This Author published in this journals
All Journal Jurnal Al-Dirayah
Siti Alfiatun Hasanah
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

TABAYYŪN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Analisis Penafsiran QS. An-Nisā’ Ayat 94 dan Al-Ḥujurat Ayat 6) Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 5 No. 1 (2020): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan media komunikasi massa, dan terutama dalam wujud media sosial, tidak hanya memberi dampak positif bagi kehidupan, akan tetapi juga membawa akibat negatif. Kekacauan-kekacauan sosial ini diantaranya disebabkan oleh massifnya peredaran berita bohong, atau yang secara populer kerapkali disebut sebagai hoax. Dalam beberapa hal, peredaran hoax yang amat masif ini, dalam perspektif agama Islam –sebagai salah satu agama dengan jumlah penganut terbesar di dunia, dimungkinkan karena ketidakpatuhan atas petunjuk-petunjuk dalam kitab suci al-Quran, yakni tradisi untuk senantiasa ber-tabayyun atau cross check, yakni memeriksa terlebih dahulu setiap kabar yang diterima. Artikel ini berupaya untuk menelisik pemaknaan tabayyun dalam al-Quran, sebagaimana ditunjukkan dalam QS. Al-Nisa ayat 94 dan QS. Al-Hujurat ayat 6.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS. LUKMAN 12-19: Perspektif Tafsir Al-Misbah Siti Alfiatun Hasanah; Desi Andani
Al-Dirayah Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan akhlak merupakan sebuah bentuk upaya bimbingan untuk mengarahkan sesorang kepadaterbentuknya kebaikan lahir dan bathin sehingga terwujudlah insan kamil. Dalam Q.S Lukman 12-19terkandung pokok-pokok tuntunan agama seperti aqidah, syari’at dan akhlak. M.Quraish Shihab adalah adalahpakar tafsir di Indonesia yang piawai dalam menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an sesuai konteks modern.Baginya, akhlak berkaitan dengan hubungan makhluk dan khaliq dalam tatanan nilai ilahiyah. Adapun jenispenelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan dianalisis dengan metode penafsiran tahlili. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S. Lukman 12-19 perspektif Tafsir al-Misbah yaitu:bersyukur, tauhid, birrul walidain, penghambaan, amar makruf nahi munkar, nilai keimanan pada hari kiamat,dan nilai rendah hati dan berbuat baik.
PEMAHAMAN MAKNA TABARRUJ : PERSPEKTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 8 No. 2 (2021): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tabarruj adalah salah satu topik dalam wacana tafsir yang selalu menarik untuk dibahas. Dari zaman klasik hingga modern, perilaku tabarruj dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Jika pada zaman jahiliyah dulu perilaku tabarruj dilakukan dengan menampakkan bagian-bagian tubuh yang menarik pada kaum laki-laki, maka saat ini perilaku tabarruj dihadirkan dengan beragam variasi, mulai dari berpakaian tidak sesuai syari’at, berhias secara berlebihan, menampilkan aurat dan kecantikan di media sosial dan sebagainya. Berangkat dari masalah tersbut, maka peneliti tertarik untuk meneliti pemahaman makna tabarruj perspektif mahasiswi UIN Raden Fatah Palembang.
KONSEP MUHASABAH DALAM AL-QUR’AN: Telaah Pemikiran al-Ghazali Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 2 No. 2 (2018): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper examines the concept of muhasabah according to al-Ghazali in the Qur'an. According to al-Ghazali, perfect muhasabah consists of six stages. First, Musyarathah or setting conditions. Second, Muraqabah or supervised. Third, Muhasabah or audited. Fourth, Mu'aqabah or sanctioned. Fifth, Mujahadah or earnest. Sixth, Mu'atabah or self-denial. These stages can be divided into three parts, namely preparations, moments of thought and practice afterwards. Musyarathah and Muraqabah can be categorized as practiced before being able to control and monitor the intention before performing a practice. While the Mu'aqabah, Mujahadah and Mu'atabah are the practices that follow after reflection. All three serve reward or punishment to oneself who have obtained evaluation results from the process of muhasabah.
PENDIDIK BERKARAKTER SUFI : Studi Analisis Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat 17 Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 4 No. 2 (2019): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the view of Islam, educator essentially is the Prophet’s heir. He has a great responsibility to build the student’s character in order to be good and knowledgable. This is in accordance to the purpose of man’s creation, i.e. to worship Allah. Thus the main purpose of education is to direct mankind to in total obedience to Allah who are able to maintain the earth (khalifah fil ‘ardh) based on divine values. Educator therefore should become a figure who can the divine mission and spread it The divinemission of an educator should be realized in a sufistic character by educating his students both intellectually and spiritually.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS. LUKMAN 12-19 Perspektif Tafsir Al-Misbah Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 6 No. 2 (2020): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan akhlak merupakan sebuah bentuk upaya bimbingan untuk mengarahkan sesorang kepada terbentuknya kebaikan lahir dan bathin sehingga terwujudlah insan kamil. Dalam Q.S Lukman 12-19 terkandung pokok-pokok tuntunan agama seperti aqidah, syari’at dan akhlak. M.Quraish Shihab adalah adalah pakar tafsir di Indonesia yang piawai dalam menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an sesuai konteks modern. Baginya, akhlak berkaitan dengan hubungan makhluk dan khaliq dalam tatanan nilai ilahiyah. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan dianalisis dengan metode penafsiran tahlili. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S. Lukman 12-19 perspektif Tafsir al-Misbah yaitu: bersyukur, tauhid, birrul walidain, penghambaan, amar makruf nahi munkar, nilai keimanan pada hari kiamat, dan nilai rendah hati dan berbuat baik.
