Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Kejadian Asfiksia Neonatorum Fajarwati, Novia; Andayani, Pudji; Rosida, Lena
Berkala Kedokteran Vol 12, No 1 (2016): Februari 2016
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v12i1.354

Abstract

Abstract:Neonatal asphyxia is a condition where the baby can not breathe spontaneously and regularly soon after birth or shortly after birth. Birth weight is a part of the factors that can cause neonatal asphyxia. Research conducted retrospective observational analytic approach to determine the relationship between birth weight and neonatal asphyxia which uses secondary data from medical records of patients. The study was conducted in August-October 2015 in the NICU and medical record room of RSUD Ulin Banjarmasin. The sampling technique used purposive sampling and obtained a sample of 334 cases. The statistical test used is chi-square test with 95% confidence level. The results showed that of 334 cases of birth weight data showed 17.4% risk birth weight and no-risk birth weight by 82,6%. Neonatal asphyxia 26.3% and 73.7% of no-neonatal asphyxia. Based on the statistical test showed p = 0.674 so that it can be concluded that there is no significant correlation between birth weight and neonatal asphyxia in RSUD Ulin Banjarmasin period June 2014-June 2015.Keywords: neonatal asphyxia, birth weight, risk factor Abstrak: Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir. Berat badan lahir merupakan bagian dari faktor neonatus yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir dan kejadian asfiksia neonatorum yang menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2015  di ruang NICU dan ruang rekam medis RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 334 kasus. Uji statistik yang digunakan yaitu  uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 334 kasus diperoleh data berat badan lahir berisiko sebesar 17,4% dan berat badan lahir tidak berisiko sebesar 82,6%. Kejadian asfiksia neonatorum sebesar 26,3% dan tidak asfiksia neonatorum sebesar 73,7%.  Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil p = 0,674 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin periode Juni 2014-Juni 2015. Kata-kata kunci: asfiksia neonatorum, berat badan lahir, faktor risiko
THE THE EFFECT OF HCl ACTIVATOR CONCENTRATION ON THE EFFECTIVENESS OF ACTIVATED CARBON DERIVED FROM CORNCOBS FOR METHYLENE BLUE ADSORPTION Setyaningrum, Dyah; Fajarwati, Novia; Maghfiroh, Amalia
SPIN JURNAL KIMIA & PENDIDIKAN KIMIA Vol. 6 No. 2 (2024): July - December 2024
Publisher : UIN Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/spin.v6i2.11516

Abstract

This study aimed to investigate how activator hydrochloric acid (HCl) concentration affects the adsorption capacity of corncob-activated carbon in Methylene Blue (MB) dye.  This was followed by immersion in HCl solutions with various concentrations (2.5 M; 3M; 3.5 M; and 4 M) as chemical activating agents. Next, FTIR and XRD were used to characterize the activated carbon that had been activated and unactivated. The study analyzed the reduction of methylene blue dye concentration in the air to evaluate the effectiveness of activated carbon as an adsorbent. It examined various factors influencing the adsorption process, including different initial concentrations of the azo dye (20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, and 60 ppm) and contact times (15, 30, 45, and 60 minutes). The experimental results indicated that a 3 M concentration of HCl was the most effective activator, leading to a maximum dye removal rate of 80.77%. For an initial concentration of 20 ppm of the azo dye, the highest adsorption results were achieved at 85.67%. Furthermore, the optimal contact time for maximum adsorption was found to be 30 minutes, with a peak adsorption rate of 70.08%. The Langmuir adsorption isotherm model demonstrated a better fit for the adsorption of methylene blue onto corncob-activated carbon. It can be concluded that activated carbon produced from corn cobs and treated with HCl is an effective adsorbent for reducing methylene blue levels in the solution.
Pengaruh Fenantren terhadap Aktivitas Enzim Katabolik Pseudomonas Putida TI (8) Efendi, Meilisa Rusdiana Surya; Sumarsih, Sri; Fajarwati, Novia
CHEESA: Chemical Engineering Research Articles Vol. 3 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/cheesa.v3i2.7735.99-105

