Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMBUATAN ETANOL DARI LIMBAH AMPAS KELAPA DENGAN MENGGUNAKAN Rhizopus oligosporus DAN Saccharomyces cereviseae DENGAN PENAMBAHAN PHOSPAT Widyatmoko, H.; Anindya Duhita, Sawitri
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ampas kelapa mengandung karbohidrat, lemak, daseln protein. Selulosa adalah salah satu jenis kabohidrat yang dapat dirubah menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui kadar C/N, P (Phospat), kadar etanol dan pertumbuhan mikroba dalam proses fermentasi ampas kelapa. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan mikroba Rhizopus oligosporus dan Saccharomycess cerevisiae dengan ratio phospat ½, 1, 2 pada ampas kelapa Tidak Kupas dan Kupas. Pada contoh ampas kelapa Tidak Kupas kadar C/N berkurang dari 0,25 hingga 0,15 sedangkan pada ampas kelapa Kupas berkurang antara 0,4 – 0,2. Nilai pH ampas kelapa Tidak Kupas berkisar antara dari 6,89 hingga 5,18 dan ampas kelapa Kupas 6,56 hingga 4,98. Kadar etanol pada ampas kelapa Tidak Kupas cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan ampas kelapa Kupas. Hal ini disebabkan ampas kelapa Tidak Kupas mengandung lignin. Kadar etanol pada Ampas Tidak Kupas sebanyak 1 % pada jam 96 dan terendah 0,46 % pada jam ke 24 . Sedangkan yang kupas kadar etanol paling tinggi 1,14% dan yang terendah 0,46 % Kata Kunci : Ampas Kelapa, Etanol, Saccahromycess cerevisiae, Rhizopus oligosporus
Akurasi pH sebagai Parameter Tingkat PencemaranLogam Berat dalam Tanah Widyatmoko, H.
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 5, No 5 (2011)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Parameter pH dapat digunakan untuk memperkirakan mobilitas unsur-unsur kimia dalam tanah. Penelitian ini menggunakan 100 conto soil yang telah dihomogenisasi. Untuk menentukan pH masing-masing conto sebanyak 30gram dicampur dengan 75 ml 0,1 N KCl diaduk selama 30 menit menggunakan magnet. pH diukur menggunakan H+ ion-selective glass electrode pada kondisi, proses dan waktu pengukuran yang sama. Penentuan pH berlangsung setelahtidak ada perubahan angka selama 1 menit. Untuk kalibrasi pH-meter digunakan Phosfat untuk pH 7.02 dan Phtalat untuk pH 4. Analisis logam terpilih Mn, Pb dan Cd dilakukan dengan melarutkan 5 gram conto ke dalam 40 ml aquaregia, dipanaskan selama 1 minggu pada suhu 80oC dan kemudian dianalisis dengan AAS. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi total logam berat dalam tanah berkorelasi positif terhadap pH dan berkorelasi negative terhadap Eh.Korrelasi ini bersifat spesifik sesuai untuk setiap logam dan dipengaruhi oleh keberadaan oksigen, senyawa organic dan fraksi butiran tanan. Sebagian besar logam dalam tatah terikat pada partikel-partikel tanah.Keywords: pH, accuracy, correlation,metals, Eh
PENGURAIAN SAMPAH ORGANIK DI MUARA KALI KRESEK JAKARTA UTARA BERDASARKAN KONDISI SUNGAI DENGAN PARAMETER BOD, COD, DAN ZAT ORGANIK Widyatmoko, H.; Iswanto, Bambang; Ira Riandiani, Roro
