This Author published in this journals
All Journal Media Peternakan
Sulistyaningtyas -
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penggunaan Tepung Cacing Tanah dan Tepung Jagung Fermentasi Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Buras Periode Starter Sulistyaningtyas -
Media Peternakan Vol 19, No 2 (2017): MEDIA PETERNAKAN
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.86 KB)

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi pakan ayam buras periode starter yang diberi pakan tepung cacing tanah dan jagung fermentasi. Materi yang digunakan adalah ayam buras periode starter sebanyak 81 ekor. Metode penelitian yang dipakai Rancangan Acak Lengkap dimana perlakuan disusun secara faktorial (3x3) dengan 3 kali ulangan untuk setiap kombinasi perlakuan. Sebagai faktor pertama adalah level tepung cacing tanah (C) yaitu C1 (5 persen), C2 (15 persen), dan C3 (25 persen). Faktor kedua adalah tepung jagung fermentasi (F) yaitu F1 (10 persen), F2 (20 persen), dan F3 (30 persen), serta interaksi antar kedua macam bahan pakan tersebut. Berdasarkan rancangan tersebut terdapat 27 unit percobaan, dimana setiap unit perlakuan terdiri dari tiga ekor ayam buras periode starter. Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi dan konversi selama sembilan minggu. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan rataan pertambahan bobot badan ayam buras selama sembilan minggu adalah sebesar 424,10 gram ± 42,34 gram dengan kisaran antara 380 sampai 500 gram. Rataan pertambahan bobot badan pada masing-masing level perlakuan tepung cacing tanah sebesar 432,50 gram; 410,29 gram; 429,54 gram dan pada level perlakuan tepung jagung fermentasi adalah sebesar 417,59 gram,; 417,22 gram; 437,50 gram, serta kombinasi antar kedua bahan pakan yang tertinggi adalah C3F3 yaitu sebesar 503,89 gram. Untuk hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ransum dengan perbedaan pada level tepung cacing tanah dan tepung jagung fermentasi serta interaksi antar dua macam bahan pakan tersebut berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan ayam buras periode starter.Kata kunci : tepung cacing tganah, tepung jagung fermentasi, ayam buras The objective of the research is to study the body weight gain, consumption and feed conversion of starter period buras chicken which is feed earthworm meal and fermented corn meal. Material used were 81 heads of starter period of buras chicken. Randomizes Complete Design was used as a research method whereas treatment is arranged by factorial way (3x3) with 3 times repeat of every treatment combination. As first factor is the level of earthworm meal (C) such as C1 (5 percent), C2 (15 percent) and C3 (25 percent). As second factor is the level of fermented corn meal (F) wich are F1 (10 percent), F2 (20 percent) and F3 (30 percent), and the interaction of both kinds of feed material. There were 27 units of experiment while every unit of treaqtment consist of three heads of starter period of buras chicken. The variable observed are body weight indrement, consumption and feed consumption during nine weeks. Data gained were analyzed with variation analysis and if it occurs different between the treatments it is continued with Honest Significant Difference (HSD) test. The result shows that the mean of buras chicken body weight gain for nine weeks is 424,10 grams ± 42,34 grams with range between 380 to 500 grams. The mean of body weight increment on each level of earthworm meal treatment are 432,50 grams; 410,29 grams; 429,54 grams, and on the level of fermented sorn meal diet are 417,59 grams,; 417,22 grams; 437,50 grams, while the combination between both feed material shows that the highest respon of body weight gain is C3F3 which is 622,12 grams. The variation analysis indicates that the treatment of different level of earthworm meal and fermented corn meal and also interaction between both kinds of feed materials have non significant (P > 0,05) to body weight gain, feed consumption and feed convertion of starter buras chicken. Key words : earthworm meal, fermented corn meal, buras chicken 
PENGARUH JENIS TELUR DAN LAMA PEMERAMAN TERHADAP WARNA, RASA, KEMASIRAN DAN KESUKAAN TELIUR ASIN Nur Laela; Sari Eko Tuswati; Sulistyaningtyas -
Media Peternakan Vol 23, No 2 (2021): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.209 KB)