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fenantren terhadap aktivitas enzim katabolik pada Pseudomonas putida TI (8). Isolat ditumbuhkan pada media Air Mineral Sintetis (AMS) dengan penambahan 1% fenantren. Enzim katabolik diuji aktivitasnya terhadap fenantren. Uji aktivitas enzim ditentukan berdasarkan penurunan absorbansi NADH pada panjang gelombang 340 nm. Satu unit aktivitas enzim dinyatakan sebagai jumlah enzim yang membutuhkan 1 µmol NADH untuk mengoksidasi substrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat dapat tumbuh menggunakan fenantren hingga 10 hari inkubasi. Aktivitas enzim katabolik tertinggi terhadap fenantren pada inkubasi hari ke 8 sebesar 5,391 U/mL. Penambahan 1% hidrokarbon poliaromatik dapat meningkatkan aktivitas enzim sebesar 10 kali, hal ini menunjukkan bahwa enzim katabolik pada Pseudomonas putida TI (8) merupakan enzim induktif.
THE EFFECT OF CHEMICAL ACTIVATOR ON THE EFFECTIVENESS OF ACTIVATED CARBON FROM CORN COBS Setyaningrum, Dyah; Fajarwati, Novia; Nurhaliza, Anggi; Nisya', Dian
SPIN JURNAL KIMIA & PENDIDIKAN KIMIA Vol. 7 No. 1 (2025): January - June 2025
Publisher : UIN Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/spin.v7i1.13425

Abstract

Penambahan aktivator kimia dimaksudkan untuk meningkatkan luas permukaan karbon dan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga meningkatkan kapasitas adsorpsi karbon aktif. Penelitian yang menggunakan tiga aktivator kimia yang berbeda - HCl, NaOH, dan Na?CO? - bersama dengan aktivasi fisik pada suhu 750°C menunjukkan peningkatan kualitas dibandingkan dengan proses tanpa aktivasi. Ketika memproduksi karbon aktif dari tebon jagung, hasil yang tinggi sebesar 80-82% dapat dicapai. Uji evaluasi terhadap karbon aktif menunjukkan parameter berikut: kadar air berkisar antara 6% hingga 8,79%, kadar abu antara 2,89% hingga 4,49%, dan bilangan iodin bervariasi dari 751,11 hingga 812,16. Hasil ini memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 06-3730-1995. Temuan ini mengindikasikan bahwa HCl merupakan aktivator kimia yang paling efektif untuk mensintesis karbon aktif dari tongkol jagung. Kesimpulan ini didukung oleh karakterisasi FTIR dan XRD. Analisis FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi yang khas dari arang aktif, seperti O-H, C=O, dan C-C. Selain itu, analisis XRD menunjukkan adanya SiO? amorf, yang merupakan sifat yang menguntungkan untuk adsorben yang terdefinisi dengan baik, yang diamati pada sudut 2? 20-30 derajat.   The addition of chemical activators is intended to increase the surface area of carbon and open closed pores, thereby enhancing the adsorption capacity of activated carbon. Research utilizing three different chemical activators—HCl, NaOH, and Na?CO?—along with physical activation at 750 °C demonstrated improved quality compared to processes without activation. When producing activated carbon from corn stover, a high yield of 80-82% was achieved. Evaluation tests on the activated carbon revealed the following parameters: the moisture content ranged from 6% to 8.79%, the ash content was between 2.89% and 4.49%, and the iodine number varied from 751.11 to 812.16. These results meet the standards set by SNI 06-3730-1995. The findings indicated that HCl is the most effective chemical activator for synthesizing activated carbon from corn cob. This conclusion is further supported by FTIR and XRD characterization. FTIR analysis revealed the presence of functional groups typical of activated charcoal, such as O-H, C=O, and C-C. Additionally, XRD analysis revealed the presence of amorphous SiO?, a favorable property for a well-defined adsorbent, observed at 2? angles of 20-30 degrees.
Pelatihan Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung Menjadi Hand Sanitizer di Desa Kawengan Fajarwati, Novia; Rohsaita, Amalia; Tiyas, Windi Pangesti Kusumaning; Anisa, Zuffa
Jurnal Abdimas Peradaban Vol. 3 No. 2 (2022): Jurnal Abdimas Peradaban
Publisher : Global Writing Academica Researching and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/180a3m29

Abstract

Desa Kawengan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro. Desa ini memiliki hasil pertanian yang melimpah terutama tanaman jagung. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap hasil limbah jagung yang dihasilkan, khususnya tongkol jagung. Namun, pemanfaatan tongkol jagung di Desa Kawengan belum maksimal. Tongkol jagung di desa ini menjadi perhatian khusus bagi warga karena mampu menimbulkan berbagai dampak yang merugikan kehidupan. Tongkol jagung memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang lebih tinggi dibandingkan dengan limbah jagung lain sehingga lebih berpotensi digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Bioetanol yang didapatkan selanjutnya akan dimanfaatkan untuk hand sanitizer. Oleh karena itu, dilakukan pelatihan pemanfaatan limbah tongkol jagung menjadi hand sanitizer kepada Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) Kawengan untuk mengatasi permasalahan limbah tongkol jagung di Desa Kawengan. Pelatihan ini menggunakan metode Learning Deeply, yaitu dengan melakukan evaluasi setiap kali kegiatan selesai dilakukan dan berhasil meningkatkan pemahaman warga Desa Kawengan.