MODERASI BERAGAMA DALAM PENGAJIAN KITAB TAFSIR JALALAIN DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN PUTRI AL-LATHIFIYYAH PALEMBANG Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berusaha mengungkap nilai-nilai moderasi beragama yang terdapat dalam pengajian kitab Tafsir Jalalain di Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Putri Al-Lathifiyyah. Nilai-nilai moderasi beragama dalam pengajian kitab Tafsir Jalalain akan dibedah dengan teori yang diungkapkan oleh M. Quraish Shihab tentang hakikat moderasi beragama yang meliputi tiga hal pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai moderasi Islam dalam pengajian tafsir Jalalain dalam bidang aqidah terdapat dalam penjelasan tafsir surat Ali Imran ayat 67 dan 70, sedangkan dalam bidang syari’ah terdapat dalam penjelasan tafsir surat Ali Imran ayat 71 dan 76, dan dalam bidang akhlak, terdapat dalam penjelasan tafsir surat Ali Imran ayat 74 dan 75.
PERGESERAN PARADIGMA PENAFSIRAN ULAMA NUSANTARA TENTANG MODERASI BERAGAMA (Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah) Cici Noviana; Ris’an Rusli; Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 7 No. 1 (2021): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai gagasan mengenai sikap moderasi beragama terus tumbuh menunjukkan bagaimanaintelektual Muslim Indonesia memiliki pandangan mengenai sikap-sikap yang toleran atas pemeluk agamalain. Salah satu tokohnya ialah Hamka dan Quraish Shihab dengan karya Tafsirnya. Kedua tokoh tersebutmenghadapi situasi yang berbeda karena lahir pada generasi berbeda. Artikel ini berusaha untuk melihatbagaimana respon kedua tokoh tersebut tentang toleransi beragama di Indonesia di dalam karya tafsirmasing-masing dengan menggunakan pendekatan Kuhn mengenai konsep pergeseran paradigm (paradigmshift) untuk melihat pergeseran penafsiran yang terjadi. Analisis akan diarahkan dengan meninjau latarbelakang ideologi, relasi kuasa (otoritas), dan fanatisme terhadap suatu ideologi. Penelitian ini fokus padaayat-ayat moderasi beragama yakni surah al-Baqarah [2]: 256, Ali ‘Imran [3]: 85, Al-Kafirun [109]: 1-6, yangakan ditinjau juga dengan mengalisis aspek sosial-budaya dan otoritas penafsiran yang terjadi. Hasil daripenelitian ini menunjukkan adanya pergeseran pemikiran dari kedua tokoh di atas dari teologi-Madhabikepada teologi-Humanis. Penafsiran Hamka cenderung klasik terutama dalam melihat relasi agama danbudaya, sementara Shihab lebih terbuka atas perbedaan. Ini menunjukkan keterpengaruhan penafsiranberdasarkan konteks keindonesiaan yang beragam.
MODERASI ISLAM DALAM AL-QUR’AN (Studi Analisis Unsur-Unsur Moderasi Islam dalam Ayat-Ayat Sufistik) Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 12 No. 2 (2023): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aspek moderasi dalam agama Islam, atau kerapkali disebut sebagai Wasthiyyah Islam, seringkaliditerjemahkan sebagai ‘Justly Balanced Islam’ atau ‘Islam Berkeseimbangan secara Adil’, dan kadang jugadisebut sebagai ‘Middle Path Islam’ atau ‘Islam Jalan Tengah’. Karakter moderat inilah yang padaumumnya dilekatkan bagi praktek keberagamaan dan atau keislaman di Indonesia. Meskipun demikian,para ulama kerap mengalami kesulitan dalam menjelaskan pengertian dari konsep Wasathiyyah Islam.Sejauh ini, konsep wasathiyyah Islam disajikan dalam tiga aspek ajaran Islam yakni akidah (iman), Syariah(hukum), dan akhlak (budi pekerti). Artikel ini dimaksudkan sebagai penggalian atas makna moderasiIslam atau wasthiyyah Islam dari sudut akhlak-tasawuf, serta bagaimana al-Quran berbicara tentangpentingnya sikap moderat dalam bertasawuf. Hal ini penting terutama apabila menimbang tasawuf kerapmenjadi sasaran perdebatan di kalangan internal umat Islam; terdapat kalangan yang pro maupun yangkontra terhadapnya.
REINTERPRETASI PEMIKIRAN TASAWUF AL-GHAZALI DALAM KONTEKS TAFSIR MODERN: RELEVANSINYA TERHADAP NILAI-NILAI MORAL DAN KEMANUSIAAN Lukman Hakim; Siti Alfiatun Hasanah
Al-Dirayah Vol. 14 No. 2 (2024): Jurnal Al-Dirayah
Publisher : STIQ al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Ghazali sebagai salah satu tokoh utama dalam tradisi tasawuf Islam, menawarkan pandangan yang spesifik mengenai hubungan antara manusia dengan Tuhan, diri sendiri, dan sesama. Melalui pendekatan spiritual dan etika tasawufnya, al-Ghazali mengajarkan pentingnya pembersihan hati, dan pengendalian diri untuk mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki. Dalam tafsir modern, pendekatan ini memiliki potensi besar untuk memberikan perspektif yang lebih humanis dan inklusif, yang dapat membantu merespons tantangan-tantangan social, moral dan kemanusiaan yang dihadapi umat manusia saat ini, seperti ketidakadilan, konflik sosial, dan marginalisasi. Adapun beberapa konsep etika tasawuf alGhazali yang dapat dijadikan pijakan untuk membangun tafsir yang lebih sensitif terhadap nilai-nilai moral dan kemanusiaan di antaranya tafakku, muraqabah dan muhasabah, sabar, al-itsar, mahabbah, tawadhu’, riyadhah dan mujahadah.