Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pendidikan Pondok Pesantren: Institusionalisasi Kelembagaan Pendidikan Pesantren Rusydi Sulaiman
'Anil Islam: Jurnal Kebudayaan dan Ilmu Keislaman Vol 9 No 1 (2016): Pesantren dan Pendidikan Islam Indonesia
Publisher : Institut Ilmu Keislaman Annuqayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.678 KB)

Abstract

Pondok Pesantren has a spesific tradition that is far different with other institutions. It has sub-culture relating with way of life, system of values, system of power and authority in its administration. As the oldest education in Indonesia, it has at least five pillars, namely kiyai, santri, mosque, boarding house and kitab kuning. The modernization has changed the sub-culture and pillars. The models of modern education changed the sub-culture. This article describes that Pondok Pesantren as educational institution has basic aspects called “Falsafah and Idealisme”, consist of basic values, pesantren’s tradition and its spirit (ruh al-Ma‘had). Pesantren then comes forward to strenghen its institution—promoting Ma’had ‘Aly and university concept. Biside conserving its traditional values, pondok pesantren should be accomodative toward next valuable thing (al-Muha>faz}ah ‘ala al-Qadi>m al-S}a>lih} wa al-Akhz\u bi al-Jadi>di al-As}lah). There are some aspects should be strenghened in pesantren: academic, administrative, net-working and so on. It is regarding that pesantren as fortresses for the defence of Islamic community and centres for dissemination of Islam.
Pemikiran dan Gerakan Dakwah KH. Dja’far Addari Rusydi Sulaiman
MAWA IZH JURNAL DAKWAH DAN PENGEMBANGAN SOSIAL KEMANUSIAAN Vol 9 No 2 (2018): Mawai'zh Desember
Publisher : Faculty of Da’wa and Islamic Communication, State Institute for Islamic Studies of Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/maw.v9i2.785

Abstract

The existence of Islam and its varieties among society indicates a big contribution of some scholars including Moslem scholars in Indonesia. KH. Dja’far Addari was one of the pioneers in Bangka who could prove it.—had a big role in changing civilization. Beside idealism and strong struggle, his charisma plays a big role. Dja’far Addari was not only muballigh (conventional Islamic preacher), but productive writer. He travelled far for seek of knowledge (from Bangka Selatan to Mecca) when he was 14 years old under the supervision of salaf Moslem scholars, then went home to his motherland. This article focusses on the thought of Dja’far Addari which consist of Tauhid, syari’ah and Akhlak, then his social movement as Dakwah Islam. Many key persons have been interviewed in searching detail sources in this research. The existence of this Guru implicates some influences, such as: adat istiadat and local tradition, system of belief, strengthening economy and entrepreneurship. The figurism of Dja’far Addari inspires new civilization in Bangka Selatan; Dallas, Airgegas even Pangkalpinang.
Muhammad Saw. dan Peradaban Umat (Analisis Ketokohan dan Kepemimpinan Rasulullah) Rusydi Sulaiman
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.342 KB)

Abstract

Muhammad, Saw. adalah tokoh besar yang menggagas sejarah Islam. Nabi yang agung tersebut sangat dikagumi oleh berbagai kalangan, tak terkecuali non-muslim. Siapapun mengakui kebesaran dan keagungan Muhammad, Saw. melebihi ketokohan nabi-nabi lain sebelumnya. Tulisan ini secara spesifik membahas tentang ketokohan dan kepemimpinan Muhammad, Saw. dalam realitas sejarah Islam, merujuk kepada sumber-sumber terkait berupa kitab, buku dan literatur lain. Muhammad Saw. tidak sekedar muballigh (the preecher), tetapi negarawan (the stateman) yang menggetarkan Jazirah Arab bahkan dunia—disebut juga sebagai,”The spiritual leader”. Muhammad Saw. adalah nabi akhir yang telah mengimplementasikan prinsip kebebasan agama dan toleransi beragam serta koeksistensi sosial sesuai ajaran Islam. Piagam Madinah misalnya merupakan fakta sejarah atas realisasi kebebasan berpikir dan kebebasan agama serta toleransi beragama dalam Islam yang diwariskan oleh Nabi Agung, yaitu Muhammad, Saw. Ide baru tentang sistem pemerintahan dan bentuk-bentuk lembaga politik negara sebagai produk peradaban, selanjutnya terjadi pada periode khalifah empat, disebut “al-Khulafaa’ al-Raasyiduun” yang berlangsung pemerintahanya selama tiga puluh tahun (632-661 M) Muhammad, PBUH. is a great figure who initiated the history of Islam. The great Prophet is greatly admired by various circles, not least non-Muslim. Anyone recognizes the greatness and majesty of Muhammad, PBUH. surpassing the prophecies of other prophets before. This paper specifically discusses the character and leadership of Muhammad, PBUH. in the reality of Islamic history, refers to related sources, such as: kitab, books and other literature. Muhammad, PBUH. Not just muballigh (the preecher), but also the statesman that shakes the Arabian Peninsula even the world-is called, "The spiritual leader". Muhammad, PBUH. is the final prophet who has implemented the principle of religious freedom and tolerance as well as social coexistence according to Islamic teachings. Medina Charter for example is a historical fact on the realization of freedom of thought and freedom of religion and religious tolerance in Islam inherited by the Great Prophet, namely Muhammad, PBUH. The new idea of ​​the system of government and the forms of state political institutions as a product of civilization, subsequent to the period of the four caliphs, is called "al-Khulafaa 'al-Raasyiduun" which lasted for thirty years (632-661 CE)
NKRI DAN PENGUATAN PENDIDIKAN: TINJAUAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Rusydi Sulaiman
Nuansa : Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan Vol 9, No 1 (2016): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/nuansa.v9i1.368

