Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KEBIASAAN KONSUMSI IKAN LAUT, TINGKAT KONSUMSI, STATUS GIZI, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI Soeparman, Farida
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 2 No 2 (2018): Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.889 KB) | DOI: 10.20884/1.jgps.2018.2.2.1360

Abstract

Ikan laut adalah sumber protein hewani yang penting dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental pada anak sekolah. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kebiasaan konsumsi ikan laut pada anak sekolah dasar di daerah pantai dan bukan pantai, tingkat kecukupan energi dan protein, status gizi, dan prestasi belajarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 dengan desain cross sectional dan berlokasi di dua sekolah dasar yaitu SD Negeri 03 Kota Karang, Pulau Pasaran, Lampung, yang mewakili daerah pantai, dan SD Negeri Ciaruteun Ilir 01, Ciaruteun Ilir, Bogor, sebagai perwakilan dari daerah bukan pantai. Subyek dari penelitian adalah kelas 5 dari dua sekolah dasar, masing-masing berjumlah 27 siswa sehingga jumlah keseluruhan subyek adalah 54 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara daerah pantai dan bukan pantai yang ditunjukkan dengan frekuensi dan jumlah konsumsi ikan laut di daerah pantai lebih tinggi dibanding daerah bukan pantai. Demikian pula dengan tingkat kecukupan energi dan protein.  Status gizi dan prestasi belajar di daerah pantai lebih baik dibanding daerah bukan pantai. Frekuensi konsumsi ikan laut berkorelasi dengan tingkat konsumsi energi dan protein. Tingkat kecukupan energi dan protein berkorelasi dengan status gizi IMT/U dan LILA. Tingkat kecukupan energi juga berkorelasi dengan prestasi belajar.
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP SIKAP, ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, DAN AIR PADA ANGGOTA PRAMUKA Farida, Farida; Sari, Hesti Permata; Sulistyaning, Afina Rachma; Zaki, Ibnu
Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ns.2019.3.2.3784

Abstract

The study was aimed to analyze the effect of nutritional education on attitude changes and increased of macronutrients and water intake in scout teenagers. The study was quasi-experimental with pre- and post-test control group design. The treatment group was given nutritional education four times during one month. Pre-test was conducted a week before intervention and post-test was conducted a week after intervention. Subjects were all members of Saka Bhayangkara and Saka Wira Kartika Scout. The result showed that nutritional education was significant improved median value of attitude score and increased (p <0,05). macronutrients intake in treatment group. The average of macronutrients intake in treatment group, before and after intervention were 1137,8±178,7 Kcal and 1490,4± 206,6 Kcal/day for energy; 40,4 ± 9,8 g/day and 60,8 ± 9,3g/day for protein; 38,5 ± 12,6 g/day and 59,3 ± 9,4 g/day for fat; 155,6 ± 29,5 g/day and 177,6 ± 33,5 g/day for carbohydrates; 782,4±347,7 mL and 834,6±383,2 mL for water. Nutritional education improved nutrition attitudes and increased macro-nutrient intake among scout.
The acute supplementation of combination juice of yellow watermelon (citrullus lanatus thunb.) - plantain (musa paradisiacal var. Sapientum l.) suppress post-exercise blood lactic acid production in rats Farida, Farida; Sari, Hesti Permata; Sulistyaning, Afina Rachma
Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition) Vol 9, No 2 (2021): Juni
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgi.9.2.73-79

