Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Macroeconomic Impacts on Indonesian Agricultural Exports Nainggolan, Kaman
Economics and Finance in Indonesia Volume 36, Number 2, 1988
Publisher : Institute for Economic and Social Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.873 KB) | DOI: 10.47291/efi.v36i2.394

Abstract

.
Supply Response for Rice in Java: Empirical Evidence Nainggolan, Kaman; Suprapto, Ato
Economics and Finance in Indonesia Volume 35, Number 2, 1987
Publisher : Institute for Economic and Social Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.873 KB) | DOI: 10.47291/efi.v35i2.376

Abstract

.
Persoalan Pangan Global dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan Nasional Nainggolan, Kaman
JURNAL PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.289 KB) | DOI: 10.33964/jp.v20i1.11

Abstract

Kelaparan dan kemiskinan merupakan isu terpenting yang dihadapi oleh umat manusia. FAO memperkirakan 1,2 milyar juta jiwa mengalami kelaparan di dunia, meningkat dari perkiraan sebelumya 854 juta jiwa. Di Indonesia, tingkat kemiskinan tahun 2010 adalah 31,02 juta atau 13,33 persen, jauh dari target sebesar 7,5 persen tahun 2015. Tingkat penduduk sangat rawan pangan sekitar 10,07 persen. Krisis pangan global 2008 dipicu oleh kenaikan harga pangan akibat melejitnya harga bahan bakar. Krisis finansial global tahun 2009 telah menyebabkan penurunan harga pangan dengan tajam, tetapi mulai meningkat kembali sejak pertengahan 2010. Sekarang indeks harga global hampir menyamai tingkat krisis pangan tahun 2008 lalu. Di pasar domestik juga terjadi kenaikan harga yang tinggi terutama beras, yang berdampak terhadap inflasi. Ketersediaan pangan terutama produksi dalam negeri juga tidak sebaik tahun 2009, dimana produksi padi naik tidak signifikan, dan produksi gula dan kedelai menurun. Masalah krusial adalah bagaimana meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Faktor kunci disini adalah meningkatkan investasi di sektor pertanian dan pedesaan yang menyangkut akses terhadap sumberdaya ekonomi seperti lahan, infrastruktur, bioteknologi, agroindustri pedesaan, diversifikasi konsumsi pangan, serta dukungan komitmen politik yang kuat.Hunger and poverty are the most important issues faced by humans. FAO estimates that currently 1.2 billion people suffer from hunger in this planet; this number has increased from the previous estimation of 854 million. In Indonesia, the number of poor people in 2010 is around 31.02 million, or approximately 13.33 percent of the population, which is still far from the target of 7.5 percent in 2015. Moreover, it is estimated that around 10.07 percent of Indonesian people are still experiencing extreme food insecurity. Global food crisis today is triggered by soaring international food prices caused by high oil prices. Global financial crisis in 2009 caused food prices to decline sharply, but since the mid 2010 the prices have rocketed. Today global price index is similar to the food crisis in 2008. The domestic market also experiences higher food price particularly rice, which has impacted inflation. Food availability (especially domestic production) is not as good as that in 2009. Rice production has not significantly increased, hereas sugar and soybean productions have decreased. The crucial problem is how to increase agriculture and rural sector productivity to improve rural income. The key element is to increase investment in agriculture and rural sector involving the economic access into resources such as land, infrastructure, bio-technology, rural agroindustry, diet diversification, and strong political commitment.
ARAH KEBIJAKAN PENYEDIAAN PANGAN DALAM NEGERI Nainggolan, Kaman
JURNAL PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1117.079 KB) | DOI: 10.33964/jp.v17i1.230