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 5, No 3 (2010)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penduduk Jakarta banyak yang tinggal di pinggiran sungai. Semakin hari pinggiran kali Kresek semakin padat, sementara infrastruktur penanganan sampah tidak ada perbaikan. Kali Kresek semakin terpolusi oleh limbah domestik dari industry, deterjen, insektisida dan pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Penguraian Sampah Organik di Muara Kali Kresek Jakarta Utara dengan Parameter BOD, COD, dan Zat Organik. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Juni 2008. Lokasi penelitian terletak di perairan Kali Kresek di daerah Koja, Kotamadya Jakarta Utara. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan pengambilan sampel air dengan metode grab sampler di beberapa titik pada muara kali Kresek di kedalaman 1 meter dan 1,5 meter. Beberapa parameter fisik dan kimia diukur secara langsung di lapangan sedangkan beberapa parameter lainnya dianalisis di laboratorium lingkungan Universitas Trisakti. Kualitas air pada kedalaman 1 meter menunjukkan nilai DO 4,4 – 6,7 mg/l, BOD 41 - 69 mg/l, COD 67.74 – 108.41 mg/l, zat organik 49.58 – 77.07 mg/l. Kualitas air pada kedalaman 1,5 meter menunjukkan nilai DO 4,4 – 6,7 mg/l, BOD 32 - 57 mg/l, COD 58,55 – 82.33 mg/l, dan nilai zat organik 45,79 – 58,43 mg/l.Keyword: sewage dispersion, estuary, organic sewage, physical and chemical parameters
PERENCANAAN TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN JATIASIH, KOTA BEKASI Indrawati, Dwi; Widyatmoko, H.; Riswandi Pratama, Toto
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 6, No 4 (2013)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metodologi perencanaan mengacu pada SNI 19-3964-1994. Untuk menentukan sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah, dilakukan pengukuran timbulan dan komposisi sampah eksisting yang diperoleh dengan melakukan sampling terhadap 48 Kepala Keluarga sebagai wilayah permukiman dan 16 objek non permukiman. Dari hasil sampling diketahui bahwa laju timbulan sampah di Kecamatan Jatiasih sebesar 0,56 kg/org/hari, dengan persentase komposisi sampah untuk wilayah permukiman adalah 79% sampah organik dan 21% sampah anorganik, sedangkan persentase sampah untuk wilayah non permukiman adalah 46% sampah organik dan 54% sampah anorganik. Kepadatan sampah wilayah permukiman sebesar 0,13 kg/liter dan wilayah non permukiman sebesar 0,24 kg/liter. Periode perencanaan teknis operasional pengelolaan sampah di Kecamatan Jatiasih direncanakan untuk 20 tahun mendatang, yaitu hingga tahun 2035 dengan 3 tahapan perencanaan, yaitu tahap jangka pendek (2015-2017), jangka menengah (2018-2023) dan jangka panjang (2024-2035). Dalam perencanaan teknis operasional, diberikan 2 alternatif pengelolaan sampah dengan masing-masing biaya retribusi pada tahun 2035 yang dibebankan kepada warga terlayani adalah sebesar Rp 48.361,00/KK dan Rp 53.864,00/KK. Berdasarkan pertimbangan biaya, maka Alternatif I adalah alternatif terpilih dengan pola pengumpulan dan pengangkutan individual langsung sebesar 58%, individual tidak langsung sebesar 41% dan komunal langsung sebesar 1%.Kata kunci: Komposisi sampah, Pengumpulan sampah, Pengangkutan sampah, Timbulan sampah
PENGURAIAN SAMPAH ORGANIK DI MUARA KALI KRESEK UNTUK PARAMETER TOTAL NITROGEN, PHOSPHAT, MINYAK DAN LEMAK Hendrawan, Diana; Widyatmoko, H.; Efria, Anggi
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 4, No 2 (2007): DESEMBER 2007
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.008 KB)

Abstract