Abstract

Penelitian dengan judul : “Pengaruh Jenis Telur dan Lama Pemeraman terhadap Warna, Rasa, Kemasiran dan Kesukaaan Telur Asin” bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis telur dan lama pemeraman telur asin yang disukai konsumen. Materi yang digunakan adalah telur itik, telur ayam buras dan telur ayam ras masing-masing 60 butir. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Tersarang, dengan jenis telur (telur itik, ayam buras dan ras) sebagai grup dan lama pemeraman (7, 14 dan 21 hari) sebagai sub grup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna kuning telur asin tidak dipengaruhi oleh jenis telur, tetapi sangat dipengaruhi oleh lama pemeraman. Lama pemeraman 21 hari memberikan warna lebih kuning daripada lama pemeraman 7 dan 14 hari. Lama pemeraman 14 hari menghasilkan warna lebih kuning daripada 7 hari. Rasa telur asin sangat dipengaruhi oleh jenis telur dan tidak dipengaruhi oleh lama pemeraman. Telur itik menghasiilkan rasa yang lebih enak daripada telur ayam buras dan telur ayam ras. Telur ayam buras lebih enak daripada telur ayam ras. Kemasiran tidak dipengaruhi oleh jenis telur maupun lama pemeraman. Kesukaan konsumen sangat dipengaruhi oleh jenis telur dan tidak dipengaruhi oleh lama pemeraman. Telur itik lebih disukai daripada telur ayam buras dan telur ayam ras. Telur ayam buras lebih disukai daripada telur ayam ras. Untuk mendapatkan telur asin yang enak dan disukai konsumen, sebaiknya menggunakan telur itik, dan untuk mendapatkan warna kuning telur yang lebih kuning sebaiknya dilakukan pemeraman 21 hari. Kata kunci: Jenis telur, lama pemeraman, warna kuning telur, rasa, kemasiran, kesukaan. The research entitled: "Effect of Egg Type and Ripening Time on Color, Taste, Grittiness and Preference of Salted Eggs" aims to determine the effect of egg type and ripening time of salted eggs that consumers prefer. The materials used were duck eggs, free-range chicken eggs and purebred chicken eggs using 60 eggs each. The research was conducted using an experimental method. The design used was a completely randomized design with nested patterns, with egg types (duck eggs, free-range chicken eggs and purebred chicken eggs) as a group and ripening time (7, 14 and 21 days) as a sub group. The results showed that the color of the salted egg yolk was not affected by the type of egg, but was strongly influenced by the ripening time. The ripening time of 21 days gave a yellower color than the ripening time of 7 and 14 days. The ripening time of 14 days resulted in a yellower color than 7 days. The taste of salted eggs is strongly influenced by the type of egg and is not affected by the ripening time. Duck eggs produce a better taste than free-range chicken eggs and purebred chicken eggs. Free-range chicken eggs are tastier than purebred chicken eggs. The grittiness was not affected by the type of egg and the time of ripening. Consumer preference is strongly influenced by the type of egg and is not influenced by the length of ripening. Duck eggs are preferred over free-range chicken eggs and purebred eggs. Free-range chicken eggs are preferred over purebred chicken eggs. To get salted eggs that are delicious and liked by consumers, it is better to use duck eggs, and to get a yellower egg yolk color it is better to let it ripe in 21 days. Keywords: Egg type, ripening time, egg yolk color, taste, grittiness, preference.
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN PEPAYA TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KADAR KOLESTEROL DARAH ITIK MANILA Rodesta Dwi Anggoro; Sari Eko Tuswati; Sulistyaningtyas -
Media Peternakan Vol 24, No 1 (2022): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.781 KB)

Abstract

ABSTRAK Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Tepung Daun Pepaya Terhadap Pertambahan Bobot Badan Dan Kadar Kolesterol Darah Itik Manila” bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun pepaya terhadap pertambahan bobot badan dan kadar kolesterol darah itik Manila. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah yang terdiri atas empat perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 (penambahan dua persen tepung daun pepaya), P2 (penambahan empat persen tepung daun pepaya), dan P3 (penambahan enam persen tepung daun pepaya). Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot badan dan kadar kolesterol darah. Pertambahan bobot badan itik Manila tertinggi diperoleh dari itik yang diberi ransum dengan penambahan tepung daun pepaya empat persen (P2). Semakin banyak penambahan tepung daun pepaya dalam ransum menghasilkan kadar kolesterol darah yang semakin rendah. Kata Kunci : itik Manila, daun pepaya, pertambahan bobot badan dan kadar kolesterol darah ABSTRACT The study entitled "The Effect of Papaya Leaf Flour on Body Weight Gain and Blood Cholesterol Levels in Manila Ducks" aims to determine the effect of giving papaya leaf flour on body weight gain and blood cholesterol levels in Manila ducks. This study used an experimental method with a completely randomized design (CRD) in an unidirectional pattern consisting of four treatments, which are P0 (control), P1 (addition of two percent papaya leaf flour), P2 (addition of four percent papaya leaf flour), and P3 (addition of six percent papaya leaf powder). Parameters measured were body weight gain, and blood cholesterol levels. The highest increase in body weight of Manila ducks was obtained from ducks that are fed with the addition of four percent papaya leaf flour (P2). The more addition of papaya leaf flour in the ration resulted in lower blood cholesterol levels. Keywords: Manila duck, papaya leaves, body weight gain and blood cholesterol levels
RENDEMEN DAN TINGKAT KESUKAAN KEJU SEGAR DENGAN PENAMBAHAN JUS TERONG BELANDA SEBAGAI PENGASAM Yani Karlina; Soegeng Herijanto; Sulistyaningtyas -
Media Peternakan Vol 23, No 1 (2021): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.386 KB)

