Muhammad Zulfikar Asumta
Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

POTENSI SHALAT DENGAN GERAKAN ISOTONIK DAN ISOMETRIK PREDOMINAN UNTUK MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH POSTPANDRIAL PASIEN DIADETES MELLITUS Rajin, Mukhamad; Khusniyah, Zulfa; Yudianto, Andi; Asumta, Muhammad Zulfikar
Eduhealth Vol 5, No 1 (2015): Jurnal Eduhealth
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.777 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk merancang gerakan dan panjang Shalat yang dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial secara efektif. Penelitian ini menggunakan acak pre-test-post test control group design. Setiap kelompok belajar 30 responden dipilih dengan teknik acak sederhana. Ada tiga pengobatan, Shalat di 16, 8 dan 4 siklus masing-masing dilakukan selama 30 menit. kadar glukosa darah postprandial dievaluasi pada 30 dan 90 menit. glukosa Memuat disediakan dengan minum larutan gula 100 mg dalam 300 ml air. Analisis data yang digunakan Satu tes Way Anova dengan signifikansi ditentukan nilai P <0,05. Hasil yang diperoleh terkecil berarti dalam Shalat dengan 4 siklus adalah 92,68 mg / dl. Hasil analisis antara kelompok 16, 8 dan 4 siklus diperoleh setiap nilai P = 0,000. nilai P shalat dengan 8 siklus dan 16 siklus diperoleh = 0,682. Shalat dengan 16 dan 4 siklus, 8 dan 4 siklus diperoleh setiap nilai P = 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa Shalat dengan gerakan isotonik dan isometrik dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial, dan Shalat yang dilakukan 4 siklus dalam 30 menit dapat menurunkan setara dengan kadar glukosa darah puasa. Shalat dengan gerakan isometrik dilakukan 4 siklus dalam 30 menit dianjurkan sebagai alternatif untuk latihan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes mellitus, terutama dengan gangguan jantung, gangguan sendi, kelemahan dan lanjut usia.Kata kunci: shalat, gerakan isotonik dominan, gerakan isometrik dominan, kadar glukosa darah postprandialABSTRACTThis study aims to design movement and a long of Shalat that can decrease postprandial blood glucose levels effectively. This research used randomized pre-test-post-test control group design. Each group studied 30 respondents were selected by simple random technique. There were three treatment, Shalat in 16, 8 and 4 cycles each performed for 30 minutes. Potprandial blood glucose level was evaluated at 30 and 90 minutes. Loading glucose supplied by drinking a sugar solution 100 mg in 300 ml of water. Data analysis used One Way Anova test with significance determined P value <0.05. The result obtained by the mean smallest in Shalat with 4 cycles was 92.68 mg/dl. The results analysis between groups 16, 8 and 4 cycles obtained each value of P = 0.000. Shalat with 8 cycles and 16 cycles obtained P value = 0.682. Shalat with 16 and 4 cycles, 8 and 4 cycles obtained each value of P = 0.000. These results showed that Shalat with isotonic and isometric movements can decrease postprandial blood glucose levels, and Shalat that performed 4 cycles in 30 minutes can decrease equivalent with fasting blood glucose levels. Shalat with isometric movements performed 4 cycles in 30 minutes is recommended as an alternative for exercise to decrease blood glucose levels in patient with diabetes mellitus, especially with heart disorders, joint disorders, weakness and elderly.Keywords: shalat, isotonic movements predominant, isometric movements predominant, postprandial blood glucose levels
POTENSI SHALAT DENGAN GERAKAN ISOTONIK DAN ISOMETRIK PREDOMINAN UNTUK MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH POSTPANDRIAL PASIEN DIADETES MELLITUS Mukhamad Rajin; Zulfa Khusniyah; Andi Yudianto; Muhammad Zulfikar Asumta
Eduhealth Vol 5, No 1 (2015): Jurnal Eduhealth
Publisher : Eduhealth

