Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

“Arsitektur Panggung” Di Kawasan Tugu Nasional Ardhiati, Yuke
PANGGUNG Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i4.136

Abstract

ABSTRACT The many of architecture works of Soekarno in the 1960s are express the Nation Pride by exploring the Indonesian culture as the basic design into Modern Architecture’s buildings. This paper is a narra- tive of the spatial experiences in Soekarno’s masterpiece work, Tugu National. The study is refers to a qualitative research and used a Grounded Theory of Glaser and Strauss. By using a phenomenological spatial investigation in Tugu National building area was found an architecture drama analogy by adop- ted the sequences programming space looks like a drama performing especially from above through an aerial view of the Tugu National. The monument building looks like a resembled of ‘the drama perform- ing’ shown from a balcony on the aircraft cabin. A new theory named “Architecture of Stage” include to reveal Khora, as the concept of the ‘architectural form’ by traced the Soekarno’s ideas to express the uniqueness form of the monument. He composed an ‘Architecture Drama’ analogy as his tacit know- ledge in ‘tonil drama’ during his exile at Ende and Bengkulu. He reflected the Old Javanesse culture as the basic of the Modern Architecture design as an Architecture’s Event at that time. Keywords: Architecture’s Drama, Phenomenology, tonil drama of Soekarno, spatial investigation, Tugu National Monument    ABSTRAK Beberapa karya arsitektur Soekarno seputar tahun 1960-an merupakan ekspresi Nation Pride melalui eksplorasi budaya Indonesia sebagai basis perancangan bangunan Arsitektur Modern. Tulisan merupakan narasi pengalaman spasial pada karya masterpiece Soekarno, di kawasan Tugu Nasional berdasar penelitian kualitatif yang menerapkan strategi Grounded Theory meru- juk Glaser dan Strauss. Melalui pengamatan keruangan secara fenomenologi di kawasan Tugu Nasional telah ditemukan arsitektur drama analogy melalui cara mengadopsi sekuen ruang yang menyerupai pertunjukan drama, terutama melalui pandangan udara di kabin pesawat yang mengudara di atas kawasan Tugu Nasional, bagaikan  pertunjukan drama yang disak- sikan dari sebuah balkon. Teori baru yang dinamai “Arsitektur Panggung” disertai  pengung- kapan khora, sebagai konsep bentuk/’form’ arsitektur Tugu Nasional yang ditelusur sebagai ide Soekarno. Ia telah menggubah arsitektur drama sebagai pengetahuan tacit semasa menggelar drama tonil di pembuangan Ende dan Bengkulu. Soekarno mengekspresikan budaya Jawa Kuno sebagai basis perancangan Arsitektur Modern, yang kini dinamai ‘Arsitektur-Peristiwa’. Kata kunci: “Arsitektur Panggung”, fenomenologi, drama tonil, pengalaman keruangan, Tugu Nasional
Kajian Artistik Lidah Api Kemerdekaan di Tugu Nasional atau Monumen Nasional. Ardhiati, Yuke
KALPATARU Vol 21, No 2 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1472.848 KB) | DOI: 10.24832/kpt.v21i2.140

