leaves and curcuma extracts in feed on blood profile and survival rate of catfish infected A. hydrophila. The method of research used was Completely Randomized Design, consisted of 6 treatments and 3 replications. The catfish used was 180 fishes with length of 7-9 cm that were cultured in aquarium with 10L waters. The basic dosage of binahong leaves and curcuma extracts used was 2500 ppm and 900 ppm with the ratio of treatment A (0%:0%), B (100%:0%), C (75%:25%), D (50%:50%), E (25%:75%), and F (0%:100%). The mix extract was added to the commercial feed as a feed test with spray methods. The treatment feed was given for 14 days and on the next day was done infected A. hydrophila intramusculary with density of 106 CFU/mL. The result showed that catfish infected A. hydrophila had low appetite, redness, ulcer, and hemorhagic, pale body. Feeding with the treatment feed showed the significant result on catfish’s blood profile and survival rate post-treatments and post-infection  (p<0.05). Treatment D showed the best result on survival rate (90±17%).
EFEK EKSTRAK KULIT BATANG KELOR (Moringa oleifera Lam) PADA STATUS KESEHATAN DAN KELULUSHIDUPAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila Sarjito Sarjito; Fifiana Zulaekah; Alfabetian Condro Haditomo; Desrina Desrina; Restiana Wisnu Ariyati; Slamet Budi Prayitno
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 16, No 2 (2020): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.16.2.%p

Abstract

Ikan mas banyak dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis penting. Serangan penyakit bercak merah (Motile Aeromonas Septicemia)   masih merupakan kendala dalam budidaya ikan tersebut.  Penyakit ini disebabkan oleh bakteri genus Aeromonas, antara lain  Aeromonas hydrophila.  Untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut dimungkinkan untuk menggunakan bahan herbal.  Kulit batang kelor merupakan bahan herbal yang berpotensi sebagai antibakteri.  Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh  ekstrak kulit batang kelor terhadap status kesehatan dan kelulushidupan  ikan mas yang diinfeksi  A. hydrophila.   Ikan uji  yang digunakan adalah 120 ekor dengan rata-rata bobot 13,58 ± 2,83 g dan rata - rata panjang 9,93± 0,72 cm yang di infeksi A. hydrophila sebanyak 0,1 mL secara intramuscular dengan kepadatan bakteri 107 CFU/mL. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap 4 perlakuan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perendaman ekstrak kulit batang kelor dengan konsentrasi 0 mg/L ( perlakuan A), 1000 mg/L (perlakuan B ), 2000 mg/L (perlakuan C ) dan 3000 mg/L (perlakuan D).  Metode perendaman yang digunakan adalah  long bath selama 2 jam.  Perendaman dilakukan setelah gejala klinis dari infeksi A. hydrophila muncul.  Data status kesehatan yang diamati meliputi kelulushidupan, eritrosit, leukosit dan hematokrit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman ekstrak kulit batang kelor berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan,  eritrosit, leukosit dan hemoglobin  ikan mas (P<0,05), tetapi tidak berpengaruh pada hematokrit (p>0.05).  Kosentrasi  ekstrak kulit batang kelor  1000 - 3000 mg/L dapat digunakan untuk mengobati ikan mas yang terinfeksi bakteri A. hydrophila. Kelulushidupan tertinggi  83,3± 5,77% dicapai pada perendaman 3000 mg/L. Oleh karena itu perendaman ekstrak kulit batang kelor dengan konsentrasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kelulushidupan  ikan mas yang terinfeksi A.hydrophila. Carp is a  freshwater fish with high economic value that is commonly cultivated. One of the constraints in the cultivation is disease outbreaks cause by Aeromonas hidrophila. Moringa is a plant that has a potential antibacterial agent. Its skin stem can be used as antibacterial agent for Aeromonas hydrophila. This research was aimed to observe the performance of moringa skin stem extract to infected carps according to their survival rate and blood profile. Randomized experimental design was implemented to 120 fishes with average weight 13.59 ± 2.83 g and treated in 4 treatments and 3 replicates. The moringa skin stem extract were A (0 mg / L), B (1000 mg / L), C (2000 mg / L) and D (3000 mg /L) and immersed for 2 hours. Experimental carps were infected with 0.1 mL A. hidrophila at concentration of 107 CFU/mL pour to treatment until appeared clinical sign. The result showed that moringa stem skin extract immersion significantly (P<0.05) improved the survival rate and blood profile, such as leucocytes of experimental carps. The moringa skin stem extract at 1000 mg/L demonstrated the best performance on the survival rate of infected experimental carps (83,3± 5,77%) 
The Effect of Tuba Root Extract (Derris elliptica) with Different Dosage on Survival Rate and Blood Profiles for Broodstock of Tilapia (Oreochromis niloticus) in a Closed Transport System Kahan Dwi Supardi; Desrina Desrina; Tristiana Yuniarti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 6, No 1 (2022): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v6i1.10644