Analysis of Applying the Environment Management System ISO 14001 2004 The objective of this research was to identify physical and chemical characteristics in Kresek estuary. Total Nitrogen, Phosphate and Oil Fat concentration were the pollutants distributed in every segment based on depth and distance as well as estimate the amount of decomposition from pollutant concentration. Sampling was conducted on early April 2008 through 3 observation segments. The result of measurement in the depth of 1 m from water surface is the temperature around 26–30 °C; ph water 6,84–7,14; speed 0,3–1,8; TDS 231–11040 mg/l; TSS 2,03–11,25 mg/l; muddy 3,5–45 mg/l; DO 5,7–6,7 mg/l; total nitrogen 6,69–8,97 mg/l; phosphate 0,154–0,395 mg/l. The result of measurement in the depth of 1,5 m from water surface is the temperature around 26–30°C; ph water 6,9–7,19; speed 0,1–0,13; TDS 236–11542 mg/l; TSS 8,5–13,25 mg/l; muddy 3,9–59 mg/l; DO 5,7–6,9 mg/l; total nitrogen 7,62–9,71 g/l; phosphate 0,235–0,499 mg/l. Further, the result of analysis was compared by standard quality based on the Decree of The Governor of DKI Jakarta No. 582/1995 Group C. The result of analysis in the depth of 1 m and 1,5 m exceeding quality standard of The Governor’s Decree No. 582/1995 Group C was TDS and total nitrogen. The result of nitrogen organic decomposition calculation influenced by oxygen content in water with using mass scale seen from total nitrogen concentration namely organic coming inside river in the depth of 1 m was in amount of 0,223 kg/s and organic coming inside the river in the depth was in amount of 0,738 kg/s.   Abstract in Bahasa Indonesia: Analysis of Applying the Environment Management System ISO 14001 2004 Muara Kresek merupakan muara kali Sunter yang mempunyai kedalaman 6 – 10 m. Muara Kresek berada diwilayah kelurahan Lagoa, Jakarta Utara. Tujuan penelitian adalah mengetahui konsentrasi Total Nitrogen, Phosphat, dan Minyak Lemak di Muara kresek, mengetahui distribusi pencemar pada tiap-tiap segmen berdasarkan kedalaman dan jarak dan menghitung besar penguraian konsentrasi pencemar. Pengambilan sampel dilakukan pada awal bulan April 2008, dari 3 segmen pengamatan. Hasil pengukuran pada kedalaman 1 m dari permukaan air yaitu suhu berkisar antara 26-30 oC; pH air 6,84-7,14; keceapatan 0,3-1,8; TDS 231-11040 mg/l; TSS 2,03-11,25 mg/l; Kekeruhan 3,5-45 mg/l; DO 5,7-6,7 mg/l;total nitrogen 6,69-8,97 mg/l; phosphat 0,154-0,395 mg/l. Hasil pengukuran pada kedalaman 1,5 m dari permukaan yaitu suhu berkisar antara 26-30 oC; pH air 6,9-7,19; keceapatan 0,1-0,3; TDS 236-11542 mg/l; TSS 8,5-13,25 mg/l; Kekeruhan 3,9-59 mg/l; DO 5,7-6,9 mg/l; total nitrogen 7,62-9,71g/l; phosphat 0,235-0,499 mg/l. Hasil analisis kemudian dibandingkan oleh baku mutu SK Gubernur DKI Jakarta No. 582/1995 Golongan C. Hasil analisis pada kedalaman 1m dan 1,5 m yang melebihi baku mutu SK Gubernur DKI Jakarta No.582/1995 Golongan C adalah TDS dan total nitrogen. Hasil perhitungan penguraian organik nitrogen yang dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air dengan menggunakan perhitungan neraca massa yang dilihat dari konsentrasi total nitrogen yaitu organik yang masuk ke dalam sungai pada kedalaman 1 m sebesar 0,223 kg/det.dan organik yang masuk ke sungai pada kedalaman 1,5 m sebesar 0,738 kg/det.