Abstract

Lidah Api Kemerdekaan sebagai simbol dinamis ’api’ adalah ekspresi Kebesaran Bangsa Indonesia gagasan Presiden Soekarno menjadi mahkota Tugu Nasional atau Monumen Nasional. Kehadirannya bukan saja sebagai simbol estetis semata, agar tampak indah dari semua sudut pandang, tetapi juga berperan sebagai pelindung ruang lift di Puncak Tugu. Kedudukannya di atas ketinggian 115 m dari permukaan tanah menyebabkan kesulitan dalam cara penggambaran serta pemugaran. Berdasar penelitian, diketahui kondisi Api Kemerdekaan yang telah mengalami degradasi/kerusakan pada lapisan goldleaf di permukaan dasar Lidah Api. Dengan demikian diperlukan pemikiran-pemikiran ke depan untuk menemukan strategi konservasi bagi kelestarian Lidah Api Kemerdekaan tersebut. Selain itu ditemukan kesulitan cara pendokumentasian artefak karena lokasi tapak berdirinya Lidah Api tidak memungkinkan Lidah Api disaksikan secara frontal. Di dalam dokumen pribadi Arsitek Soedarsono (alm.) ditemukan sejumlah gambar arsitektur LidahApi Kemerdekaan sebagai pemandu penggambaran ulang Lidah Api Kemerdekaan untuk menjadi basis konservasi lanjut. Abstract. Lidah Api Kemerdekaan (The Flame of Independence) as a dynamic symbol of ‘fire’ is the expression of the Greatness of Indonesian Nation, and was the idea of President Soekarno, who wanted it to be the ‘crown’ of Tugu Nasional/Monumen Nasional (National Monument) or Monas. It is not solely meant as an aesthetical symbol to make the monument attractive from every view, but also functions as the cover of the lift room on top of the monument. Its position, which is 115 above the ground, has caused some difficulties in the drawings and restoration efforts. Grounded Theory research through the point of view of Phenomenology on top of the National Monument has revealed degradation/damage on the gold-leaf layer on the surface of the Flame of Independence. Hence thoughts/discussions to find conservation strategies in the future are essentially needed for the preservation of the Flame of Independence. There is also difficulty to document the artifact because the location of the flame makes it impossible to be viewed frontally. Fortunately among the personal documents of the late architect, Soedarsono, we found a number of architectural drawings of the Flame of Independence that can be used as our guidance to redraw the Flame of Independence as the basis of further conservation.
Proses Kreatif Perancangan Arsitektur Masjid Era Pemerintahan Soekarno dan Soeharto Adam, Rizky; Ardhiati, Yuke
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 18, No 1: Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3287.252 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v18i1.13328

Abstract

Masjid memiliki makna tempat bersujud bagi umat Islam, serta memiliki peranan yang sangat penting bagi umat Islam baik dari segi pelayanan ibadah dan pemberdayaan umat. Terbangunnya masjid-masjid di Indonesia pasti memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun ada hal yang dapat mempengaruhi terbangunnya sebuah masjid yaitu proses kreatif masing masing Presiden, pengaruh kekuasan dan budaya. Tidak hanya bangunan bangunan monument saja yang memiliki pengaruh kekuasaan dan pengalaman. Kini masjid pun bisa menjadi ekspresi dari kekuasaan orang yang diberi amanah pada masa itu. Tujuan penulisan ini adalah agar khalayak dapat mengetahui bahwasanya Presiden mempunyai kuasa dalam membangun negara dengan berdasarkan pengalaman pribadi yang dialaminya serta menghasilkan perbedaan perkembangan arsitektur yang istimewa. Penulisan ini menggunakan pendekatan sejarah dan literatur serta pendekatan secara arsitektural yaitu mengamati dari gaya arsitektur. Hasil penulisan ini membawa kesimpulan bahwa Soekarno memiliki gagasan yang modern dan monumental dan Soeharto lebih mengusung gagasan arsitektur bernuansa lokal. Proses kreativitas seseorang tidak akan berhenti dan akan selalu berproses berdasarkan latar belakang budaya mereka berasal, pengalaman hidup yang menjadi identitas sang presiden yang berkuasa pada masa tersebut.
Dramatic Earthly Paradise: An Architectural Concept of the Resort Hotel in Mandalika, Lombok Kurniawan, Febri Wahyu; Ardhiati, Yuke; Anggita, Diptya
Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management Vol. 3 No. 2 (2024): Journal of Aesthetics, Creativity and Art Management
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jacam.v3i2.3763

Abstract

Mandalika Special Economic Zones in Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia, is experiencing dynamics after the Covid-19 pandemic, in the form of updating the 2015 and 2018 master plans, including the accommodation design concept. This study was carried out based on qualitative methods aimed at producing the design of a resort hotel in Mandalika Area in Lombok. This architectural study is a qualitative research that refers to the studies of Linda Groat and David Wang. Based on the research results, a hotel resort concept with the theme of the Dramatic Earthly Paradise was obtained. The 'earthly paradise' reflects the beauty of the island of Lombok (natural panorama of beaches, mountains and culture) into an integrated design. The benefit obtained from this study is as an inspiration for fulfilling tourism accommodation in resort areas based on a combination of local wisdom and universal design.