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk merancang gerakan dan panjang Shalat yang dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial secara efektif. Penelitian ini menggunakan acak pre-test-post test control group design. Setiap kelompok belajar 30 responden dipilih dengan teknik acak sederhana. Ada tiga pengobatan, Shalat di 16, 8 dan 4 siklus masing-masing dilakukan selama 30 menit. kadar glukosa darah postprandial dievaluasi pada 30 dan 90 menit. glukosa Memuat disediakan dengan minum larutan gula 100 mg dalam 300 ml air. Analisis data yang digunakan Satu tes Way Anova dengan signifikansi ditentukan nilai P <0,05. Hasil yang diperoleh terkecil berarti dalam Shalat dengan 4 siklus adalah 92,68 mg / dl. Hasil analisis antara kelompok 16, 8 dan 4 siklus diperoleh setiap nilai P = 0,000. nilai P shalat dengan 8 siklus dan 16 siklus diperoleh = 0,682. Shalat dengan 16 dan 4 siklus, 8 dan 4 siklus diperoleh setiap nilai P = 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa Shalat dengan gerakan isotonik dan isometrik dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial, dan Shalat yang dilakukan 4 siklus dalam 30 menit dapat menurunkan setara dengan kadar glukosa darah puasa. Shalat dengan gerakan isometrik dilakukan 4 siklus dalam 30 menit dianjurkan sebagai alternatif untuk latihan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes mellitus, terutama dengan gangguan jantung, gangguan sendi, kelemahan dan lanjut usia.Kata kunci: shalat, gerakan isotonik dominan, gerakan isometrik dominan, kadar glukosa darah postprandialABSTRACTThis study aims to design movement and a long of Shalat that can decrease postprandial blood glucose levels effectively. This research used randomized pre-test-post-test control group design. Each group studied 30 respondents were selected by simple random technique. There were three treatment, Shalat in 16, 8 and 4 cycles each performed for 30 minutes. Potprandial blood glucose level was evaluated at 30 and 90 minutes. Loading glucose supplied by drinking a sugar solution 100 mg in 300 ml of water. Data analysis used One Way Anova test with significance determined P value <0.05. The result obtained by the mean smallest in Shalat with 4 cycles was 92.68 mg/dl. The results analysis between groups 16, 8 and 4 cycles obtained each value of P = 0.000. Shalat with 8 cycles and 16 cycles obtained P value = 0.682. Shalat with 16 and 4 cycles, 8 and 4 cycles obtained each value of P = 0.000. These results showed that Shalat with isotonic and isometric movements can decrease postprandial blood glucose levels, and Shalat that performed 4 cycles in 30 minutes can decrease equivalent with fasting blood glucose levels. Shalat with isometric movements performed 4 cycles in 30 minutes is recommended as an alternative for exercise to decrease blood glucose levels in patient with diabetes mellitus, especially with heart disorders, joint disorders, weakness and elderly.Keywords: shalat, isotonic movements predominant, isometric movements predominant, postprandial blood glucose levels
Kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi di rumah sakit x Jombang Herin Mawarti; Khotimah Khotimah; Masruroh Masruroh; Muhammad Zulfikar Asumta; Ade Armada Sutedja
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 1 (2024): Volume 18 Nomor 1
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i1.142