Abstract

Background: Yellow watermelon contains citrulline, which can suppress lactic acid production, while plantains contain potassium which is important for muscle performance. The yellow watermelon and plantain combination juice potential to be a natural sports drink that delays muscle fatigue by suppressing lactic acid production after exercise.Objectives: To determine the effect of yellow watermelon-plantain juice on lactic acid in rats after swimming test.Materials and Methods: This true experimental study used a post-test-only with controlled group design. Thirty Sprague Dawley rats, eight-week-old, male, were divided into five groups, namely positive control (C+), negative control (C-), dose 1 (P1), dose 2 (P2), and dose 3 (P3). The C (+) group received no juice and was not tested swimming, the C (-) group received no juice but was tested swimming, P1 received combined juice up to 1.8 g and tested swimming, P2 received combined juice up to 3, 6 g and tested swimming, P3 received combined juice up to 1.8 g with the addition of 0.27 g granulated sugar and tested swimming. The juice is given 30 minutes before the test. The swim test was performed for three minutes; after that, the blood was taken to test the lactic acid levels. The data were analyzed using the one-way ANOVA and the advanced post-hoc with the least significant difference test.Results: The lactic acid levels in C (+), in C (-), P1, P2, and P3 groups after swimming test were 1.38 mMol / L; 7.14 mMol / L; 3.74 mMol / L; 1.66 mMol; and 2.91 mMol/L. There were differences in levels of lactic acid (p <0.05) in each group after the combination juice intervention was given.Conclusion: Combination juice of yellow watermelon-plantain has an effect on lactic acid levels after swimming test. Dose 2 (3.6 g) was the best because it produces the lowest lactic acid after the swimming test.
HUBUNGAN KERAGAMAN ASUPAN PROTEIN HEWANI, POLA ASUH MAKAN, DAN HIGIENE SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN STUNTING Sari, Hesti Permata; Natalia, Imelda; Sulistyaning, Afina Rachma; Farida, Farida
Journal of Nutrition College Vol 11, No 1 (2022): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v11i1.31960

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Stunting merupakan terhambatnya tumbuh kembang yang ditandai nilai Z-score indeks PB/U atau TB/U <-2SD. Stunting menjadi masalah utama di Indonesia dengan persentase balita stunting di tahun 2018 mencapai 30%. Banyumas merupakan kabupaten kedua dengan prevalensi balita stunting terbanyak di Jawa Tengah. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya asupan protein hewani, higiene sanitasi rumah yang buruk, dan pola asuh yang kurang tepat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan keragaman asupan protein hewani, pola asuh makan, dan higiene sanitasi rumah terhadap kejadian stunting anak balita.Metode: Rancangan penelitian berupa observasi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel berjumlah 61 anak balita, ditentukan menggunakan simple random sampling pada balita berusia 12-59 bulan di Desa Karanglewas, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah. Pengambilan data menggunakan kuesioner FFQ, CFQ, dan observasi rumah sehat. Data dianalisis menggunakan Pearson Product Moment, kemudian dilanjutkan dengan uji regresi linier berganda.Hasil : Keragaman asupan protein hewani pada responden tidak berbeda jauh (50,8% rendah dan 49,2% tinggi). Sebagian besar responden mendapatkan pola asuh makan tepat (98,4%), tetapi higiene sanitasi rumah masih rendah (70,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan keragaman asupan protein hewani terhadap kejadian stunting pada anak balita (p=0,024, r=0,289). Namun tidak terdapat hubungan pola asuh makan (p=0,327) dan higiene sanitasi rumah (p=0,103) terhadap kejadian stunting pada anak balita. Uji multivariat menunjukkan keragaman asupan protein hewani dan higiene sanitasi rumah secara bersama-sama mempengaruhi kejadian stunting (p=0,038, r2=0,102).Simpulan: Terdapat hubungan keragaman asupan protein hewani terhadap kejadian stunting. Keragaman asupan protein hewani dan higinene sanitasi rumah mempengaruhi kejadian stunting apabila terjadi bersama-sama.
PENINGKATAN PENGETAHUAN PEMBERIAN MAKAN BAYI BAWAH DUA TAHUN PADA KADER POSYANDU DESA KARANGSALAM KIDUL KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Ibnu Zaki; Afina Rachma Sulistiyaning; Farida Farida
Dinamika Journal : Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dj.2019.1.3.898