Abstract

Ketahanan pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman; yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Dari pengertian tersebut, idealnya kemampuan dalam menyediakan pangan bersumber dari dalam negeri sendiri, yaitu yang dihasilkan petani. Sedangkan impor pangan dilakukan sebagai altematif terakhir untuk mengisikesenjangan antara produksi dan kebutuhan pangan dalam negeri, serta diatur sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen pangan di dalam negeri, yang mayoritas petani skala kecil, juga kepentingan konsumen khususnya kelompok miskin. Produksi pangan strategis pada tahun 2007 (ASEM BPS) mencukupi yaitu : produksi padi sebesar 57,05 juta ton GKG; jagung sebesar 13,29 juta ton; kedelai sebesar 698,94 ribu ton; daging sapi sebesar 464 ribu ton; ubi kayu sebesar 19,803 juta ton; kacang tanah sebesar 788,53 ribu ton; kacang hijau sebesar 322,17 ribu ton; ubi jalar sebesar 1,88 juta ton; dan daging ayam 1,33 juta ton ton. Pembangunan ketahanan pangan dunia akhir-akhir inimenghadapi tiga masalah utama, yaitu: 1) meningkatnya harga pangan dunia, 2) meningkatnya harga BBM, sehingga meningkatkan permintaan atas bio energi, dan 3) masalah global warming yang memicu terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah. Secara mikro, terwujudnya kemandirian pangan dicirikan oleh indikator sebagai berikut: (a) dipertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari, (b) meningkatnya kemampuan pemanfaatan dan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kecukupan energi meminimal 2.000 Kilokalori/hari dan protein sebesar 52 gram/hari, (c) meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) minimal 80. Sedangkan secara makro/nasional, dicirikan oleh indikator meningkatnya produksi pangan dalam negeri yang berbasis pada sumberdaya lokal, yang diwujudkan melalui pemantapan swasembada beras berkelanjutan; swasembada jagung pada 2007; swasembada kedele pada 2012; swasembada gula pada 2009 dan swasembada daging sapi pada 2010 ; serta membatasi impor pangan utama di bawah 10 persen dari kebutuhan pangan nasional. Berdasarkan hal tersebut, strategi umum untuk mewujudkan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan adalah pendekatan jalur ganda (twin-track approach), yaitu: (a) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan (b) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian bantuan langsung agar tidak semakin terpuruk, sertapemberdayaan agar mereka semakin mampu mewujudkan ketahanan pangannya secara mandiri.
Prospek Swasembada Kedelai Indonesia Selfsufficiency Prospect of Soybean in Indonesia Nainggolan, Kaman; Rachmat, Muchjidin
JURNAL PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.612 KB) | DOI: 10.33964/jp.v23i1.53

Abstract

Kedelai merupakan salah satu komoditi strategis nasional, karena perannya sebagai sumber pendapatan, lapangan kerja, pembangunan perdesaan dan sumber gizi masyarakat Indonesia. Selama ini kinerja agribisnis kedelai kurang menggembirakan yang ditunjukkan oleh laju peningkatan produksi yang stagnan dan impor yang terus meningkat. Kedelai produksi domestik kurang mampu bersaing dengan kedelai impor dan pada tingkat usahatani kedelai relatif tidak dapat bersaing dengan komoditi pangan lain. Pada kondisi demikian kedelai di Indonesia menjadi tanaman yang kurang diminati petani, diusahakan pada lahan sub optimal dengan tingkat penerapan teknologi seadanya. Sebagai komoditas strategis sudah selayaknya kedelai mendapat perhatian lebih besar dan ditunjukkan dengan adanya komitmen pengembangannya melalui program khusus peningkatan produksi kedelai. Melalui program khusus tersebut dirancang program jangka pendek dan jangka menengah peningkatan produksi kedelai. Program khusus tersebut mencakup kegiatan perluasan areal, peningkatan produktivitas dan kebijakan harga, didukung oleh infrastruktur yang memadai. Peluang untuk peningkatan produksi dan mencapai swasembada masih cukup terbuka setelah tahun 2014 sesuai dengan potensi yang ada. Keberhasilan swasembada sangat tergantung kepada komitmen bersama terutama pemerintah untuk melaksanakan program terobosan tersebut.Soybean is one of national strategic commodities because of its important role as a source of income, job creation, rural development, and nutricious source. So far the performance of soybean agribusiness is not very promising as reflected by relatively stagnant production growth and increasing import over time. Domestic product cannot compete with imported product, and domestic soybean agribusiness cannot compete with other food commodities. At the present condition, soybean is planted at sub-optimal land using inadequate technology. As a strategic commodity, strong committment should be dedicated to promote soybean. This committment should be formulated in a special program to boost soybean production. Short-term and middleterm programs to increase soybean production need to be designed by considering various factors such as acreage expansion and location, productivity improvement through technology and price policy, supported by adequate infrastructure.There is an open opportunity to achieve self-sufficiency beyond 2014, and in order to do that strong committment is required especially government policy to realize the target.
Menjaga Keberlangsungan Ketahanan Pangan (Keeping Food Security Sustainability) Nainggolan, Kaman
JURNAL PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.719 KB) | DOI: 10.33964/jp.v22i2.86