Abstract

Fish transportation activity is one of the important components in providing quality broodstock of tilapia. The study was conducted to determine the effect of extract tuba root on the blood profiles and survival of nile tilapia broodstock (Oreochromis niloticus) and also to determine the optimal dose of extract tuba root to produce the highest survival value of nile tilapia broodsctock. The fish used in this study were broodstock from Kendal, Central Java, with a wight 104±4.96 gram. The research method used was a complete randomized design experimental method (RAL) with 5 treatments and 3 replications. The doses of extract tuba root were A (0 ppm), B (0.05 ppm), C (0.1 ppm), D (0.15 ppm) and E (0.2 ppm). The density of tilapia broodstock in each bag is 10 individuals with a transport time of 10 hours. The parameters measured included length of time to faint, time to recover to consciousness, blood profiles (erythrocytes, leukocytes and hemoglobin), survival rate and water quality. The addition of extract tuba root with different doses did significantly affect (P<0.05) the survival rate and leukocytes of nile tilapia broodstock after transportation, but not significantly on erythrocytes and hemoglobin. The highest SR value was treatment D (0.15 ppm) of 96.67% during transportation.
Pengaruh Perendaman Kombinasi Ekstrak Daun Binahong dan Bawang Putih pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila Peppy Dewi Fitriyanti; Desrina Desrina; Slamet Budi Prayitno
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.617 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.6912

Abstract

Ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan air tawar yang menempati urutan teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Serangan penyakit pada budidaya ikan lele seperti penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dapat merugikan petani ikan. Penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman kombinasi ekstrak daun binahong dan bawang putih terhadap gejala klinis dan kelulushidupan ikan lele yang diinfeksi A. hydrophila. Ikan lele yang digunakan sebanyak 180 ekor berukuran 7-9 cm kemudian disuntik bakteri A. hydrophila dengan kepadatan 106 CFU/ml secara intramuskular. Perendaman dilakukan hari ketiga pasca infeksi dengan lama waktu perendaman 10 menit. Dosis dasar yang digunakan yaitu 2500 ppm ekstrak daun binahong dan 1000 ppm ekstrak bawang putih. Rasio dosis perlakuan yang digunakan yaitu perlakuan A (kontrol), perlakuan B (100%:0%), perlakuan C (75%:25%), perlakuan D (50%:50%), perlakuan E (25%:75%), dan perlakuan F (0%:100%). Nilai tingkat kelulushidupan tertinggi hingga terendah setelah dilakukan perendaman yaitu 46,67% (perlakuan D), 20,00% (perlakuan E), perlakuan B, C dan F memiliki tingkat kelulushidupan yang sama yaitu 16,67% dan 10,00% (kontrol).  Perendaman dengan kombinasi ekstrak daun binahong dan bawang putih menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gejala klinis dan kelulushidupan ikan lele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman kombinasi ekstrak daun binahong 1250 ppm dan bawang putih 500 ppm memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata Kunci: Aeromonas hydrophila, Bawang Putih, Daun Binahong, Ikan Lele Dumbo, Kelulushidupan
Pengaruh Perendaman Kombinasi Ekstrak Daun Kelor dan Jahe Merah pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila Yunia Dharmastuti Widyaningsih; Slamet Budi Prayitno; Desrina Desrina
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 6, No 1 (2022): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v6i1.6906

Abstract

Motile Aeromonas Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila masih menjadi permasalahan dalam budidaya ikan lele dumbo karena dapat menyebabkan kematian massal. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh perendaman kombinasi ekstrak daun kelor dan jahe merah terhadap gejala klinis dan kelulushidupan ikan lele yang diinfeksi A. hydrophila. Ikan lele yang digunakan sebanyak 180 ekor berukuran 7-9 cm. Dosis dasar yang digunakan yaitu 300 ppm ekstrak daun kelor dan 600 ppm ekstrak jahe merah. Rasio dosis perlakuan yang digunakan yaitu perlakuan A (0:0), perlakuan B (4:0), perlakuan C (3:1), perlakuan D (2:2), perlakuan E (1:3), dan perlakuan F (0:4). Perendaman kombinasi ekstrak daun kelor dan jahe merah dilakukan pada hari ke-3 setelah ikan diinfeksi bakteri A. hydrophila dengan kepadatan 106 CFU/ml sebanyak 0,1 ml/ekor secara intramuskular. Perendaman dilakukan selama 10 menit. Pengamatan dilakukan selama 14 hari yang meliputi gejala klinis, kelulushidupan, dan kualitas air. Nilai kelulushidupan tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu 50,00% (perlakuan E), 30,00% (perlakuan D), 26,67% (perlakuan B), 23,33% (perlakuan F), 13,33% (perlakuan C), dan 10,00% (perlakuan A). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi ekstrak daun kelor 125 ppm dan jahe merah 450 ppm mampu menekan mortalitas akibat bakteri A. hydrophila. Perendaman kombinasi ekstrak daun kelor dan jahe merah memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap gejala klinis dan kelulushidupan ikan lele dumbo (C. gariepinus) dari infeksi bakteri A. hydrophila.Kata Kunci: Aeromonas hydrophila, Ikan Lele Dumbo, Daun Kelor, Jahe Merah, Kelulushidupan