Abstract

Background: Maternal and infant mortality rates still do not meet the targets set in the SDGs. Efforts made to reduce maternal mortality are by improving services for mothers and children, apart from that, measuring the success of a health service is measuring satisfaction. Purpose: To analyze client satisfaction with maternal and baby health services at the x Jombang hospital. Method: The research design used was descriptive with a survey method. The population is patients or families who have received complete services at 3 Arsinu hospitals, namely RSIA Muslimat, RSNU, and RSUM Jombang in January-April 2023. Sample collection used the Krejcie and Morgan table for 200 respondents. The satisfaction questionnaire instrument measures perceptions about the initial labor process, emergency unit services, polyclinics, delivery rooms, operating rooms, treatment rooms, NICU rooms, treatment rooms, laboratories and pharmacy, perceptions of costs and complaint handling. Data analysis uses univariate and bivariate. Results: Performance in all Arsinu Hospital service units is good with a patient satisfaction index between 3.19-3.51. The NICU room service satisfaction index is the highest, namely 3.59 with very good service performance or service quality A. There is a correlation between health service elements. Conclusion: The level of service satisfaction is generally good and the level of satisfaction is related to service quality. Suggestion: It is hoped that services will continue to be improved by creating policies that support the provision of quality, effective, efficient and accountable services, improving the provision of facilities and infrastructure and improving the quality of resources and professionalism of officers regarding behavior and communication issues.   Keywords: Maternal; Neonatal; Satisfaction.   Pendahuluan: Angka kematian Ibu dan bayi masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam SDGs. Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kematian ibu adalah dengan peningkatan pelayanan ibu dan anak, selain itu sebagai tolak ukur kesuksesan   suatu pelayanan kesehatan adalah dengan pengukuran kepuasan. Tujuan: Untuk menganalisis kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi di rumah sakit x Jombang. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survei. Populasi adalah pasien atau keluarga yang telah mendapatkan pelayanan secara paripurna di 3 RS Arsinu, yakni RSIA     Muslimat, RSNU, dan RSUM Jombang bulan Januari-April 2023. Pengumpulan sampel menggunakan tabel krejcie and morgan sebanyak 200 responden. Instrumen kuesioner kepuasan mengukur persepsi tentang proses awal persalinan, pelayanan UGD, poliklinik, kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan, ruang NICU, ruang perawatan, laboratorium dan farmasi, persepsi biaya dan penanganan pengaduan. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil: Kinerja di semua unit pelayanan RS Arsinu yaitu baik dengan indeks kepuasan pasien antara 3.19-3.51. Indeks kepuasan pelayanan ruang NICU paling tinggi yaitu 3.59 dengan kinerja pelayanan sangat baik atau mutu pelayanan A. Terdapat korelasi antara unsur pelayanan kesehatan. Simpulan: Tingkat kepuasan pelayanan secara umum baik dan tingkat kepuasan berhubungan dengan kualitas pelayanan. Saran: Diharapkan tetap meningkatkan pelayanan dengan menciptakan kebijakan-kebijakan yang mendukung terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, efektif, efisien dan akuntabel, meningkatkan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana dan peningkatan kualitas sumber daya dan keprofesionalan petugas terkait masalah perilaku dan komunikasi.   Kata Kunci: Kepuasan; Maternal; Neonatal. Background: Maternal and infant mortality rates still do not meet the targets set in the SDGs. Efforts made to reduce maternal mortality are by improving services for mothers and children, apart from that, measuring the success of a health service is measuring satisfaction. Purpose: To analyze client satisfaction with maternal and baby health services at the x Jombang hospital. Method: The research design used was descriptive with a survey method. The population is patients or families who have received complete services at 3 Arsinu hospitals, namely RSIA Muslimat, RSNU, and RSUM Jombang in January-April 2023. Sample collection used the Krejcie and Morgan table for 200 respondents. The satisfaction questionnaire instrument measures perceptions about the initial labor process, emergency unit services, polyclinics, delivery rooms, operating rooms, treatment rooms, NICU rooms, treatment rooms, laboratories and pharmacy, perceptions of costs and complaint handling. Data analysis uses univariate and bivariate. Results: Performance in all Arsinu Hospital service units is good with a patient satisfaction index between 3.19-3.51. The NICU room service satisfaction index is the highest, namely 3.59 with very good service performance or service quality A. There is a correlation between health service elements. Conclusion: The level of service satisfaction is generally good and the level of satisfaction is related to service quality. Suggestion: It is hoped that services will continue to be improved by creating policies that support the provision of quality, effective, efficient and accountable services, improving the provision of facilities and infrastructure and improving the quality of resources and professionalism of officers regarding behavior and communication issues.   Keywords: Maternal; Neonatal; Satisfaction.   Pendahuluan: Angka kematian Ibu dan bayi masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam SDGs. Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kematian ibu adalah dengan peningkatan pelayanan ibu dan anak, selain itu sebagai tolak ukur kesuksesan   suatu pelayanan kesehatan adalah dengan pengukuran kepuasan. Tujuan: Untuk menganalisis kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi di rumah sakit x Jombang. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survei. Populasi adalah pasien atau keluarga yang telah mendapatkan pelayanan secara paripurna di 3 RS Arsinu, yakni RSIA     Muslimat, RSNU, dan RSUM Jombang bulan Januari-April 2023. Pengumpulan sampel menggunakan tabel krejcie and morgan sebanyak 200 responden. Instrumen kuesioner kepuasan mengukur persepsi tentang proses awal persalinan, pelayanan UGD, poliklinik, kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan, ruang NICU, ruang perawatan, laboratorium dan farmasi, persepsi biaya dan penanganan pengaduan. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil: Kinerja di semua unit pelayanan RS Arsinu yaitu baik dengan indeks kepuasan pasien antara 3.19-3.51. Indeks kepuasan pelayanan ruang NICU paling tinggi yaitu 3.59 dengan kinerja pelayanan sangat baik atau mutu pelayanan A. Terdapat korelasi antara unsur pelayanan kesehatan. Simpulan: Tingkat kepuasan pelayanan secara umum baik dan tingkat kepuasan berhubungan dengan kualitas pelayanan. Saran: Diharapkan tetap meningkatkan pelayanan dengan menciptakan kebijakan-kebijakan yang mendukung terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, efektif, efisien dan akuntabel, meningkatkan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana dan peningkatan kualitas sumber daya dan keprofesionalan petugas terkait masalah perilaku dan komunikasi.   Kata Kunci: Kepuasan; Maternal; Neonatal.
TINGKAT PENGETAHUAN DAN LAMA MENDERITA TB BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI SEMBUH PASIEN TB DI POLI PARU RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO Mawarti, Herin; Asumta, Muhammad Zulfikar; Annisa, Fatma
coba Vol 12 No 2 (2024): Mei 2024
Publisher : Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32831/jik.v12i2.672