Abstract

Indonesia telah  memberi apresiasi kepada setiap  warga  negara, dan  menjunjung tinggi hal-hal  yang berhubungan dengan hak dan kewajiban warga  Negara dalam  keseluruhan aspek  kehidupan. Satu bidang  yang mesti  diperkuat dalam  rangka  menuju stabilitas  NKRI adalah pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan penting  bagi setiap  manusia, terlebih  warga  negara di negeri  ini, negara dan  pemerintahnya, maka  pendidikan harus  ditumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di Republik ini. Pendidikan memiliki  peran  strategis  dalam  mempercepat  terbentuknya masyarakat berperadaban  (civilized- people) atau masyarakat utama (al-Madiinah al-Faadhilah). Artikel ini mempertegas tentang NKRI dan Penguatan Pendidikan yang kaitannya dengan hak dan kewajiban warga negara diharapkan menjadi sebuah penguatan nilai- nilai didalamnya. Pembahasan meliputi  beberpapa su bahasan, yaitu: warga  negara dan keharusan pendidikan, aspek  pendidikan sebaga langkah  peradaban, problematika pendidikan di Indonesia, menjadi civilized-people. Hakikat  pendidikan adalah proses pembelajaran yang tidak  saja  pemberian pengetahuan, melainkan aktivitas untuk   membangun kesadaran, kedewasaan  dan  kemandirian serta   pembebasan.  Kesadaran, kedewasaan kemandirian, dan  pembebasan merupakan tujuan  inti pendidikan dan  demokrasi. Hal tersebut dapat  diartikan bahwa manusia sebagai pusat  pendidikan harus  menjadikan program pendidikan sebagai alat  pembebasan untuk mengantarkan manusia menjadi mahluk  yang bermartabat. Pendidikan dimaksud tidak sebatas al-Ta’liim, melainkan al-Tarbiyah,  al-Ta’diib dan  juga  al-Riyaadhah. Manusia  sebagai makhluk beradab tidak  lepas  dari unsur-unsur yang baik berupa wujud-wujud kebudayaan dan peradaban; idealisme, kelakuan dan wujud benda.Supremasi perdaban sebuah bangsa identik dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi modern
Dinamika Peradaban Kampung di Bangka Sulaiman, Rusydi
Mawaizh : Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan Vol 10 No 2 (2019): Religion and Sciences Challenges in Indonesia Context
Publisher : Faculty of Da’wa and Islamic Communication, State Institute for Islamic Studies of Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/maw.v10i2.978

Abstract

Indonesia is known for its vast territory consisting of thousands of islands. One of them is Pulau Bangka—an island which also includes many villages in the right and left row of roads with other completeness as the reality of the village in Bangka. Sociologically, the island is harmed because the form of the village in Bangka is more due to colonial policy in the middle of nineteen century. It was , different from previous village land inherited by the ancestors (Atok-Nek) in Bangka. This article focuses on early village discussions in Bangka named kampung with qualitative research methods sourced from data related to the subject matter. This research produces several sub-discussions, namely: village philosophy, archaeological data in Bangka, the history of kampung in Bangka, kampung and strengthening civilization. Kampung does not appear immediately in the history of Bangka, but there were in long process. Early Bangka people inherited some ranges; memarung, panggung, bubung kampung and nganggung. Then adopted by Malay Islam (urang lah. In philosophical Islam, there was a process of strengthening local wisdom values as a form of kampung civilization in Bangka island.
Zakat dan Keadilan Sosial Sulaiman, Rusydi
ASY SYAR'IYYAH: JURNAL ILMU SYARI'AH DAN PERBANKAN ISLAM Vol. 6 No. 2 (2021): Asy-Syar'iyyah Desember 2021
Publisher : FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/asy.v6i2.2062