Abstract

Keju merupakan bahan makanan hewani yang dikenal luas dan digemari di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jus terong Belanda pada berbagai konsentrasi terhadap rendemen dan tingkat kesukaan keju segar. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan konsentrasi jus terong Belanda yaitu P1 = 6%, P2 = 12%, dan P3 = 18 persen. Parameter yang diamati adalah rendemen dan tingkat kesukaan warna, aroma dan rasa keju segar. Hasil Analisa menunjukkan bahwa penambahan jus terong Belanda dengan konsentrasi 6%, 12% dan 18% berpengaruh sangat nyata (P0,05) terhadap tingkat kesukaan warna, aroma dan rasa keju segar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi jus terong Belanda menghasilkan warna, aroma dan rasa keju segar yang disukai, namun disarankan menggunakan konsentrasi jus terong Belanda 6 persen untuk mendapatkan rendemen yang terbaik. Kata kunci : terong Belanda, rendemen, tingkat kesukaan, keju segar
PENINGKATAN FUNGSIONAL YOGHURT SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BERAS HITAM Fani Dwi Evadewi; Sulistyaningtyas -; Tri Sukmaningsih
Media Peternakan Vol 22, No 2 (2020): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.914 KB)

Abstract

AbstackYoghurt susu kambing merupakan pangan fungsional sebagai sumber antioksidan dan dengan penambahan ekstrak beras hitam dapat meningkatkan fungsionalitas yoghurt susu kambing. Beras hitam memiliki kandungan antosianin yang termasuk dalam golongan flavonoid, satu golongan polifenol yang berperan dalam pangan karena efek biologisnya. Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan untuk menetralisir radikal bebas yang menjadi penyebab penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengevaluasi yoghurt susu kambing dengan penambahan ekstrak beras hitam dilihat dari sifat fungsional yang meliputi aktivitas antioksidan.  Perlakuan terdiri atas P0 (susu kambing+ 10% starter komersial), P1 (susu kambing + 10% starter komersial + 5% ekstrak beras hitam), P2 (susu kambing + 10% starter komersial + 10% ekstrak beras hitam), P3 (susu kambing + 10% starter komersial + 15% ekstrak beras hitam) dan P4 (susu kambing + 10% starter komersial + 20% ekstrak beras hitam) dengan 5 kali ulangan. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan dengan Uji Ortogonal Polinomial. Hasil penelitian menunjukkan penambahan ekstrak beras hitam memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap yoghurt susu kambing variasi penambahan ekstrak beras hitam sebanyak 5% yang menunjukkan nilai IC50 tertinggi.Kata kunci : yoghurt susu kambing, ekstrak beras hitam, karaktersitik fungsional.AbstractGoat milk yogurt is a functional food as a source of antioxidants and the addition of black rice extract can increase the functionality of goat milk yogurt. Black rice contains anthocyanins which are included in the flavonoid class, a group of polyphenols that play a role in food due to their biological effects. Antioxidants are substances that are needed to neutralize free radicals that cause degenerative diseases. The purpose of this study was to evaluate goat milk yogurt with the addition of black rice extract in terms of its functional properties which include antioxidant activity. The treatments consisted of P0 (goat's milk + 10% commercial starter), P1 (goat's milk + 10% commercial starter + 5% black rice extract), P2 (goat's milk + 10% commercial starter + 10% black rice extract), P3 (milk goat + 10% commercial starter + 15% black rice extract) and P4 (goat's milk + 10% commercial starter + 20% black rice extract) with 5 repetitions. Data were analyzed using analysis of variance and followed by Polynomial Orthogonal Test. The results showed that the addition of black rice extract had a very significant effect (P <0.01) on goat's milk yogurt with a variation of the addition of 5% black rice extract which showed the highest IC50 value.Keywords: goat's milk yoghurt, black rice extract, characteristic functional.