POTENSI PEMBENTUKAN BIOGAS PADA PROSES BIODEGRADASI CAMPURAN SAMPAH ORGANIK SEGAR DAN KOTORAN SAPI DALAM BATCH REAKTOR ANAEROB Ratnaningsih, Ratnaningsih; Widyatmoko, H.; Yananto, Trieko
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 5, No 1 (2009): JUNI 2009
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.998 KB)

Abstract

The research device to produced biogas from mixture the cow feces and fresh organic garbage, on laboratory with batch reactors. Biogas fixation on mixture of liquefied the cow feces and fresh organic garbage divided into five groups (1:0; 3:1; 1:1; 1:3; 0:1) by 4 liter substrates in 24 days, and analyzed by regression method. Measurement of another parameters is: C/N ratio, pH substrate, BOD/COD, Total Solid, and biogas composed. This result showed that the best volume of biogas have produced by unit ratio 1:1 (TS 9%; C/N ratio 9,7) as much as 1,03 liter biogas per liter substrate (12 l/kg TS), and 11,57% methane. Overall biogas have started produce in two days, by temperature 25,5°C – 28,5°C and pH beginning 5,32 – 6,25. Meanwhile the process have been reduction Total Solid as 17 – 61%, and reduction of BOD/COD each one as 25 – 40% and 23 – 52%. Poorly of biogas and methane production have been effected by lowest C/N ratio in each substrate (C/N ratio 9,2 – 10,3), so that the methanogenic process haven’t optimum. The problem effected on pH substrate when lowest in the end of process (5,89 – 6,42), this is showed that acetogenic process still turning. Source of lowest C/N ratio in cow feces (9,2) caused by waste of tempe and tahu that cows consumption, the consumption have been 22,7 kg/cow/day or 89% of total consumption per day. The research showed that biogas production had not on optimal condition, effected by lowest C/N ratio.   Abstract in Bahasa Indonesia:  Penelitian ini bertujuan untuk mengolah sampah organik segar yang dicampur dengan kotoran sapi menjadi biogas, pada skala laboratorium menggunakan reaktor batch. Penentuan jumlah biogas terbaik terhadap pengenceran kotoran sapi perah dan sampah organik segar dilakukan dengan komposisi bahan campuran (1:0; 3:1; 1:1; 1:3; 0:1) dengan volume 4 liter dan waktu pemeraman 24 hari, selanjutnya dianalisis dengan metode regresi. Parameter pendukung yang diuji meliputi: C/N rasio, pH isian, BOD/COD, Total Solid, serta komposisi gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biogas terbaik dihasilkan oleh bahan campuran 1:1 dengan kadar TS 9% (rasio C/N 9,7), yaitu sebesar 1,03 liter biogas per liter bahan (12 l/kg TS), dengan kandungan metana sebesar 11,57%. Secara keseluruhan biogas terbentuk pada umur isian dua hari, dengan rentang suhu 25,5°C – 28,5°C dan pH awal sebesar 5,32 – 6,25. Disamping itu juga terjadi penurunan kadar Total Solid lumpur substrat sebesar 17 – 61%, dan penurunan BOD/COD masing-masing sebesar 25 – 40% dan 23 – 52%. Rendahnya produksi biogas dan kandungan metana disebabkan tidak sempurnanya proses methanogenesis akibat terlalu rendahnya rasio C/N pada masing-masing substrat (C/N rasio 9,2 – 10,3), sehingga proses dekomposisi anaerob dalam tiap-tiap reaktor tidak mencapai tahapan methanogenic sempurna. Hal ini berdampak terhadap derajat keasaman substrat yang rendah pada akhir produksi (5,89 – 6,42), yang menandakan masih berlangsungnya tahap acetogenic (tahap produksi asam). Sumber pakan ternak berupa ampas tempe dan ampas tahu merupakan salah satu penyebab rendahnya rasio C/N kotoran sapi perah (9,2). Konsumsi ampas tahu dan tempe mencapai 22,7 kg/ekor/hari atau 89% dari total konsumsi per hari. Penelitian ini memperlihatkan bahwa pembentukan biogas yang dihasilkan belum optimal, akibat C/N rasio yang rendah.
KEMAMPUAN HUMATE LEACHATE MELARUTKAN LOGAM BERAT DARI LANDFILL Widyatmoko, H.
