Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Analysis of sago starch fermented with aerobic and anaerobic processes as alternative material for fish meal Wuniarto, Erwin; Sampekalo, Julius; Lumenta, Cyska
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 2, No 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.2.2.2014.12397

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Analisis pati sagu yang difermentasi dengan proses aerob dan anaerob sebagai bahan alternatif pengganti tepung ikan Fish meal is commonly used as the main ingredient in aqua feeds. In this study, sago (Metroxylon spp.) starch was fermented through aerobic and anaerobic processes using Rhizophus sp. The duration of fermentation was 10 days. Based on proximate analysis, the unfermented sago starch had protein content of 1.11%, while the fermented one showed five to eight times increased protein level. The carbohydrate, lipid, and ash contents were found to decline in both aerobic and anaerobic fermentation. On the other hand, water content and crude fiber increased in both aerobic and anaerobic processes. Tepung ikan umumnya digunakan sebagai bahan baku utama dalam pakan organisme budidaya. Dalam penelitian ini, bahan pati sagu (Metroxylon spp.) difermentasi secara aerob maupun anaerob dengan menggunakan Rhizopus sp. Lamanya fermentasi adalah 10 hari. Berdasarkan hasil uji proksimat, kandungan protein pati sagu tanpa fermentasi adalah 1,11 %, sedangkan bahan pati sagu yang difermentasi memperlihatkan peningkatan kandungan nilai proteinnya sebanyak lima sampai delapan kali. Kandungan karbohidrat, lemak, dan kadar abu berkurang pada kedua fermentasi aerob dan anaerob. Sebaliknya, kadar air dan serat kasar meningkat pada kedua proses aerob dan anaerob.
Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan Desa Pakowa Bunta dengan Menggunakan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) dalam Pakan pada Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok: Empowerment of the Pakowa Bunta Village Fish Cultivator Group Using Betel Leaf Extract (Piper betle L.) in Feed in Biofloc System Tilapia Cultivation Agustina, Sri Sukari; Wuniarto, Erwin; Botutihe, Nuratni; Saputra, Dicki Alif; Hamsun, Zulfikar; Usman, Ramadhani; Balau, Fitriani; Fajriansyah, Rian
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 3 (2024): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v9i3.6417

Abstract

Pakowa Bunta Village is one of the villages in Nuhon District, Banggai Regency, physically it is a lowland area located on the coastline. The large area of tilapia ponds in Pakowa Bunta Village and the suboptimal management of tilapia cultivation have caused many tilapia fish to die. The repeated failure of cultivation in the traditional system of tilapia cultivation in Pakowa Bunta Village requires the transfer of innovative fish cultivation technology from the traditional system to the biofloc system. This community service activity aims to improve the skills and knowledge of fish cultivator groups regarding biofloc system fish cultivation and increase the economic income of fish cultivators in Pakowa Bunta Village. The approach used to resolve partner problems in this activity is the Community Development method, which is oriented towards developing community empowerment by making the community the subject and object of development and direct involvement in various service activities. The final result achieved from this community service activity is an increase in the skills of the fish cultivator group in innovating tilapia cultivation technology using a biofloc system that is modified by using betel leaf extract in the feed given to tilapia, resulting in an increase in tilapia production and an increase in the community's economic income of fish farmers.
KEBIASAAN MAKAN IKAN BLUE NEON GOBY (Stipodhon semoni Weber, 1895) DI SUNGAI BIAK KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH. Khartiono, Lady Diana; Gani, Abdul; wuniarto, erwin; Herjayanto, Muh; Ndobe, Samliok; Bakri, Achmad Afif; Nurjirana, Nurjirana; Senggagau, Betutu; wisto, Wisto; ali, wildayanti
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.30.1.2024.1-6

Abstract

Genus Stiphodon adalah spesies ikan air tawar yang bersifat amphidromous, salah satunya Stiphodon semoni terkenal karena kecantikan warna tubuh, hijau atau biru metalik yang biasa disebut dengan nama Blue Neon Goby. Pada tahun 2020 tim pengusul penelitian menemukan Stiphodon semoni terdapat di beberapa wilayah sungai Pulau Sulawesi salah satunya di Sungai Biak Luwuk Banggai. Spesies S. semoni adalah ikan asli/ native perairan sungai di Sulawesi Tengah, Luwuk Banggai. Namun penemuan ikan native S. semoni tersebut disertai dengan ancaman kepunahannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data kebiasaan makanan ikan dari pengamatan pada habitatnya dan pengamatan laboratorium. Dari hasil penelitian ditemukan ikan S. semoni hidup pada perairan jernih dengan substrat dasar berbatu dan arus sedang, pada kedalaman air 30 cm – 50 cm. Tingkah laku S. semoni makan yaitu memakan makanan yang menempel pada bebatuan. Kemampuan menempelkan tubuhnya di permukaan substrat dasar bebatuan tersebut disebabkan oleh adanya modifikasi pada sirip perut (pelvic fin) yang menyerupai alat penghisap. Modifikasi tersebut dapat menyebabkan ikan S. semoni menempel kuat dan tidak hanyut oleh arus sungai. Jenis makanan ikan S. semoni yaitu jenis fitoplankton diatom dari kelas Bacillariophyceae, kelas Zignematophyceae, Mikrospora dan Cilliata. Sebelum memasuki musim hujan, komposisi makanan didominasi oleh Zignema sp. dan Cymbella, pada musim penghujan komposisi makanan didominasi oleh diatom Cymbella, Bacillaria dan terdapat banyak Mikrospora. Panjang usus S. semoni lebih panjang dari panjang tubuh, yaitu rerata 1,45 sehingga diduga S. semoni merupakan golongan omnivora.