Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM SERAT TRIPAMA SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA PS, Supriyono; Sutono, Agus
CIVIS Vol 4, No 2/Juli (2014)
Publisher : FPIPSKR Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Supriyono PS, Agus Sutono ( 2013) Identifikasi Nilai-Nilai Keutamaan Dalam Serat Tripama Sebagai Bentuk Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya. Penelitianinidilatarbelakangiolehkurangnya pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya. Dengan pengindentifikasian nilai-nilai keutmaan dalam Serat Tripama sebagai bentuk pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya akan dapat memperkuat pengembangan pendidikan karakter. Oleh karenanya pula penelitianiniadalahuntukmengetahui nilai –nilai keutamaan atau nilai-nilai karakter yang dapat ditemukan dalam Serat Tripama sebagai sarana pendidikan karakter. Hasil penelitian menunjukan beberapa temuan sebagai berikut: Serat Tripama sebagai sebuah karya sastra telah mampu menghadirkan banyak kisah keteladanan yang kemudian dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber pengembangan pendidikan karakter bagi generasi muda. Serat Tripama menghadirkan 3 orang tokoh yang mewakili sebuah bentuk keteladanan nyata yang bisa diikuti oleh siapa saja. Ketiga tokoh tersebut adalah Patih Suwanda, Kumbakarna, dan Adipati Karna. Bahwa terdapat nilai-nilai keutamaan yang dapat diidentifikasikan dalam Serat Tripama ini, yang antara lain adalah nilai keberanian, nilai kejujuran, dan nilai penghargaan atas komitmen.Nilai-nilai keutamaan dalam Serat Tripama dapat dikembangkan untuk memperluas cakupan dan pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Kata Kunci: Serat Tripama, Pendidikan Karakter, lokal
IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM SERAT TRIPAMA SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA PS, Supriyono; Sutono, Agus
Civis : Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 4, No 2 (2014): JULI 2014
Publisher : FPIPSKR Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/civis.v4i2.609

Abstract

Supriyono PS, Agus Sutono ( 2013) Identifikasi Nilai-Nilai Keutamaan Dalam Serat Tripama Sebagai Bentuk Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya. Penelitianinidilatarbelakangiolehkurangnya pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya. Dengan pengindentifikasian nilai-nilai keutmaan dalam Serat Tripama sebagai bentuk pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya akan dapat memperkuat pengembangan pendidikan karakter. Oleh karenanya pula penelitianiniadalahuntukmengetahui nilai ?óÔé¼ÔÇ£nilai keutamaan atau nilai-nilai karakter yang dapat ditemukan dalam Serat Tripama sebagai sarana pendidikan karakter. Hasil penelitian menunjukan beberapa temuan sebagai berikut: Serat Tripama sebagai sebuah karya sastra telah mampu menghadirkan banyak kisah keteladanan yang kemudian dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber pengembangan pendidikan karakter bagi generasi muda. Serat Tripama menghadirkan 3 orang tokoh yang mewakili sebuah bentuk keteladanan nyata yang bisa diikuti oleh siapa saja. Ketiga tokoh tersebut adalah Patih Suwanda, Kumbakarna, dan Adipati Karna. Bahwa terdapat nilai-nilai keutamaan yang dapat diidentifikasikan dalam Serat Tripama ini, yang antara lain adalah nilai keberanian, nilai kejujuran, dan nilai penghargaan atas komitmen.Nilai-nilai keutamaan dalam Serat Tripama dapat dikembangkan untuk memperluas cakupan dan pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Kata Kunci: Serat Tripama, Pendidikan Karakter, lokal
Potret Pembelajaran Pendidikan Pancasila Menggunakan Strategi Teaching at the Right Level melalui Model Problem Open Ended Ferdani, Jelinshi Nofelantina; PS, Supriyono; Haryati, Titik; Setyowati, Eko
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI) Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia (JPPI), 2024 (2)
Publisher : Yayasan Pendidikan Bima Berilmu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53299/jppi.v4i2.498

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat hasil pembelajaran pendidikan Pancasila Siswa SMA menggunakan Strategi TaRL melalui model Problem Open Ended pada materi Kita dan Masyarakat Global. Pendidikan Pancasila di Indonesia menghadapai tantangan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran di era digital saat ini. Artikel ini menginvestigasi penerapan strategi Teaching at the Right Level (TaRL) dengan model problem open ended dalam pembelajaran pendidikan Pancasila. Latar belakang penelitian ini adalah kebutuhan akan pendekatan inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi nilai-nilai Pancasila di kalangan peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan TaRL dalam meningkatkan keterampilan analisis dan refleksi peserta didik terhadap nilai-nilai Pancasila. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan studi kasus di sebuah SMA di Kota Semarang dengan subjek 36 siswa kelas XI-C1 SMA Negeri 11 Semarang, kemudian dapat dipilih 3 orang berdasarkan tingkat kemampuan literasi siswa, yaitu 1 subjek dengan kemampuan penyelesaian masalah tinggi, 1 subjek kemampuan sedang, dan 1 subjek kemampuan rendah. Hasil penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan TaRL sebagai strategi pembelajaran yang dapat diadopsi secara luas dalam konteks pendidikan Pancasila. Saran praktis adalah untuk mengintegrasikan lebih banyak model problem open ended dalam kurikulum pendidikan Pancasila untuk memperdalam pemahaman dan aplikasi nilai-nilai tersebut di masyarakat.
The Role of Community Figures in Fostering Attitudes of Social Concern in the Grogol Youth Association (IRAG) Magelung Village, South Kaliwungu District, Kendal Regency Annisa, Dian; PS, Supriyono; Ginting, Rosalina
Edumaspul: Jurnal Pendidikan Vol 7 No 2 (2023): Edumaspul: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33487/edumaspul.v7i2.7088

Abstract

The aim of this research is to find out more about the role of community leaders in fostering an attitude of social care in the Grogol Youth Association (IRAG) in Magelung Village, South Kaliwungu District, Kendal Regency. This type of research uses qualitative methods with a descriptive approach. The data sources used as sources of information are community leaders and village youth. The focus of this research is the role of community leaders in fostering an attitude of social care in the Grogol Youth Association (IRAG) in Magelung Village, South Kaliwungu District, Kendal Regency. The indicators in this research are the role of community leaders as direction makers in fostering attitudes of social care, as representatives and spokespersons in cultivating attitudes of social care, as mediators and facilitators in cultivating attitudes of social care and as integrators in cultivating attitudes of social care. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. Data analysis techniques through data collection, data reduction, presentation and drawing conclusions. The results of research related to the role of community leaders in fostering an attitude of social concern in the Grogol Youth Association (IRAG) Magelung Village, South Kaliwungu District, Kendal Regency show that 1) the policy of community leaders in cultivating an attitude of social care for teenagers is to involve teenagers in social activities such as mutual cooperation. . 2) accept the aspirations of residents by providing good responses and scrutinizing them to find solutions. 3) hold joint deliberations to hear or accommodate the problems and difficulties faced so that good solutions can be provided. 4) holding meetings between teenagers and parents with joint deliberations providing ongoing education and examples such as teenagers mingling with other people. The conclusion of this research is that the role of community leaders has been implemented to the maximum extent possible but there are still shortcomings in dealing with teenagers, so community leaders continue to provide direction so that social care attitudes can be implemented.