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 4, No 2 (2007): DESEMBER 2007
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.971 KB)

Abstract

Analysis of Applying the Environment Management System ISO 14001 2004 The ability of humate leachate to remove heavy metals from landfill. Leachate of domestic waste contains humats like macromolecules from decomposed organic matter in Landfill. These humic substances are a mixture of complex organic compounds that can be separated into four fractions. This study attempted to find the conditions under which humates can most effectively absorb and remove problematic elements, like Pb, Hg, Co, Cu, Ni, and Zn from landfill to reduce heavy metals release into environtment. The leachate, taken from landfill in April 2006 was spiked with all six regulated elements to concentrations above detection limit of Atomic Absorpsion Spectrometry. The sample was than filtered into four molecule fractions. The heavy metals found ware preferentially in the highly molecular fractions above 50,000 D. This means that these pollutants are stronger associated to the highly molecular than the low-molecular fractions. For the practise this means that the heavy metals from the leachate can be eliminated by ultrafiltration of around 50,000 D. The deluted rain water to the factor of 3.5 increases the ability of the high molecular fractions in the landfill to the factor 15 higher. This means that water diluted by the rain strengthens the leaching out of the heavy metals and the organic pollutants from the landfill. Leahate addition to landfills has many advantages associated with it. Leachate recirculation involves the collection and redistribution of leachate through the landfill.   Abstract in Bahasa Indonesia: Analysis of Applying the Environment Management System ISO 14001 2004 Leachate dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA)mengandung senyawa makromolekul menyerupai Humin yang berasal dari dekomposisi bahan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dan kemampuan jenis makromolekul humin sebagai pelarut zat-zat pencemar seperti logam berat. Karena kemampuan makromolekul sebagai pelarut dapat menaikkan mobilitas zat berbahaya di TPA dan tingkat pencemaran air tanah. Untuk menjawab pertanyaan ini maka dilakukan penyaringan ultra secara bertahap terhadap leacheate yang berasal dari TPA, sehingga diperoleh fraksi-fraksi dengan ukuran molekul berbeda. Setelah itu dilakukan pemberian dosis logam berat pada masing-masing fraksi sehingga konsentrasi tidak berada di bawah detection limit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat dominan pada fraksi di atas 50.000 D, sementara fraksi yang lebih kecil dari 50.000 D tidak. Hal ini berarti bahwa logam berat membentuk asosiasi dalam low molecular fraction dan larut keluar dari leachate. Secara mengejutkan tingkat kelarutan logam berat , dalam high molecular fraction menjadi naik jika dilakukan pengenceran. Pengenceran dengan faktor 3,5 menaikkan tingkat kelarutan hingga 15 kali. Ini berarti bahwa zat-zat berbahaya dalam leacheate di TPA akan menjadi sangat mobile bersamaan dengan curah hujan. Makro molekul dalam lindi mempunyai kemampuan tinggi sebagai pelarut zat pencemar sehingga lindi dengan kandungan pelarut tersebut dapat dikembalikan ke TPA sebagai pelarut zat pencemar.
Wavelenght-Dispersive X-Ray Flourescence Accuration Widyatmoko, H.
Makara Journal of Technology Vol. 8, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wavelenght–Dispersive X-Ray Flourescence Accuration. X-Fuorescence spectrometry is a method, which is increasingly applied in the geochemical analysis. X-Fuorescence spectrometry is classified under two categories – WDXRF (wavelenght – dispersive X-ray fluorescence spectrometer) and EDXRF (energy-dispersive X – ray fluorescence spectrometer). WDXRF can be configured as a sequential spectrometer , a simultaneous spectrometer or a hibrid instrument, which combines the advantages of the simultaneous and sequential spectrometers into one instrument. Each instrument is different in some characteristics, and each has applications for which it is specifically suited. In this investigation sequential spectrometer PW 1450 was used to analyze the major, minor and trace elements in the samples. The standards used in calibrating the PW 1450 for the analysis of all samples are materials of known composition (30 internatioanal standards and 66 standards from Institut für Mineralogie der Uni. Köln, Germany). Interelement and matrix effects are treated by matrix matching of samples and standards, dilution, preconcentration of the element of interest, and mathematic corrections during data analysis. The examination of two samples and the statistic description using standard deviation and coefficient of variant show that the XFA is accurate enaugh for many elements, especially for the major elements, but for Mg, Ca, K, Na, P, S, Co, Rb, Zn, Ni, Ba, Pb in comparison with Atomic Absorpsion Spectrometry (AAS), Flame Emission Spectrometer (FES), Inductively Coupled Plasma (ICP) and photometer it is less sensitive. It is posible to devaluate the errors by using coefficient of variant and standard deviation.