Abstract

Pendahuluan: Jumlah pasien tuberkulosis paru yang drop out pengobatan semakin banyak, diantaranya terjadi karena kurangnya motivasi untuk melakukan pengobatan secara rutin agar lekas sembuh dari penyakitnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, lama menderita TB dengan motivasi penderita TB Paru. Metodologi: Desain penelitian ini analitik korelasional dengan pendekatan crossectional. Populasinya seluruh penderita TB paru di Poli Paru RSI Sakinah MojokertoMetode purposive sampling digunakan untuk mengumpulkan sampel. Jumlah sampel 47 orang. Analisis penelitian uji spearman rho menggunakan SPSS 23. Hasil: Responden dengan pengetahuan kurang seluruhnya mempunyai motivasi untuk sembuh dalam kategori rendah sedangkan pengetahuan baik hampir seluruhnya mempunyai motivasi untuk sembuh tinggi. Responden yang lama menderita TB kurang dari 2 bulan mempunyai motivasi sembuh rendah dan responden yang lama menderita TB lebih dari 6 bulan mempunyai motivasi tinggi. Berdasarkan hasil uji spearman rho, nilai ρ= 0,000, r= 0,760 untuk pengetahuan dan nilai ρ= 0,004, r= 0,414 untuk lama menderita TB. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang erat antara pengetahuan dan motivasi. Semakin lama menderita TB semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh responden. Pengetahuan yang tinggi mempengaruhi kemauan atau motivasi responden dalam melakukan pengobatan agar mereka dapat segera sembuh dari penyakitnya Kata Kunci: pengetahuan, lama menderita TB, motivasi sembuh
Pengaruh Komponen HBM (Health Belief Model) terhadap Self Awareness pada Pasien TB Paru yang LTFU (Lost to Follow Up): Literatur Review Handayani, Ferry; Mawarti, Herin; Asumta, Muhammad Zulfikar
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 12, No 4 (2024): November 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.12.4.2024.829-839

Abstract

Bagi pasien TB paru yang mengalami LTFU (Lost to Follow Up), penting untuk mengembangkan kesadaran diri tentang dampak ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Pengobatan TB harus diselesaikan secara tuntas dan teratur adalah langkah krusial untuk mencegah kekambuhan dan resistensi obat. Tujuan literatur review ini adalah mencari pengaruh Health Belief Model terhadap self awareness pada pasien TB paru yang lost to follow up melalui literatur review. Desain penelitian yang digunakan adalah tinjauan literatur. Pencarian literatur dibatasi pada artikel yang diterbitkan antara tahun 2020 dan 2024. Pengumpulan artikel jurnal dilakukan menggunakan basis data pencarian elektronik seperti "Google Scholar," "PubMed," dan "Springer." Kata kunci yang digunakan adalah "Health Belief Model OR Self Awareness AND Lost To Follow Up AND Tuberculosis." Berdasarkan hasil analisis tinjauan literatur diperoleh 138.045 artikel dari database, selanjutnya menjadi 135.990 artikel setelah dipilih yang fulltex dan diambil sesuai kriteria ekslusi dan eksklusi menjadi 10 artikel, ditemukan berbagai pendekatan dan faktor yang mempengaruhi pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TB. Penelitian menunjukkan bahwa persepsi keparahan dari Health Belief Model mempengaruhi perilaku pasien TB paru dalam mencari perawatan kesehatan, meskipun mereka merasa malu dan takut. Pendekatan terstruktur dan berbasis teori, seperti Health Belief Model, penting dalam pengendalian tuberkulosis (TB). Kolaborasi efektif, dukungan keluarga, dan pendidikan kesehatan meningkatkan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TB. Faktor seperti dukungan penyedia layanan, kepercayaan pada pemerintah, dan manajemen stigma juga penting untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan dan mengurangi putus pengobatan TB. Pendekatan holistik dan terintegrasi sangat diperlukan untuk keberhasilan eliminasi TB.
Penurunan Kadar Glukosa Darah setelah Minum Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata Liin): Studi pada Pasien Diabetes Mellitus Asumta, Muhammad Zulfikar; Sutedja, Ade Armada; Yudianto, Andi; Najib, Ainun; Mawarti, Herin
Jurnal Farmasetis Vol 12 No 4 (2023): Jurnal Farmasetis: November 2023
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/far.v12i4.1818