Abstract

Masalah gizi pada bayi muncul diakibatkan kurangnya pengetahuan ibu terkait pemberian makan bayi bawah dua tahun (Baduta). Kader posyandu merupakan kerabat dekat ibu baduta sehingga kader dapat menjangkau ibu baduta di wilayahnya. Selain itu kader merupakan kelompok pendidik sebaya yang potensial dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu baduta. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para kader dengan meningkatkan pengetahuan terhadap pemberian makan bayi. Metode yang digunakan adalah pelatihan disertai simulasi. Analisis data menggunakan uji Paired T-test. Hasil pelatihan menunjukan adanya peningkatan rata-rata skor pengetahuan kader dari 15.71±1.7 menjadi 16.33±1.7 setelah pelatihan. Pelatihan ini meningkatkan pengetahuan responden terkait pemberian makan pada baduta.  Kata-kata kunci: Baduta, pemberian makan baduta, pelatihan, simulasi 
STUDI LITERATUR: HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN GORENGAN DENGAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR Izdihar Hanifa; Ibnu Zaki; Farida Farida
JURNAL RISET GIZI Vol 8, No 2 (2020): November (2020)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jrg.v8i2.6335

Abstract

Background: Cardiovascular disease occurred by many factors, one of them is because of consuming high saturated fat intake from fried food. Previous studies have shown that there are inconsistent results from the research related to the correlation between fried food intake and cardiovascular disease. This literature study is important to be done to explain the problem of different results for each previous study.Objective: To examine the correlation between fried food intake and cardiovascular disease from various previous studies also to analyze the correlation between fried food intake people with polymorphisms of ALDH2 and ABCA1 genes and cardiovascular disease occurrence.Methods: Exploring literature material was done by Pubmed and Science Direct databases. Article research methods were sought by observational studies (cross-sectional, case-control, and cohort). Eight articles were selected based on the inclusion criteria that have been determined.Results: Fried food intake is associated with cardiovascular diseases such as coronary heart disease, ischemic heart disease, and heart failure. However, the EPIC-Spanish cohort study shows that fried food intake is not associated with cardiovascular disease. People with polymorphisms carrier in the ALDH2 gene rs671 genotypes A/A and A/G has a higher risk of increase CHD compared to a person who is a GG genotype carrier. People with polymorphism carrier in the ABCA1 gene rs4149339 genotype CC also has a higher risk of developing CHD compared with people who carry a TT genotype.Conclusion: Fried food intake has a positive correlation with the risk of cardiovascular disease in adulthood and the elderly. Fried food intake with people who have a certain gene variations is associated with cardiovascular disease occurrence.
OVERVIEW OF HIGH SODIUM EATING HABITS BEFORE AND AFTER COVID-19 PANDEMIC IN INDONESIA Afina Rachma Sulistyaning; Farida Farida
GIZI INDONESIA Vol 44, No 2 (2021): September 2021
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v44i2.566