Abstract

Sudah maklum bahwa zakat dalam Islam adalah salah satu sumber ekonomi umat yang dikelola secara rutin dalam rangka menutupi kebutuhan hidup kelompok tertentu, khususnya al-Ashnaaf al-Tsamaniyah Agar lebih berdaya dari sebelumnya. Tak seorangpun yang menolak pemberlakuan ketetapan hukum syar’i zakat tersebut. Pemerintah Indonesia dari waktu ke waktu memberi sinyal positif terhadap perkembangannya. Dukungan tersebut dibuktikan dengan belakangan ini dikabulkannya gugatan uji materi UU Nomor 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat oleh Mahkamah Konstitusi. Hanya tiga pasal yang diubah, yaitu pasal 18, pasal 38 dan pasal 41.
Alumni Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) Antara Peluang dan Tantangan Sulaiman, Rusydi; Kusniati, Endang
Tawshiyah: Jurnal Sosial Keagaman dan Pendidikan Islam Vol. 21 No. 1 (2025): Tawshiyah: Jurnal Sosial Keagamaan dan Pendidikan Islam
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/taw.v14i1.1031

Abstract

Perkembangan PTAI dalam mengalami transformasi berlangsung cukup lama dari STAI, STAIN, IAIN, sampai pada UIS/UIN. PTAI/PTAIN telah melahirkan banyak alumni yang mampu berkompetensi dibidang agama Islam, hingga ia berperan dibanyak sektor kebidangan (profesi) baik nasional maupun internasional. Namun kondisi tersebut masih belum menyelesaikan masalah, karena masih banyak lulusan PTAI yang belum bekerja sesuai kebidangannya, padahal secara keilmuan sudah mumpuni, namun daya serap kerja belum terpenuhi bagi alumni PTAI/PTAIN. Secara khusus dalam penulisan artikel ini menggunakan landasan operasional, sebagai kerangka teoritis. Sedangkan jenis metodologinya deskriptif kualitatif atau kajian pustaka (library research). Adapaun hasil dari penulisan artikel ini, telah ditemukan peluang bagi lulusan dari PTAI/PTAIN saat ini sudah mampu menggabungkan antara ilmu umum dan ilmu agama (Integrasi-interkoneksi), dengan demikian akan terjalin secara seimbang dan Islam tidak hanya berkutat pada pembahasan akhirat semata, melainkan mampu membicarakan persoalan sosial, hurmaniora dan lain sebagainya. Melihat tantangan yang ada sesuai dengan latar belakang masalah tersebut di atas, dengan kurangnya daya serap lulusan PTAI untuk itu diperlukannya langkah alternatif seperti perlu dibukannya Manajeman Berbasi Sekolah (MBS) bagi masyarakat sebagai pendekatan pendidikan untuk semua kalangan masyarakat, guna meminimalisir stigma negatif terhadap lulusan PTAI/PTAIN. Langkah strategis ini bisa dijadikan sebagai bentuk penguatan peradaban di dunia pendidikan Islam.
PENDIDIKAN (AGAMA) ISLAM DI PERGURUAN TINGGI: Tawaran Dimensi Esoterik Agama Untuk Penguatan SDM Sulaiman, Rusydi
TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam Vol 10 No 2 (2015)
Publisher : State Islamic Institute of Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.061 KB) | DOI: 10.19105/tjpi.v10i2.818

