Pengobatan kandidiasis umumnya dilakukan dengan memberikan obat antifungi yang berasal dari golongan azole. Candida albicans merupakan khamir atau jamur tidak berfilamen yang bersifat patogen. Salah satu cara alternatif untuk menghambat antijamur yaitu melalui penggunaan obat tradisional. Tanaman daun baru cina bagian dari tanaman obat keluarga (toga), dan secara empiris oleh masyarakat untuk pengobatan keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui efektivitas konsentrasi dan metabolit sekunder dari ekstrak etanol daun baru cina (Artemisia vulgaris L). Metode penelitian ini dilakukan dengan cara pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak digunakan ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% selama 3 x 24 jam, dan dilanjutkan dengan proses skrining fitokimia. Hasil skrining fitokimia ini menunjukkan bahwa adanya senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengujian efektivitas antifungi menggunakan metode apus Kirby-Bauer dengan menggunakan kertas cakram dan ekstrak daun baru cina dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, kontrol negatif, dan kontrol positif. Hasil penelitian ini didapatkan zona hambat pada konsentrasi 20% dengan diameter zona hambat 11,95 mm, pada konsentrasi 40% dengan diameter zona hambaat 12,91 mm, pada konsentrasi 60% dengan diameter zona hambat 16,23 mm, sedangkan kontrol positif memiliki diameter zona hambat sebesar 21,18 mm dan kontrol tanpa perlakuan tidak memiliki zona hambat. Ekstrak etanol daun baru cina (Artemisia vulgaris L) efektif sebagai antifungi untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi optimum yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yaitu konsentrasi 60%, semakin tingginya konsentrasi maka semakin besar diameter zona hambat antifungi.