Abstract

National and global reports showed a high prevalence of sodium intake above the recommended threshold. The pandemic situation might have altered people's eating habits into a healthier diet to improve the immunity system. A high-sodium diet, which has previously been reported as a substantial contributor to several degenerative diseases, might be considered unhealthy eating habits. This study aimed to analyze whether the Covid-19 pandemic has changed the eating habits of high sodium foods and drinks in college students. This cross-sectional study used a food frequency and perception questionnaire in December 2019 - August 2020, conducted in direct interviews and online questionnaires. Forty-three college students enrolled in the present study as respondents. The number of respondents with above-average high sodium eating habits decreased during the covid-19 pandemic, although not statistically significant (p 0.05). More than 60 percent of respondents admitted no significant changes in packaged foods and drinks intake, even though 79.1 percent of respondents reported healthier food and drinks intake during the Covid-19 pandemic. College students/adolescent needs to restrict their consumption of high sodium foods and drinks, especially during the Covid-19 pandemic to improve the immune system. It is also important to emphasize on the massive and continuous promotion of healthy eating habits among college students. Keywords: Covid-19, eating habits, sodium, pandemic ABSTRAK Data nasional dan global menunjukkan tingginya prevalensi konsumsi sodium diatas batas rekomendasi asupan. Kondisi pandemi Covid-19 dapat mengubah pola konsumsi masyarakat menjadi lebih sehat untuk meningkatkan sistem imun. Diet tinggi natrium dilaporkan sebagai penyebab penting dalam perkembangan berbagai penyakit degeneratif, sehingga dapat dikategorikan sebagai kebiasaan makan yang tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasaan makan dan minum tinggi natrium di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan kuesioner FFQ dan persepsi makan. Penelitian ini berlangsung pada Desember 2019 – Agustus 2020 yang dilaksanakan secara wawancara langsung dan menggunakan kuesioner online. Responden terdiri dari 43 mahasiswa. Jumlah responden dengan pola konsumsi tinggi natrium menurun selama pandemi Covid-19 meskipun tidak signifikan (p 0.05). Lebih dari 60 persen responden mengakui tidak ada perubahan signifikan terkait konsumsi makanan dan minuman kemasan , meskipun 79.1 persen melaporkan konsumsi makanan dan minuman menjadi lebih sehat selama pandemi. Mahasiswa/remaja perlu mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi natrium, terutama selama masa pandemi Covid-19 untuk meningkatkan sistem imun. Penting untuk diperhatikan bahwa promosi pola konsumsi makanan sehat di lingkup mahasiswa perlu dilakukan dengan langkah yang masif dan berkelanjutan. Kata kunci: Covid-19, pola makan, natrium, pandemi
Jus kombinasi semangka kuning (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai) - pisang raja (Musa acuminata x Musa balbisiana) meningkatkan endurance dalam aktifitas aerobik Farida Farida; Afina Rachma Sulistyaning; Hesti Permata Sari
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 7, No 1 (2022): May
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/action.v7i1.505

Abstract

Plantains are high in potassium and glucose, while yellow watermelons are high in citrulline, antioxidants and fluids. The combination juice of plantain and yellow watermelon provides glucose and fluids, suppresses lactic acid and muscle inflammation, so will improve endurance during aerobic exercise. The aim of this study was to determine the effect of combining juices of yellow watermelon plantains on aerobic swimming endurance in Sprague-Dawley rats. The design of this study was true experimental and used a post-test only with a controlled group. The 21 male Sprague Dawley rats, were divided into three groups, the control (K), which were given one dose of juice (P1) and two doses (P2). Rats were observed for the length of swimming. One-Way Anova and Post-Hoc LSD were used to analyze the data. The results of this study found that on average P2 with a double dose of juice had a longer swim. The P1 swim 390,57 seconds longer than control, while P2 swim 757,57 seconds longer than control, while P2 could swim 367 seconds longer than P1. There was a difference in swim length (p < 0,001) in each group after intervention with variation doses. The conclusion was that there was a difference in endurance in each group after receiving a combined juice with variation doses.
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA, KERAGAMAN PANGAN, ASUPAN MAKAN, DAN PENYAKIT INFEKSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GIZI KURANG PADA BALITA DI MASA PANDEMI COVID-19 Hesti Permata Sari; Afina Rachma Sulistyaning; Farida Farida
GIZI INDONESIA Vol 46 No 2 (2023): September 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i2.823

