Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Is There a Political Dynasty in The Head Village Election with Family Ties Candidates?: A Case Study in Pliken Village Banyumas Widyastuti, Tri Rini; Wardiyono, F.X; Sutoyo, Ignatius Suksmadi
Komunitas Vol 14, No 1 (2022): March 2022
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v14i1.35942

Abstract

This paper is about the rise of political dynasties in Indonesia. This phenomenon has become increasingly public attention since the nomination of President Joko Widodo’s son and son-in-law in the regional election in Solo and Medan. The village that has been considered far from the hustle and bustle of national politics also shows a similar phenomenon, namely the emergence of candidates for village head (kepala desa/kades) who are still related to family (pilkades sedarah).[1] But is pilkades sedarah a reflection of the existence of the political dynasty? This paper examines the village head election in Pliken Village, Banyumas Regency, which presents a married couple as village head candidates, using a qualitative approach. Collecting data through in-depth interviews, FGDs, observation, and documentation. The result of the study shows that the emergence of pilkades sedarah is not due to the existence of a political dynasty, but rather as pragmatic and rational reasons. Proposing a wife as a “competitor” is a pragmatic attitude just to get around the rules that prohibit a single candidate in village head election. The absence of other candidates who dared to oppose the incumbent was due to the rationality of the people who saw the high cost of candidacy which was not proportional to the official income of the village head. They also assessed that the prestige of the incumbent village head was high, both in terms of educational qualifications and achievements, so that the opponent’s chances of winning the competition were small.Keywords: political dynasty, village head election, blood relation[1] Pilkades sedarah is a term to describe that village head candidates still have family or blood relations.
Persepsi Seks Bebas di Kalangan Mahasiswa Berstatus Pacaran di Fisip Unsoed Angkatan 2020 Mahdiyah, Hana Luthfiyah; Sutoyo, Ignatius Suksmadi; Rizkidarajat, Wiman; Wulan, Tyas Retno
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 4 No 3 (2024): JUPIN Agustus 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.301

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa laki-laki dan perempuan yang memiliki status pacaran di FISIP UNSOED angkatan 2020 mengenai seks bebas. Penelitian ini juga berkaitan dengan grand theory dari Sutherland yaitu teori asosiasi diferensial. Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif untuk mendeskripsikan hasil temuan yang ada di lapangan. Sasaran penelitian yaitu mahasiswa laki-laki dan perempuan yang memiliki status pacaran di FISIP UNSOED angkatan 2020 dengan menggunakan simple random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan analisis distribusi frekuensi dan kategorisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Persepsi laki-laki berstatus pacaran mengenai seks bebas didominasi oleh petting dan oral seksual dengan persentase 100,0%, selanjutnya yaitu bersenggama dengan persentase 95,7%, 2) persepsi perempuan berstatus pacaran mengenai seks bebas didominasi oleh petting, oral seksual, dan bersenggama dengan persentase 100,0%.
Peran Tim Pendamping Keluarga dalam Penggunaan Aplikasi Elsimil untuk Menurunkan Angka Stunting di Kecamatan Sokaraja Putri, Anjelita Stevany Dian Tiara; Sutoyo, Ignatius Suksmadi; Rostikawati, Rin
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 5 No. 1: Desember 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v5i1.13295

Abstract

Perkembangan teknologi digital dibidang kesehatan telah melahirkan berbagai inovasi, salah satunya aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) yang dikembangkan oleh BKKBN sebagai upaya pencegahan stunting sejak pra-nikah. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum optimalnya pelaksanaan pendampingan dalam memanfaatkan aplikasi Elsimil oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Kecamatan Sokaraja, angka stunting masih sering mengalami fluktuasi, serta banyaknya calon pengantin yang berisiko melahirkan anak stunting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran TPK dalam mengimplementasikan aplikasi Elsimil pada saat melakukan pendampingan secara langsung di lapangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan postpositivisme. Informan penelitian berjumlah sepuluh orang terdiri dari enam kader TPK dan empat informan pendukung (Penyuluh KB (PLKB) dan perempuan yang menikah periode 2024-2025). Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan model Miles & Huberman melalui tahapan pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran TPK di Kecamatan Sokaraja sudah berjalan namun belum optimal. Secara konsep TPK sudah memahami tugas dan fungsi yang harus dijalankan, tetapi pada kenyataannya tugas TPK hanya sebatas pemenuhan syarat adminitratif saja, terbukti dari beberapa pengalaman sasaran pendampingan yang mengungkapkan bahwa TPK tidak melakukan kunjungan langsung, informasi dan edukasi hanya lewat chat WhatsApp. Meski demikian, koordinasi lintas sektor dengan tenaga kesehatan, PLKB, dan perangkat desa (petugas pencatat nikah) berjalan dengan baik. Kendala utama yang dihadapi meliputi gangguan teknis aplikasi, keterbatasan waktu, motivasi dan kapasitas kader rendah. Penelitian ini menegaskan perlunya optimalisasi Elsimil serta peningkatan kapasitas kader agar peran TPK lebih efektif dalam pencegahan stunting.