Almunadi Almunadi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

METODOLOGI IMAM AL-THAHAWI DALAM MENYELESAIKAN MUSYKIL AL-HADIS DENGAN PENDEKATAN MUBHAM AL-HADIS Almunadi Almunadi; Adriansyah Adriansyah
El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis Vol 6, No 2 (2017): Desember
Publisher : IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.166 KB) | DOI: 10.29300/jpkth.v6i2.2338

Abstract

Kritik sanad dan matan hadis sangat diperlukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi ke-shahih-an sebuah hadis. Pandangan para Muhadditsin menegaskan bahwa ke-shahih-an sanad hadis bukan jaminan mutlak bagi ke-shahih-an matannya. Seringkali sebuah hadis dinilai shahih atau hasan dari sisi sanadnya, namun sejatinya hadis tersebut tidak demikian, karena tercederai oleh unsur-unsur syaz dan ‘illat yang bukan saja berada pada sanadnya, tetapi juga dapat muncul pada matannya. Secara umum, makna musykil hadis diklasifikasikan kepada dua kategori ; mukhtalaf al-hadis dan hadis yang mengandung makna samar. Musykil hadis kategori kedua adalah hadis yang tidak mengandung unsur kontradiktif dengan semua hadis atau dengan lainnya tetapi hanya mengandung makna samar dan karenanya memerlukan penjelasan. Untuk menyelesaikan problematika yang terdapat dalam hadis tersebut, al-Thahawi melakukan penjelasan maknanya.
Salat Sunah sebelum Maghrib dalam Mukhtalif al-Hadis Dafis Heriansyah; Adzkiya Zayyan Mauizah; Devi Rizki Apriliani; Sholeh Utomo; Almunadi Almunadi
Jurnal Riset Agama Vol 1, No 3 (2021): Desember
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.971 KB) | DOI: 10.15575/jra.v1i3.15254

Abstract

This study aims to determine the law of the sunnah prayer before maghrib. This study uses a qualitative approach through descriptive-analytical methods. The results and discussion of this study indicate that praying sunnah before maghrib is sunnah, but this sunnah is not recommended based on the hadith of Imam Bukhari. This study concludes that performing sunnah prayers before maghrib is allowed but not recommended, scientifically the law is ghairu muakkad. This study recommends to the public and academics to review the mukhtalif of sunnah prayers before maghrib.
Cyber Crime in the Era Industrial 4.0: Analysis OTP Fraud in Hadith Perspective Almunadi Almunadi; Titik Kurniawati; Ahmad Rofi’i; Dafis Heriansyah
Jurnal Riset Agama Vol 3, No 1 (2023): April
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jra.v3i1.19903

Abstract

This research was conducted to examine cases of OTP fraud in the view of hadith. The results and discussion of this study indicate the existence of certain hadith that prohibit committing acts of fraud including OTP fraud. This study concludes that OTP fraud is an act of criminality by deceiving its target by pretending to be a staff of a certain institution to convince its target to provide an OTP code. This is prohibited in the Qur'an and hadith so it is recommended to do tabayyun when receiving information. This research recommends that technology users be careful and not give arbitrary codes containing confidential personal data to others.
RELEVANSI PENDIDIKAN WANITA PERSPEKTIF QASIM AMIN TERHADAP PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN Dewi Tri Yulianti; Muhajirin Muhajirin; Almunadi Almunadi
Al-Misykah: Jurnal Studi Al-qur'an dan Tafsir Vol 1 No 2 (2020): Al-Misykah: Jurnal Studi Al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.035 KB) | DOI: 10.19109/almisykah.v1i2.9037

Abstract

Dalam Masyarakat, khususnya di Mesir pada masa Qasim Amin, tradisi seklusi (pemingitan) wanita masih gencar ditegakkan dengan dalih menjaga kesucian wanita, bahkan mengejek wanita yang keluar rumah untuk mendapatkan intelektualitas. Maka Qasim Amin merasa perlu menyuarakan pentingnya pendidikan bagi wanita. Selain itu, diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan manusia merupakan berkah untuk mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Selain menegaskan pembebasan dan kesetaraan antara wanita dan laki-laki, al-Qur’an juga memuat persoalan pendidikan yang diangkat baik secara implisit maupun eksplisit, mulai dari proses pendidikan hingga materi pendidikan itu sendiri. Dengan menggunakan pendekatan tafsir tarbawi dan kombinasi antara metode maudhu’i dan tahlili, ditemukan bahwa pendidikan yang dikemukakan oleh Qasim Amin relevan dengan pendidikan yang terkandung dalam al-Qur’an.
Keberadaan Agama Samawi Pada Masa Fatrah Dalam Perspektif Al-Qur’an Rosa Rosdiana; Pathur Rahman; Almunadi Almunadi
Al-Misykah: Jurnal Studi Al-qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2022): Al-Misykah: Jurnal Studi Al-qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.749 KB) | DOI: 10.19109/almisykah.v3i2.15071