Abstract

WHO has declared the COVID-19 pandemic a worldwide emergency, and has implications for Indonesia’s economy. This situation affects household food security, energy and protein intake, food diversity, and infectious diseases in children under five, and leads to a decrease in their nutritional status. This study aims to examine the risk factors that cause malnutrition in children under five during the COVID-19 pandemic in Karanglewas Village, Jatilawang, Banyumas. This study uses a case-control design. Total sampling was used to identify the sample of 66 children aged 1 to 5 years in Karanglewas Village, Jatilawang, Banyumas as a locus stunting. Case and control groups were matched 1:1 by age and address. Data were collected using an HFSSM, DDS, and a 24-hour Recall questionnaire. Data analysis using Chi-square Test (X2). The results show that household food security (p=0.047; OR=2.833; 95%CI 1.015-7.906) and energy intake (p=0.025; OR=3.320; 95%CI 1.163-9.477) were associated with the nutritional status of children under-five. While protein intake (p=0.196), food diversity (p=0.255), and infectious disease history (p=1.000) were not associated with the nutritional status of children under-five. Household food security and energy intake are risk factors associated with undernutrition among children under-five during the COVID-19 pandemic.ABSTRAKPandemi Corona Virus Disease (COVID-19) telah ditetapkan oleh WHO sebagai kedaruratan global berdampak pada perekonomian Indonesia. Keadaan ini berpengaruh terhadap ketersediaan pangan rumah tangga (household food security), kecukupan asupan energi dan protein, keragaman pangan serta penyakit infeksi pada balita serta akan mengakibatkan penurunan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor risiko penyebab kejadian gizi kurang pada balita masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain case control. Sampel berjumlah 66 balita berusia 1-5 tahun di Desa Karanglewas, Jatilawang, Banyumas yang merupakan desa lokus stunting, ditentukan menggunakan total sampling. Perbandingan kelompok kasus dan kontrol 1:1 dengan matching usia dan tempat tinggal. Pengambilan data menggunakan kuesioner HFSSM, DDS dan formulir Recall 24 jam. Analisis data menggunakan Kai Kuadrat (X2). Hasil analisis menunjukkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga (p=0,047; OR=2,833; 95%CI 1,015-7,906) dan kecukupan asupan energi (p=0,025; OR=3,320; 95%CI 1,163-9,477) berhubungan signifikan dengan status gizi balita, sedangkan kecukupan asupan protein (p=0,196), keragaman pangan (p=0,255) dan riwayat penyakit infeksi (p=1,000) tidak berhubungan dengan status gizi balita. Ketahanan pangan rumah tangga dan kecukupan asupan energi merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada balita di masa pandemi COVID-19.Kata kunci: balita, gizi kurang, COVID-19, ketahanan pangan rumah tangga, kecukupan asupan energi
PERSEPSI PERAWAT TERHADAP INSTRUMEN SKRINING MST DAN SNST DI RSUD CIDERES Rd. Yadi Andayani; Ibnu Zaki; Farida Farida
Journal of Nutrition College Vol 12, No 3 (2023): Juli
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i3.36266

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Kejadian malnutrisi masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia. Sebanyak 20-50% pasien mengalami malnutrisi di rumah sakit sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, meningkatkan resiko komplikasi penyakit, memperpanjang terapi medis dan masa rawat inap sebanyak 1,6 kali. Kejadian malnutrisi di rumah sakit dapat diminimalisir apabila proses skrining gizi pasien baru dilakukan secara efektif. RSUD Cideres Kabupaten Majalengka menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) sebagai instrument skrining gizi. Namun penggunaan MST memiliki keterbatasan dalam mengkuantifikasikan penurunan berat badan . Simple Nutrition Screening Tool (SNST) merupakan instrumen skrining gizi yang dikembangkan menurut populasi Indonesia. Oleh karena itu instrumen SNST dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi kelemahan MST.Tujuan: membandingkan persepsi perawat dalam penggunaan MST dan SNST sebagai instrument skrining gizi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka.Metode: Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, kemudian dilakukan triangulasi metode dan referensi wawancara mendalam difokuskan pada pada bagaimana pemahaman, cara pandang, atau penafsiran narasumber tentang aspek kemudahan penggunaan kedua instrumen tersebut.Hasil: sebanyak lima narasumber menyatakan MST lebih unggul dibandingkan dengan SNST. Berdasarkan durasi, pelaksanaan skrining gizi dengan MST lebih singkat dibanding SNST. Lima narasumber menyatakan instrument MST lebih mudah dipelajari daripada SNST. Instrumen MST berdasarkan kebutuhan lebih sesuai jika dibandingkan SNST karena lebih sederhana sehingga lebih efisien. Sebagian narasumber menyatakan bahwa pertanyaan yang terdapat pada MST lebih tepat untuk digunakan karena lebih mudah dipahami dan di sampaikan kepada pasien.Simpulan: Penggunaan MST sebagai instrument skrining gizi lebih disukai dibandingkan dengan SNST.