Abstract

Situasi pangan global ditandai oleh penurunan produksi, khususnya serealia. Perdagangan pangan global juga menurun, disertai penurunan stok akhir. Indeks harga dalam beberapa bulan terakhir meningkat akibat penurunan stok pangan. Kenaikan biaya produksi dan fluktuasi nilai tukar yang meningkat di banyak negara berkembang termasuk Indonesia merupakan faktor yang berdampak negatif yang mempengaruhi ketersediaan pangan dan dapat memicu kenaikan harga pangan dalam waktu dekat. Situasi pangan di Indonesia berdasarkan ketersediaan produksi cukup menjanjikan. Selama periode 2008-2012 produksi pangan umumnya meningkat kecuali gula tebu. Stok akhir beras yang dikelola pemerintah sebesar 2,29 juta ton, dan impor beras menurun ke tingkat 674.000 ton tahun 2012. Di pihak lain, proporsi penduduk sangat rawan pangan meningkat dari 11,07 persen tahun 2008 menjadi 17,41 persen tahun 2011. Permasalahan utama adalah bagaimana meningkatkan luas lahan dan produktivitas sektor pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan pendapatan pedesaan dan terhindar dari jebakan kemiskinan dan rawan pangan. Investasi di sektor pertanian dan pedesaan harus ditingkatkan untuk membangun infrastruktur pedesaan seperti irigasi, jalan usaha tani, dan pengolahan pangan. Paradigma pembangunan harus dirubah dengan menggunakan model pembangunan yang berorientasi masyarakat melalui proses pemberdayaan. Contoh yang baik adalah program Desa Mandiri Pangan yang telah diapresiasi oleh AGFUND FAO.Global food situation today is characterized by small declining of food production especially cereals. World food trading is also declining, as well as ending stocks. Food prices index in recent months is increasing because of stock declined. Higher production costs and exchange rate fluctuation are increasing in many developing countries including Indonesia. All of these factors can negatively influence food availability and trigger price increase in the near future. The state of our food security, based on food availability is quite promising. During the periods of 2008-2012 our food production was generally good except for sugarcane. Government ending stock of rice was 2.29 million tons, and import declined to 674 000 tons in 2012. Despite good production trends, proportion of extreme food insecured people increases from 11.07 percent in 2008 to 17.41 percent in 2011. The crucial problem is how to increase land size, and agriculture and rural sector productivity to improve rural income and escape from poverty trap. The key element here is to increase investment in agriculture and rural sector. Rural infrastructures such as irrigation, farm roads, and food processing needs to be developed. Development paradigm should be changed from government driven to people driven thru people empowering approach. A good practice is Village Food Resilience Programme which has been appreciated by AGFUND FAO 
THE IMPACT OF COMPENSATION AND MOTIVATION ON PERFORMANCE OF EMPLOYEES PT. CATUR PARTNER SEJATI SENTOSA IN TANGERANG Nainggolan, Kaman; M. Daryono, Dadang; Sfenrianto, Sfenrianto; Frieyadie, Frieyadie
Perspektif : Jurnal Ekonomi dan Manajemen Akademi Bina Sarana Informatika Vol 19, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : www.bsi.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jp.v19i1.10470

Abstract

Human resource development is an important factor to achieve the objective of a company to maximize its profit. Theoretically, some factors such as compensation and motivation is closely related to performance of employee of a company. Therefore, the research was conducted to analyses the impact of compensation and motivation on employee performance. The population of this study is all employee, 250 people of PT. Catur Mitra Sejati Sentosa in Tangerang. The samples of this study were the employees of the company totaling of 154 respondents. Multiple regression analysis technique was used to analyses the impact of compensation and motivation on employee performance. The results of this research showed that compensation and motivation have a positive and significant impact on employee performance. This implies that the company should focus on improving compensation and motivation in order to increase the performance of employees.