Abstract

Penerapan perkuliahan Pendidikan (Agama) Islam di perguruan tinggi masih menyisakan berbagai persoalan, terutama dalam menciptakan SDM yang berkualitas.  Tawaran  penguatan  dimensi esoterik agama  adalah  satu alternatif  untuk  ciptakan  SDM yang  berkualitas. Kesemuanya dikemas dengan  baik agar dicapai  kualifikasi tertentu dalam diri peserta didik dan tak terlepas dari  nilai-nilai Agama Islam. Penguasaan yang kuat terhadap Pendidikan Agama Islam di PTAI mesti diikuti dengan penguatan nilai-nilai pendidikan Islam dalam kalbu yang dalam. Metode uswah hasanah menjadi gerakan beragama yang bersifat soft-power, yakni yang mengunjungi tinggi nilai keteladanan , molaritas, pembela bagi kaum dlu’afâ’ (tertindas) serta penegak hak asasi manusia.
The Symbol of Acculturation and Islamic Unity in Nganggung Tradition of Bangka: An Integration of Maqāṣid asy-Syarī’ah with Local Wisdom Sulaiman, Rusydi; Ibrahim; Muhammad Qomaruddin Ridwan; Ahmad Afnan Anshori; Alfan Shidqon
AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Faculty of Sharia IAIN Madura collaboration with The Islamic Law Researcher Association (APHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/al-lhkam.v19i2.14923

Abstract

This paper aims to explore the integration of traditional and modern Islam in nganggung tradition of Bangka society. Nganggung is a customary practice of bringing food with specific procedures and attributes to commemorate important Islamic holidays. It existed for a long time as a tradition in Bangka conducted by traditionalists. Recently, modernists also participated in the event, making nganggung a melting pot that blends traditionalists and modernists. While associated with traditional Islam, this practice has also involved modern practices. The research was carried out in Kemuja and Kenanga villages on Bangka Island, using interviews, participatory observation, and a literature review. It addresses three key questions: How is local wisdom in the nganggung tradition expressed in contemporary Bangka society? How can this wisdom strengthen ties between traditional and modern Islam? What is the role of maqāṣid asy-syarī’ah in sustaining this wisdom for lasting harmony? Findings show modernists' participation arises from respect for traditional Islam. While nganggung has adapted to include all groups, changes remain minor. It continues to unite society, sustained by Islamic values and maqāṣid asy-syarī’ah.
Muhammad Saw. dan Peradaban Umat (Analisis Ketokohan dan Kepemimpinan Rasulullah) Sulaiman, Rusydi
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muhammad, Saw. adalah tokoh besar yang menggagas sejarah Islam. Nabi yang agung tersebut sangat dikagumi oleh berbagai kalangan, tak terkecuali non-muslim. Siapapun mengakui kebesaran dan keagungan Muhammad, Saw. melebihi ketokohan nabi-nabi lain sebelumnya. Tulisan ini secara spesifik membahas tentang ketokohan dan kepemimpinan Muhammad, Saw. dalam realitas sejarah Islam, merujuk kepada sumber-sumber terkait berupa kitab, buku dan literatur lain. Muhammad Saw. tidak sekedar muballigh (the preecher), tetapi negarawan (the stateman) yang menggetarkan Jazirah Arab bahkan dunia—disebut juga sebagai,”The spiritual leader”. Muhammad Saw. adalah nabi akhir yang telah mengimplementasikan prinsip kebebasan agama dan toleransi beragam serta koeksistensi sosial sesuai ajaran Islam. Piagam Madinah misalnya merupakan fakta sejarah atas realisasi kebebasan berpikir dan kebebasan agama serta toleransi beragama dalam Islam yang diwariskan oleh Nabi Agung, yaitu Muhammad, Saw. Ide baru tentang sistem pemerintahan dan bentuk-bentuk lembaga politik negara sebagai produk peradaban, selanjutnya terjadi pada periode khalifah empat, disebut “al-Khulafaa’ al-Raasyiduun” yang berlangsung pemerintahanya selama tiga puluh tahun (632-661 M) Muhammad, PBUH. is a great figure who initiated the history of Islam. The great Prophet is greatly admired by various circles, not least non-Muslim. Anyone recognizes the greatness and majesty of Muhammad, PBUH. surpassing the prophecies of other prophets before. This paper specifically discusses the character and leadership of Muhammad, PBUH. in the reality of Islamic history, refers to related sources, such as: kitab, books and other literature. Muhammad, PBUH. Not just muballigh (the preecher), but also the statesman that shakes the Arabian Peninsula even the world-is called, "The spiritual leader". Muhammad, PBUH. is the final prophet who has implemented the principle of religious freedom and tolerance as well as social coexistence according to Islamic teachings. Medina Charter for example is a historical fact on the realization of freedom of thought and freedom of religion and religious tolerance in Islam inherited by the Great Prophet, namely Muhammad, PBUH. The new idea of ​​the system of government and the forms of state political institutions as a product of civilization, subsequent to the period of the four caliphs, is called "al-Khulafaa 'al-Raasyiduun" which lasted for thirty years (632-661 CE)