Abstract

Diabetes Mellitus menjadi penyebab kematian keempat di Indonesia. Oleh karena itu pengendalian penyakit ini memerlukan manajemen pengobatan yang aman. Pengobatan Diabetes Mellitus dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa yang tinggi pada darah. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan pencegahan mengunakan pengobatan alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ekstrak daun sirsak (Annona muricata liin) mampu menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes Mellitus. Penelitian ini menggunakan metode Quasy Experiment dengan menggunakan pendekatan One Group Pre-Post-Test Design. Teknik pengambilan sampel purposive menggunakan 10 orang.  Alat ukur gluko test digital easy touch. Ekstrak daun sirsak yang diberikan adalah tiga kali satu kapsul setiap hari sesudah makan. Terapi berlangsung selama satu minggu, dan diakhiri dengan pengujian glukosa darah digital Easy Touch. Data dianalisis dengan mengunakan uji Paired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan p=0,00 dengan perbedaan rerata (means difference) sebesar 164,4 dan nilai IK 95 % adalah 146,7 sd 179,93.Hasil penelitian ini menunjukkan potensi ekstrak daun sirsak pada pengendalian glukosa darah pada pasien diabetes mellitus. Diharapkan ekstrak daun sirsak dapat digunakan sebagai obat herbal holistik untuk pengobatan pendamping pasien diabetes mellitus.  
Non Adherence to Fluid Restriction among Patients who Undergoing Hemodialysis and Influencing Factors: Study at RSI Sakinah Mojokerto Muhammad Zulfikar Asumta; Herin Mawarti; Siti Urifah; Yuni Ernawati; Mukhoirotin
Journal Of Nursing Practice Vol. 7 No. 2 (2024): April
Publisher : Universitas STRADA Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30994/jnp.v7i2.502

Abstract

Background: Nonadherence to Fluid Restriction is main problem among chronic renal failure patients who undergoing hemodialysis, it causingan undesirable effect on health and risk of death. Several factors such as sociodemographic, knowledge, susceptibility of illness, perceived treat, perceived controlare some factors influencing Nonadherence behavior. Purpose: The aim of this study was to analyze the factors influencing Non-adherence to Fluid Restriction who undergoing hemodialysis at RSI Sakinah Mojokerto. Methods: A descriptive analytic with crossectional techniques was conducted among 73 patients undergoing hemodialysis at RSI Sakinah Mojokerto by using purposive sampling technique. Data were collected through checklist and questionnaires. Descriptive statistic was used for data analysis and logistic regression test was used analysis the predictor of factors relating with Non-adherence to Fluid Restriction who undergoing hemodialysis. Results: The results of this study showed 37% patients were Non-adherence to Fluid Restriction and 63% patients were adherence. There were three risk factors for non-adherencee, namely (Health Belief Model) HBM, history of disease and length of time undergoing hemodialysis. HBM 0.132 times higher (95% CI: 0.132, 0.035), history of disease 0.072 times higher (95% CI: 0.072, 0.012), and length of time undergoing hemodialysis 0.071 times higher (95% CI: 0.071, 0.016). Conclusion: HBM, history of disease and length of time undergoing hemodialysis were risk factors for Non-adherence to Fluid Restriction. The nurse should consider the patient's adherence with fluid restrictions in providing nursing care.