Abstract

This study seeks to explain the existence of the divine religion during the Fatrah period (the era of the void of the prophet), which started from the appointment of Prophet Isa AS to the sky until the appointment of Prophet Muhammad SAW as an apostle, as well as the condition of the divine religions that existed at that time when in the hereafter because Allah clearly will not punist his servants before sending an apostle. By using library research and theological approach in the form of Kalami. The study concludes that the meaning of fatrah is a period of prophetic emptiness that began when Prophet Isa AS was appointed to the sky until the appointment of Prophet Muhammad SAW as an apostle by Allah SWT. While the existence of the divine religions at that time experienced a high level of moral damage, because there are many changes and storages that make the heavenly religion lose its authenticity, so that at that time a Prophet and apostle was needed who could invite people toreturn to the path of truth. The status of those who lived during the fatrah period who died before getting the da’wah of monotheisem were survivors and declared as a group of the people of heaven. But those who believe in other than Allah will enter the people of hell.
Rabbani's Character in Social Media: A Study of the Relevance of Al-Qur'an Meme's Instagram Mubadalah.id with Interpretations of Mufasir Nusantara Eko Zulfikar; Almunadi Almunadi; Abdul Kher
Jurnal Semiotika Quran Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v3i1.18417

Abstract

This article aims to examine the idea of ​​Instagram Mubadalah.id about the character of Rabbani in the Qur’an. In the post that was uploaded in the form of a meme on its website, Mubadalah.id seems to have contributed thoughts about the character of Rabbani that men and women must have. This is interesting to study further, considering that Mubadalah.id is an Instagram social media that actively posts issues around Islam, especially those related to gender. By using qualitative methods and a virtual ethnographic approach, this article concludes that Mubadalah.id’s Instagram provides the idea of ​​nine Rabbani characters based on verses of the Koran which are packaged in the form of memes, namely: having faith in Allah, always doing good deeds, protecting oneself from lust for the world, intertwin hablun minan-nas, have commendable morals, do not oppress women, are aware of their potential, are aware of slander within themselves, and behave in rahmatan lil ‘alamin. The nine characters of Rabbani in the Qur'an offered by Mubadalah.id are very relevant to the interpretation of Mufasir Nusantara against the verses which are used as a benchmark to designate the character of Rabbani. Therefore, the nine Rabbani characters need to be applied in Indonesian social life to achieve a better life.
PENGAKUAN ISLAM TERHADAP EKSISTENSI AGAMA LAIN: STUDI RELEVANSI PENAFSIRAN HAMKA DI INDONESIA Eko Zulfikar; Almunadi Almunadi; Apriyanti Apriyanti
Jurnal Perspektif Vol. 16 No. 1 (2023): Jurnal Perspektif
Publisher : Balai Diklat Keagamaan Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53746/perspektif.v16i1.92

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui relevansi pemikiran Hamka di Indonesia tentang pengakuan Islam terhadap agama lain dalam Tafsir al-Azhar. Hal ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa Islam sebagai agama yang rahmatan li al-‘alamin, telah memberikan rambu-rambu anjuran untuk terus berhubungan baik dengan penganut agama lain. Melalui al-Qur’an, Islam telah memberikan kebebasan bagi siapa saja untuk menganut agama sesuai yang diyakininya, memberi penghormatan, dan mengakui eksistensi agama yang dianutnya. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis isi, artikel ini menyimpulkan bahwa: pemikiran Hamka tentang pengakuan Islam terhadap agama lain tampak relevan dengan kondisi sosial kemasyarakatan di Indonesia. Dengan menuangkan pada bentuk penafsiran dalam Tafsir al-Azhar, Hamka berusaha merespon isu pluralisme agama dengan merujuk pada QS. al-An’am [6]: 108, QS. al-Baqarah [2]: 256, dan QS. al-Ghasiyah [88]: 21-22. Dalam ketiga ayat ini, Hamka tampak mengakui eksistensi agama lain non-Islam di kancah nasional maupun internasional. Dalam konteks Indonesia, penafsiran Hamka terhadap ketiga ayat tersebut sejalan dengan nilai-nilai Pancasila nomor satu “Ketuhanan Yang Maha Esa”, nomor dua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan nomor lima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.